melarutkan analit yang bersifat polar maupun non polar. Menurut penelitian Astarina, Astuti, dan Warditiani, 2013, metanol dapat menarik lebih banyak
metabolit sekunder antara lain senyawa fenolik, tanin, alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid.
F. Pemeriksaan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas pada tumbuhan sisik naga. Menurut Materia Medika
Indonesia Jilid V, pengamatan mikroskopik pada penampang melintang melalui tulang daun sisik naga tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk
persegi panjang, kutikula tebal, stomata terdapat lebih banyak daripada epidermis atas dan kadang-kadang terdapat rambut penutup berbentuk bintang, epidermis
bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tebal. Mesofil tidak mempunyai jaringan palisade, jaringan bunga karang terdiri dari
beberapa lapis sel, terdapat sel sekresi, berkas pembuluh tipe konsentris amfikibral. Serbuk berwarna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah sel
epidermis atas bentuk tidak beraturan, dinding tebal bergelombang, sel epidermis bawah tidak beraturan, pada epidermis bawah terdapat stomata kriptopor dengan
tipe anomisitik, sel sekresi, rambut penutup bentuk bintang, dan sel parenkim mesofil besar bentuk poligonal.
Hasil Mikrokopik MMI Jilid V
Keterangan 2
1
Sayatan permukaan bawah daun
2 1
1. Stomata
2. Epidermis bawah
1
Penampang membujur daun
1
1. Rambut penutup
1 2
Fragmen serbuk simplisia
2
1
1. Epidermis bawah
2. Parenkim mesofil
Gambar 2. Hasil uji mikroskopik dengan pembanding MMI Jilid V
Hasil pemeriksaan mikroskopik tumbuhan sisik naga didapatkan ciri khas yang sesuai dengan Materia Medika Indonesia Jilid V antara lain, stomata,
epidermis bawah, rambut penutup, dan parenkim mesofil.
G. Karakterisasi Tumbuhan Sisik Naga
Karakterisasi simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh bertujuan untuk mengetahui apakah telah
memenuhi mutu. Syarat mutu adalah semua paparan yang tertera dalam monografi yang merupakan syarat mutu simplisia dan ekstrak yang bersangkutan.
Suatu simplisia dan ekstrak tidak dapat dikatakan bermutu jika tidak memenuhi syarat mutu tersebut. Syarat mutu ini berlaku bagi simplisia dan ekstrak dengan
tujuan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan yang tertera di dalam Farmakope Herbal Indonesia, 2013.
Menurut Materia Medika Indonesia Jilid V, standarisasi mutu tumbuhan sisik naga, antara lain kadar abu 8, kadar abu yang tidak larut dalam asam
4,5, kadar sari yang larut dalam air 25,5, kadar sari yang larut dalam etanol 6, dan bahan organik asing 2.
Tabel III. Kadar Uji Karakteristik Simplisia, Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol
Kadar Abut Total bb Replikasi
Serbuk Simplisia
Ekstrak Diklorometan
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak Metanol
1 2,0682
1,5464 2,0682
2,1163 2
1,3012 1,8629
1,3012 2,5577
3 2,8201
1,6243 2,8201
1,9962
Kadar Abut Tidak Larut Asam bb Replikasi
Serbuk Simplisia
Ekstrak Diklorometan
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak Metanol
1 0,6631
0,1305 0,6289
0,1480 2
0,7193 0,1222
0,8839 0,1097
3 0,7801
0,0914 0,7136
0,1810
Kadar Sari Larut Air bb Replikasi
Serbuk Simplisia
Ekstrak Diklorometan
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak Metanol
1 26,2135
5,6796 9,7058
69,6787 2
26,1980 4,9484
10,1428 80,3280
3 27,2404
5,9223 8,5714
74,7156
Kadar Sari Larut Etanol bb Replikasi
Serbuk Simplisia
Ekstrak Diklorometan
Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak Metanol
1 26,4646
14,9494 50,8333
68,1553 2
23,3636 13,1730
45,4054 61,5406
3 27,6237
20,9223 90,2702
72,4257 Dari hasil penelitian, serbuk simplisia tumbuhan sisik naga pohon inang teh
telah memenuhi standar mutu yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid V.
H. Kandungan Kimia Ekstrak