25
Melalui penyucian jiwa, penjernihan batin, lewat olah rasa, maka di sanalah wahyu mendapat tempatnya. Iman merupakan sebuah pertemuan atau
perjumpaan manusia kepada Allah dan manusia memberikan diri kepada Allah sepenuhnya dengan menjalankan ajaran yang menjadi syarat untuk menjadi siswa
Sang Guru Sejati. Selain itu Pangestu juga terbuka untuk belajar sari-sari kehidupan dari sastra jawa, seperti kisah Dewa Ruci dalam buku pegangan wajib
Pangestu, digunakan untuk penggambaran kehidupan manusia Soemantri, 2011: 22.
C. Ajaran tentang Allah
Para anggota Kebatinan Pangestu yakin bahwa hanya ada satu Tuhan yang wajib disembah hal ini dinyatakan dalam kitab Sasangka Jati:
“Sesungguhnya Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu, tidak ada Tuhan Yang wajib disembah
kecuali Allah, dan Allah itu tempat sesembahan yang sejati” Soenarto, 2014:
96. Tuhan adalah kekal, tidak mengalami perubahan, tidak hidup tidak mati.
Berdiam-Nya Allah ialah di dasar hidup. Hidup itu kekal di situlah Allah berdiam. Kediaman Tuhan di dasar hidup, di hati sanubari para hamba yang digambarkan
sebagai bayangan matahari yang kelihatan di dalam tempayan-tempayan air yang diletakkan di halaman rumah. Di setiap tempayan itu nampak ada satu matahari,
walaupun sesungguhnya matahari tidak berada di dalam masing-masing tempayan itu, dan matahari sebenarnya tetap satu Solarso, 1987: 44. Tuhan yang mutlak
tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu adalah suatu ke-tri-
26
tunggalan. Bahwa Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang selanjutnya paham Allah dalam Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang
bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini: 1.
Suksma Kawekas Tuhan Yang Sejati, dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala. 2.
Suksma Sejati Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati Utusan Tuhan. 3.
Roh Suci Manusia Sejati, ialah jiwa Manusia yang sejati. Allah Yang Maha Esa adalah satu di dalam hakekatnya, tapi menampakkan diri
dalam tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci. Suksma berarti yang membawa hidup, atau yang membuat hidup, yang
menyebabkan kita merasa hidup Harun, 1970: 55-56. Suksma kawekas telah bertahta sebelum apa-apa berbentuk dan berwujud.
Ia dipandang sebagai asal mula kesadaran hidup yang tidak terbatas, tenang tenteram dan tidak bergerak. Suksma Kawekas adalah suksma yang mulia dan
yang tertinggi dalam hidup, hidup dalam keadaaan yang tenang dan statis. Ia disamakan dengan air lautan yang tenang tanpa gelombang.
Suksma Sejati adalah panutan sejati atau pemberi hidup yang sejati. Dalam hal ini keadaan hidup yang dinamis, hidup yang sudah memiliki aktivitas,
digambarkan sebagai air lautan yang bergerak , dimana ada gelombang. Ia adalah kesadaran hidup yang dinamis. Ia adalah utusan yang sejati yang disebut Nur
Muhamad atau cahaya Allah yang selanjutnya dikatakan bahwa Nur Muhamad ialah yang juga disebut Kristus dalam agama Kristen atau yang disebut Sang
PutraSang Anak. Karena kesadaran Agung ini bernuansa kasih sayang, maka kasih sayang yang terkandung dalam Suksma Kawekas sama sekali dilimpahkan
27
kepada Suksma Sejati, seperti seorang ayah melimpahkan semua kasihnya kepada anaknya. Meminjam perimbangan ini maka Suksma Kawekas adalah Sang Rama
dan Suksma Sejati yang disebut Sang Putra Soemantri, 2011 : 8. Suksma Sejati dapat disebut sebagai Tuhan yang tersingkap. Keadaan Tuhan yang
terselubung tidak dapat dijangkau oleh akal budi manusia, karena setinggi- tingginya manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan mistis.
Mengenai Roh Suci dikatakan bahwa Ia adalah jiwa manusia atau manusia sejati dan hakekat manusia. Bila Suksma Kawekas digambarkan samodra yang
tenang, Suksma Sejati digambarkan samodra yang bergelombang, maka Roh Suci ialah titik-titik air yang menguap yang melepaskan diri dari samodra, ini kecil dan
terbatas bila dibanding dengan samodra, namun sama-sama air Harun, 1970: 55- 57.
D. Ajaran Penciptaan
Kitab Sasangka Jati menerangkan penjadian semesta alam dan segala isinya dibuka dengan penegasan bahwa sebelum apa-apa ada, Tuhan telah bertahta
dengan Sukma Sejati, yaitu di dalam keadaan yang sejati, ialah istana Tuhan atau dasar hidup. Tuhan telah ada sebelum sesuatu ada. Sebelum buana tercipta, Tuhan
mempunyai karsa menurunkan Roh suci ialah sinar Tuhan sendiri Soenarto, 2014: 41. Proses penciptaan dimulai dengan pembuatan bahan dasar yang disebut
anasir-anasir, lalu penciptaan semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia.
28
1. Penjadian Empat Anasir sebagai Bahan Dasar Penciptaan
Anasir dalam Pangestu tidak bisa dipandang sebagai semata-mata ilmu kimia. Yang lebih dahulu diciptakan Tuhan ialah keempat anasir: udara , air , api
dan tanah. Keempat anasir berbentuk halus sekali. Terjadinya keempat anasir berasal dari kekuasaan Tuhan, oleh sebab itu dapat diumpamakan dengan pelita
dan asapnya Soenarto, 2014: 41. Atas kehendak Suksma Kawekas yang disabdakan oleh Suksma Sejati maka terjadilah unsur-unsur Soemantri, 2011:
10. Gambaran ini harus diartikan sejajar mengingat Suksma Sejati adalah sang sabda yang berasal dari Suksma Kawekas dan menjadi pemegang kekuasaan
sehingga terjadilah keempat anasir itu. Sumber kekuasaan itu berasal dari Tuhan sendiri yang digambarkan sebagai nyala pelita, sedangkan asapnya yang berasal
dari pelita itu adalah keempat anasirnya. Penjadian anasir-anasir terjadi dalam kekuasaan Tri Purusha, konsep penciptaan itu sebagai proses emanasi Soewarno,
2005: 312.
2. Penciptaan Semesta Alam
Adapun sebab perlunya alam semesta dijadikan ialah Tuhan mempunyai kehendak untuk menurunkan Roh Suci, yaitu cahaya Tuhan. Tetapi kehendak itu
terhenti karena belum ada wadahnya dan tempatnya. Oleh sebab itu Tuhan lalu membuat alam semesta. Dengan kata lain dijadikan semesta alam ini supaya Roh
Suci dapat diturunkan Soenarto, 2014: 42. Penjadian alam semesta sebagai berikut, mula-mula unsur tanah itu halus
sekali wujudnya dan tersebar diangkasa raya. Lama kelamaan lalu berkumpul
29
seperti kabut, kemudian bergerak turun jatuh di air. Lumpur cair tadi makin banyak dan mengembang di atas air. Panas yang timbul dari api baik yang berada
dilapisan atas dan dilapisan bawah mempengaruhi lapisan air itu. Begitu juga unsur hawa ikut mempengaruhi air tersebut. Terkumpulnya daya dari keempat
anasir tadi menyebabkan bergeraknya air. Makin lama gerakan air itu makin hebat, sehingga menggelora sangat dasyat. Oleh geraknya air ini, lumpur yang
mengapung di atas air itu seperti diputar diatas nyiru. Lama kelamaan terkumpulah menjadi satu. Oleh karena panasnya api, lumpur yang telah
terkumpul tadi lama kelamaan menjadi kering. Sementara menggelorannya air tidaklah berhenti-henti, oleh karena kekeuasaan Tuhan. Seolah-olah sudah
direncanakan lumpur tadi mengeras lama kelamaan berbentuk semesta raya Sularso, 1987: 59.
3. Penciptaan Manusia
Penjadian manusia setelah dunia besar ini terbentuk. Mula-mula Tuhan menjadikan seorang laki-laki, dialah yang akan menurunkan benih atau menjadi
sarana turunnya Roh Suci. Kemudian Tuhan menjadikan perempuan yang menjadi sarana untuk memberi tempat turunnya Roh suci. Semua itu terjadi dalam
kekuasaan Tuhan. Sehingga sampai kini turunnya Roh Suci melalui laki-laki dan perempuan Soenarto, 2014: 45.
Adapun terjadinya manusia itu adalah dari cahaya kesatuan Tri Phurusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci. Yang diberi pakaian dari anasir
empat macam : udara, api, air dan tanah. Sehingga manusia mempunyai bahan
30
dasar kasar dan halus. Manusia mempunya empat anasir yang sama seperti dunia besar makrokosmos, maka manusia dapat disebut dunia kecil mikrokosmos.
Dunia besar dan kecil dapat saling menguasai dan mempengaruhi Soenarto, 2014: 44.
Susunan manusia adalah sebagai berikut, manusia mempunyai badan rangkap. Pertama: badan jasmani kasar atau tubuh yang dapat dilihat dengan
mata, yang terjadi dari keempat anasir. Kedua: badan halusbadan Rohani atau suksma yang tidak kelihatan, yang terjadinya dari cahaya kesatuan Tri Purusha:
Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci. Badan kasar dapat hidup bergerak dan bekerja karena dihidupkan oleh Roh yang memakai pakaian badan kasar.
Badan jasmani dan badan halus tersebut diperlengkapi dengan perkakas hidup sendiri-sendiri. Perkakas badan jasmani adalah alat-alat badan jasmani, yaitu
panca indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa. Perkakas badan halus adalah alat-alat badan rohani jiwa, ialah angen-
angen, nafsu dan perasaan. Tugas angen-angen ialah menangkap segala sesuatu yang ada dalam dunia besar ini kedalam otak, melalui pintu gerbang panca indera.
Angen-angen terjadi dari bayangan Tri Purusha. Kerja angen-angen terdiri dari tiga segi: pikir cipta, kekutannya disebut Pangaribawa. Nalar pikiran,
kekutannya disebut Prabawa. Pangerti atau akal budi kekuatannya disebut Kemayan. Bayangan Tri Purusha dalam angen-angen sebagai berikut: pikir cipta
adalah sebagai pantulan Roh Suci. Nalar pikiran adalah sebagai pantulan Suksma Sejati yang menghubungkan semua gambaran di otak. Pangerti paham