Ajaran Penghayatan Pangestu dalam Kehidupan

44 fungsi-fungsi inderawi. Sehingga seseorang dalam menghadapi segala situasi kesukaran hidup sehari-hari, dapat menghadapi dengan tenang.

3. Representasi

Manusia yang telah mengambil jarak terhadap materi permasalahan dunia, bukan berati meninggalkan namun menemukan kekayaan batin dalam menuju persatuan dengan Tuhan. Representasi berarti bahwa semua kewajiban harus dipenuhi dan dijalankan demi membangun keselamatan dunia. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, “Kuwajiban” dan “Memayu Ayuning Bawana” Dejong, 1976: 28.

G. Ajaran akhir zaman

Gambaran untuk jiwa-jiwa yang akan kembali kehadirat Tuhan di gambarkan dengan seorang musafir yang memulai melakukan perjalanan meninggalkan rumahnya. Dan suatu saat akan kembali lagi kerumah asalnya. Namun perjalanan musafir sangatlah banyak godaan, bahkan harus melalui jalan gawat, apabila tidak mendapat karunia Tuhan, mereka akan tersesat. Bagi jiwa- jiwa Pangestu, dunia ini disebut pondoktempat tinggal sementara, sedangkan akhiran disebut sebagai desa, yakni rumah tinggal tetap, tujuan dari sang musafir Sularso, 1987: 98-99. Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang meninggal akan dihadapkan pada kiamat kecil, kelahiran kembali reinkarnasi dan kiamat besar. Semua tahapan itu tergantung dengan jiwa manusia ketika masih hidup di dunia. 45

1. Kiamat dunia kecil

Kehidupan dunia ini tidak kekal. Sehingga segala sesuatu yang bersifat makluk tentu ada akhirnya. Manusia sebagai dunia kecil mempunyai akhir, sama seperti mempunyai permulaan. Akhir hayat manusia ditandai dengan mengeriputnya kulit, berkurangnya kekuatan badan, susutnya daya penglihatan dan pendengaran, menjadi jompo dan sebagainya. Tanda-tanda itu dimaksudkan untuk mengingatkan manusia akan hukum kehidupan manusia yaitu kesanggupan roh suci waktu akan diturunkan kedunia Soenarto, 2014: 147. Saat kematian manusia, roh manusia lepas dari tubuh menghadapi dua kemungkinan. Pertama kembali kehadirat Tuhan karena telah setia terhadap perjanjian dan peraturan Tuhan sewaktu masih di dunia. Kedua tenggelam kedalam pusaran arus kegelapan di alam kafiruna. Alam kafiruna disebut juga neraka jahanam. Alam kafiruna terdiri dari tujuh lapisan. Di alam ini jiwa manusia dapat merasakan lapar, haus, dingin, panas, kecewa, sakit hati namun hanya tertipu oleh angan-angannya sendiri, karena bukan alam kasar lagi. Tentang lamanya jiwa yang tinggal di alam kafiruna, hal itu tergantung cepat dan lambatnya bertobat kepada Tuhan Soenarto, 2014: 149,156.

2. Kelahiran Kembali Reinkarnasi

Karena dalam alam kafiruna badan jasmani halus masih lengkap, maka si mati tetap mengerjakan panembahan kedalam keadaan “heneng hening”. Dari situ jiwa yang dilahirkan kembali akan diperkenankan memulai hidup baru dengan badan jasmani kasar yang baru pula. Badan jasmani halus terbawa masuk dalam 46 badan jasmani kasar yang baru dan menyimpan segala pengalaman dan karma yang harus dilalui dalam kelahirannya kembali di dunia Soemantri, 2011: 53. Mengenai reinkarnasi bila jiwa masih berdosa berat, akan diberi kesempatan selama tujuh kali. Reinkarnasi bisa terjadi dalam dua kemungkinan, tahap pertama dilahirkan sebagai manusia dengan pertanggung jawaban karma setelah hidup didunia lagi Mertoatmodjo, 1990: 86.Kemungkinan kedua dilahirkan dalam dunia hewan. Yang harus dicatatjustru lahir dalam dunia hewan mengandung makna yang positif, karena dalam arti Roh suci tanpa penyertaa suksma sejati yang menjadi jiwa binatang akan kembali secara otomatis akan kembali ke asal mulanya Suksma Kawekas Tuhan, setelah badan jasmaninya mati Soemantri, 2011: 55,56.

3. Kiamat Dunia Besar

Dunia besar ini juga akan mengalami kiamat, tetapi kapan tibanya merupakan perkara yang gaib, karena Tuhan belum berkenan menyabdakan-Nya. Pada hari kiamat dunia yang telah terbentang ini akan musnah dan ini yang menjadi peristiwa akhir dari alam semesta ini. Datangnya kiamat besar dihubungkan degan datangnya pembalasan Tuhan terhadap hamba yang berdosa. Segala dosa para hamba itulah yang menyebabkan kiamat besar. Jadi sesungguhnya bukan karsa Tuhan agar dunia ini lebur, tetapi karena perbuatan iblis yang berwujud manusia, mereka itulah yang mendatangkan kiamat. Dengan musnahnya dunia besar maka berakhirlah kesempatan untuk reinkarnasi. Yang jelas pada hari itu semua hamba yang berdosa akan dijatuhi pedang keadilan 47 Allah, yaitu pembalasan terakhir denagn di pisahkan secara tetap dari alam sejati Sularso: 1987: 126,127.

H. Rangkuman Ajaran Kebatinan Pangestu

Batin dipakai untuk menunjukkan sifat keunggulan terhadap perbuatan lahir. Batin adalah keadaan yang abstrak, tidak nyata, yang tidak ditangkap dengan panca indra. Kebatinan ialah suatu ilmu yang menuju kearah penjelasan, tugas hidup, menuju kepada kesempurnaan. Kebatinan adalah ilmu kesempurnaan yang mengajarkan bagaimana caranya. Kebatinan adalah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna mencapai kesempurnaan hidup. Kosep mistik dalam aliran Kebatinan adalah bersatu dengan Tuhan, yang sering disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti Suwarno, 2005: 88. Ciri-ciri khas Kebatinan adalah: pertama sifat “batin” yang berusaha menembus panca indra dan masuk pengetahuan Roh, kedua bersifat “rasa” yang melatih kepekaan hati, yang ketiga “asli” yang merupakan asli gerakan budaya setempat, keempat “hubungan erat antar anggota” yang tercermin dalam sikap gotong royong, kelima “akhlak sosial” yang terwujud dalam pembangunan bermasyarkat dan berbangsa, keenam “gaib” yang tercermin dalam kepercayaan akan daya-daya, suprarasional yang luar biasa yang dianugrahkan Tuhan kepada umatnya guna membangun kehidupan bersama , sebaliknya gejala “klenik” adalah praktek yang melanggar norma-norma agama, Kebatinan, kerohaninan , susila dan hukum. 48 Salah satu aliran Kebatinan adalah Pangestu, singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya Persatuan untuk dapat bertunggal. Tunggal itu dapat ditafsirkan secara horisintal maupun vertikal melalui kesatuan solidaritas dengan golongan-golongan masyarakat, maupun kesatuan dengan Tuhan. Ajaran Pangestu didirikan tanggal 20 mei 1949 di Surakarta. Dalam berbagai aliran Kebatinan dikenal beberapa wahyu sesuai dengan pemberian nama alirannya masing-masing. Kebatinan Pangestu memberi wahyun ya dengan nama “Wahyu Sasangka Jati”. Telah dikisahkan bahwa penerima wahyu pertama adalah R. Soenarto. Menurut Pangestu, Wahyu Sasangka Jati adalah sama dengan Wahyu Kristus atau Wahyu Ilahi. Iman dalam ajaran KebatinanPangestu dirumuskan dengan gambaran bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan melaksanakan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati. Tuhan yang mutlak tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu adalah suatu ke-tri-tunggalan. Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang selanjutnya paham Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini: 1. Suksma Kawekas Tuhan Yang Sejati, dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala. 2. Suksma Sejati Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati Utusan Tuhan. 3. Roh Suci Manusia Sejati, ialah jiwa Manusia yang sejati. Konsep penciptaan dalam Pangestu adalah proses emanasi. Penciptaan atas kehendak Suksma Kawekas dan terjadi oleh kuasa Suksma Sejati. Penciptaan dimulai dari pembuatan bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan 49 semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia. Arti dasar keselamatan hidup manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan”. Keselamatankedamaian sejati adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas. Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil distansi jarak terhadap dunia jagad gedhe dengan jalan rilo, narimo, sabar. Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri dengan jalan tapa dan pamudaran, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri jagad cilik. Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia Ajaran akhir zaman adalah kembalinya jiwa-jiwa kepada Tuhan sang