umum pada batang, dahan pohon dan perdu yang daunnya tidak begitu lebat Heyne, 1987.
Diambil tumbuhan sisik naga pohon inang teh dengan daun yang masih segar dan berbagai ukuran serta bentuk daun. Pengambilan dilakukan pada
tanggal 16 Mei 2015 di pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB sebelum matahari terbit. Dilakukan pada pagi hari karena kondisi dan cuaca dapat mempengaruhi
kualitas dari tumbuhan. Menurut Pallipane dan Rolle, 2008, pemanenan paling baik dapat dilakukan pada cuaca paling sejuk, ketika aktivitas fisiologis tanaman
rendah. Dapat dilakukan malam hari atau pagi hari.
C. Pengeringan Tumbuhan Sisik Naga
Tujuan dilakukan pengeringan tumbuhan sisik naga pohon inang teh adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung di dalam tumbuhan
dan untuk mengawetkan tumbuhan. Proses pengeringan tumbuhan sisik naga pohon inang teh antara lain, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering,
pengepakkan dan penyimpanan. Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan tumbuhan dari tumbuhan lain dan pengotor-pengotor lain, kemudian dilakukan
pencucian menggunakan air mengalir agar dapat menghilangkan pengotor yang tertinggal di tumbuhan.
Setelah itu dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari dan oven untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam simplisia. Simplisia kering
kemudian disortasi kering untuk memisahkan pengotor-pengotor yang masih tertinggal, kemudian disimpan dalam wadah yang dapat melindungi zat aktif
simplisia.
D. Penyerbukan Tumbuhan Sisik Naga
Hasil simplisia yang telah kering kemudian diserbuk dengan cara dihaluskan menggunakan blender. Menurut penelitian Subositi, dilakukan
penyerbukan dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran partikel yang kecil sehingga luas permukaan simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari
menjadi lebih besar dengan memperkecil ukuran partikelnya. Semakin besar luas permukaan, semakin cepat laju pelarutannya. Didapatkan bobot serbuk halus
561,24 gram hasil pengayakan dengan nomor mesh 40.
Tabel II. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Nomor Mesh Sigma-Aldrich, 2016.
No. Mesh Inchi
Standar mm
4 0,187
4,760 5
0,157 4,000
6 0,132
3,360 7
0,111 2,830
8 0,094
2,380 10
0,078 2,000
20 0,033
0,841 30
0,023 0,595
40 0,016
0,420 50
0,012 0,297
60 0,010
0,250 70
0,008 0,210
80 0,007
0,177 100
0,006 0,149
120 0,005
0,125 140
0,004 0,105
170 0,003
0,088 270
0,002 0,053
400 0,001
0,037
E. Ekstraksi Tumbuhan Sisik Naga
Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan sisik naga berupa ekstrak kental. Serbuk halus yang didapatkan dibagi
menjadi 5 replikasi dengan berat 100 gram pada masing-masing replikasi. Digunakan 3 pelarut untuk ekstraksi, diklorometan, etil asetat, dan metanol.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi kemudian dilakukan remaserasi hingga filtrate jernih.
Menurut Ma’mun, 2006 remaserasi dilakukan hingga filtrat diklorometan, etil asetat, metanol jernih agar kandungan kimia
yang terdapat di dalam tumbuhan tersari sempurna. Tujuan digunakannya 3 pelarut adalah untuk memisahkan senyawa yang bersifat non polar
diklorometan, semi polar etil asetat, dan polar metanol. Setelah semua hasil maserasi dikumpulkan, filtrat dipekatkan menggunakan
rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol. Setelah dipekatkan menggunakan rotary evaporator kemudian
dipekatkan menggunakan waterbath untuk mendapatkan bobot tetap, menurut Depkes RI, 1989, yang dimaksudkan dalam bobot tetap ini bahwa 2 kali
penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan selama 1 jam.
Didapatkan bobot dan rendemen diklorometan 3,35 bb; etil asetat 1,05 bb;
dan metanol 11,98 bb. rendemen menggambarkan banyaknya kandungan
senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak. Dari hasil penelitian, rendemen ekstrak metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh paling besar, hal ini
dikarenakan metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
melarutkan analit yang bersifat polar maupun non polar. Menurut penelitian Astarina, Astuti, dan Warditiani, 2013, metanol dapat menarik lebih banyak
metabolit sekunder antara lain senyawa fenolik, tanin, alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid.
F. Pemeriksaan Mikroskopik