meningkat. Ketika tindakan kelas siklus II telah dilakukan, kemampuan membaca cerpen siswa mengalami peningkatan.
4.3.1 Hasil Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II
Hasil penelitian kemampuan membaca cerpen siswa pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilhat dari
jumlah siswa yang tuntas dari setiap siklus. Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa antara tindakan kelas pada siklus I dan siklus II mengalami perbedaan yang
sangat signifikan, yaitu pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas hanya sebanyak 8 siswa yang tuntas, sementara 20 orang siswa tidak tuntas. Sementara pada
penerapan siklus II, siswa megalami peningkatan dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 24 orang, sementara yang tidak tuntas hanya 4 orang siswa
saja. Hal ini dikarenakan pada penerapan siklus II, setiap kesalahan-kesalan pada siklus I tidak terulang pada siklus II.
Pada penerapan siklus I, kemampuan membaca cerpen siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada penerapan prasiklus. Persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sebanyak 28,57. Khusus siswa yang mencapai ketuntasan, mereka bisa menjawab pertanyaan terkait unsur-unsur intrisnik dan ekstrinsik dari cerpen
itu sendiri. apabila para siswa bisa mengidentifikasi setiap unsur intrinsik cerpen “Pelajaran Mengarang, maka akan diberikan skor 1. Jika siswa bias menjawab
dan menjelaskan setiap unsure intrinsik cerpen, maka akan diberi skor 1 juga. Jika siswa dapat mengidentifikasi unsur ekstrinsik cerpen “Pelajaran Mengarang”
dengan baik maka akan diberi skor 2.
Jika siswa bisa menjelaskan setiap unsur ekstrinsik dengan tepat atau walau hanya dengan meyebutkan kata kunci, siswa akan diberi skor 2. Jika siswa selesai
mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”, selanjutnya para siswa menbuat kesimpualan secara umum
me ngenai teks cerpen “Pelajaran Mengarang” yang sudah di baca. Langkah
terakhir adalah siswa disuruh untuk memberikan kritik mengenai kelebihan dan kekurangan dari cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang. Jika siswa mampu
menjelaskan secara lengkap maka akan diberi skor 4. Akan tetapi, jika siswa menjawab hanya satu kelebihan atau kekurangan dari cerpen tersebut maka hanya
akan diberikan sokor 1. Pada siklus I, peneliti mengambil salah satu hasil kerja siswa yang
mencapai ketuntasan maksimal. Untuk soal yang menanyakan tentang amanat dari teks cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”, secara umum siswa bisa
menjawab, tetapi ada sebagian siswa yang belum bisa. Berikut hasil kerja siswa yang bisa menjawab pertanyaan terkait dengan
amanat dari teks yang berjudul “Pelajaran Mengarang” dan dapat mencapai
ketuntasan. Pertanyaan: apa tema dari teks cerpen yang berjudul “Pelajaran
Mengarang”? Jawaban: tema dari cerpen tersebut adalah kehidupan sosial.
Untuk soal nomor 2, ada beberapa siswa yang menjawab dengan benar dan tepat, peneliti akan mengambil salah satu contoh jawaban siswa yang mencapai
ketuntasan. Pertanyaan: Apakah amanat dari teks ceerpen yang berjudul “pelajaraan
Mengarang”?, Jawaban: pentingnya peran orang tua dalam pembentukkan mental dan
pribadi anak. Pada soal mengidentifikasi unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai pada cerpen
yang berjudul “pelajaran Mengarang”, ada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Berikut adalah siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan
tepat. Per
tanyaan: “berjanjilah pada mama, kamu akan menjadi wanita baik- baik”
Nilai yang terkandung pada kutipan di atas adalah nilai moral.
Pada soal mebuat kesimpulan ada siwa yang menjawab dengan baik, karena memang dalam cerpen tersebut menceritakan tentang pentingnya peran
orang tua, atas nama Muuler Millan. S. Menurut saya kesimpualan dari cerpen yang berjudul “pelajran
Mengarang” adalah, orang harus memberi kasih sayang yang tinggi terhadap anak-anak mereka, kita tidakorang tua tidak boleh memberikan
kata kotor karena itu bisa membuat anak terbiasa dan akan mengikuti
setiap ajaran yang diberikan oleh orang tuanya”. Aspek membaca cerpen yang dinilai juga adalah siswa bisa memberikan
kritikan secara keseluruhan terhadap cerpen yang berjudul “Pelajaran mengar
ang”, peneliti mengambil salah satu jawaban siswa yang mendapat skor tertinggi atas nama F.S. Yolanda yaitu,
“Menurut saya, penggunaan bahasa yang dipakai oleh pengarang dalam cerepn tersebut sangat bagus, pengarang mampu mengemas cerpen ersebut
sehingga d apat dengan mudah dipahami”.
Pada siklus I ini, masih banyak siswa yang belum bisa menjawab soal dengan baik sehingga membuat mereka belum bisa mencapai ketuntasan
maksimal, penyebab pada siklus I ini adalah siswa tidak membaca cerpen secara intens sehingga isi cerpen secara keseluruhan tidak mereka pahami. ada saat
menjawab soal yang diberikan oleh peneliti, mereka binggung sendiri dan pada akhirnya mereka mengisi jawaban asal-asalan.
Peneliti mengabil hasil kerja salah seorang siswa yang mendapatkan nilai terendah ketika menjawab pertanyaan mengenai watak tokoh Ibu Tati pada cerpen
tersebut atas nama Julius Awng. C. Berikut adalah jawaban dari siswa tersebut. “Menurut saya, watak tokoh Ibu Tati kurang jelas, karena peran tokoh Ibu
guru Tati kurang banyak diceritakan dalam cerpen tersebut”.
Pada saat membuat kesimpulan dari cerpen tersebut secara keseluruhan, ada banyak siswa yang belum bisa menjawab dengan benar. Peneliti mengambil
hasil kerja salah seorang siswa atas nama Ebenhaizer. S. Berikut jawabnya. “Peran seorang ibu dalam pembentukan anak, sangatlah penting”.
Jawaban di atas masih belum pas, karena secara umum isi cerpen menggambarkan bukan hanya peran seorang ibu, tetapi bagaimana pentingnya
peran orang tua dan keluarga dalam proses pembentukan karakter dan mental si anak.
Pada siklus I, ada siswa yang hanya menjawab pertanyaan tanpa membaca isi cerpen. Hal ini dibuktikan dengan hasil jawaban siswa tersebut ketika
ditanyakan mengenai watak tokoh “Mami” dalam cerpen tersebut atas nama L.
Indra. berikut jawabannya.
Bagaimanakah watak tokoh Mami dalam cerpen yang berjudul “pelajaran mengarang?
Jawaban: “Orang yang mempekerjakan orang-orang tersebut.” Jawaban ini sangat tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Maka
nilai yang diperoleh siswa tersebut hanya 40 dan belum mencapai batas ketuntasan pada siklus I.
Pada siklus II kemampuan membaca cerpen siswa mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini, aspek yang dinilai
sama seperti pada siklus I. Hanya saja bahasa dan soal yang terlalu panjang akan disederhanakan. Jumlah ketuntasan pada siklus II ini lebih banyak dibandingkan
dengan siklus sebelumnya. Untuk lebih jelas, berikut peneliti akan memamparkan ketuntasan yang dicapai pada siklus II.
Pada siklus ini, peneliti mengambil hasil kerja salah seorang siswa yang mencapai ketuntasan maksimal dengan skor 90 dan menjawab setiap pertanyaan
dengan tepat. Pada siklus ini jumlah soal tetap sama dan aspek yang dinilai juga sama. Pada soal nomor satu, pertanyaan yang diajukan adalah mengenai tema dari
cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”. Para siswa dapat menjawab dengan tepat dan memperoleh skor 2. Soal ini diberikan ulang, karena pada siklus I, masih
ada siswa yang belum bisa menentukan tema dengan tepat. Pada soal nomor 2 peneliti membuat pertanyaan yang sama yaitu mengidentifikasi tokoh dan
penokohan dalam cerpen tersebut. Para siswa pada siklus I bisa menjawab, tetapi tidak tepat. Sementara pada siklus II, para siswa bisa menjawab dengan tepat dan
diberi skor 4. Pada tahap berikutnya siswa diminta untuk membuat kesimpulan secara keseluruhan dari teks cerpen. Pada siklus I para siswa bisa membuat
kesimpulan, tetapi tidak mencakup secara keseluruhan dari teks cerpen yang dibaca. Akan tetapi pada siklus II, para siswa bisa menjawab dengan benar dan
mendapat skor 3. Selanjutnya para siswa diperintah untuk memberikan kritik mengenai kekurangan dan kelebihan dari teks cerpen. jika siswa dapat
memberikan kritik dengan tepat maka akan mendapat skor 4. Siswa yang belum mencapai ketuntasan pada siklus II lebih sedikit
dibandingkan dengan pada siklus I. Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil kerja salah seorang siswa yang belum mencapai nilai KKM. Peneliti mengambil
hasil kerja siswa yang mendapatkan nilai terendah yaitu 50. Banyak faktor yang mempengaruhi anatara lain, menjawab setiap pertanyaan tidak maksimal, ketika
membuat kesimpulan dan kritikan terhadap isi teks cerpen, siswa tersebut masih belum menjawab dengan tepat. Hal ini terbukti dari hasil kerja siswa yang
menjawab pertanyaan asal-asalan. Secara keseluruhan, pada siklus II ini banyak siswa yang mencapai
ketuntasan. Perbedaaan peningkatan pada siklus I dan siklus II sangat tinggi. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas hanya mencapai 28,57, sementara siswa yang
belum tuntas mencapai 71,42. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas mencapai 85,71 dan siswa yang tidak tuntas lebih sedikt yaitu hanya 14,28. Dari
perbandingan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada siklus I keberhasilan siswa lebih banyak dibandingkan pada prasiklus.
Grafik 4.3.3 Nilai Rata-Rata Kemampuan Membaca Cerpen dan Ketuntasan Siswa Melalui
Metode Quantum Reanding dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Grafik di atas menunjukkan peningkatan dan perbandingan nilai rata-rata dari ketuntasan prasiklus,siklus I dan siklus II. Rata-rata nilai siswwa meningkat dari
60,5 pada prsiklus, 67,32 pada siklus I dan 81,8 pada siklus II.
20 40
60 80
100
Prasiklus Silkus I
Siklus II Rata-rata
Tuntas Tidak tuntas
Prasiklus Siklus I
Siklus II Rata-rata
60,5 67,32
81,8 Tuntas
O 28,57
85,71 Tidak tuntas
100 71,42
14,28
Persentase ketuntasan pada prasiklus sebesar 0, pada siklus I sebesar 28,57 dan pada siklus II lebih meningkat yaitu sebesar 85,71.
4.4 Uji Normalitas