Penggunaan metode quantum reading untuk meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas XI IIS SMA Marsudi Luhur tahun ajaran 2014/2015.
ABSTRAK
Manggur, Januar. 2015. Penggunaan Metode Quantum Reading untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Yogyakrta dengan menggunakan metode Quantum Reading. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cerpen.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan untuk mendaptkan data adalah tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan nontes berupa pertanyaan wawancara dan pedoman observasi. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menghitung nilai hasil belajar siswa, menghitung nilai rata-ratadan menghitung perbedaan dengan uji “t”.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa. Penggunaan metode quantum reading dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai siswa dan observasi kelas, kemampuan membaca cerpen siswa meningkat dari siklus I sampai siklus II. Kentuntasan awal 0%, pada siklus I kentuntasan siswa mencapai 28,57% atau sebanyak 8 siswa yang mendapatkan nilai tuntas. Pada siklus II ketuntasan siswa mencapai 85,71% atau sebanyak 24 siswa yang mendapatkan nilai tuntas. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima. Hasil tersebut sesuai dengan harapan penulis bahwa penggunaan metode Quantum Reading dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta 2014/2015.
(2)
ABSTRACT
Manggur, Januar. 2015. The Use of Reading Quantum Method in Improving Short Story Reading Ability of Marsudi Luhur Senior High School Students of the Academic Year of 2014/2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This research observed the improvement of short story reading ability of the students of Marsudi Luhur Senior High School Yogyakarta using Reading Quantum method. This research aims to describe the improvement of short story reading ability.
This research was developed using two cycles, in which each cycle consists of designing, action, observation and reflection. The instruments used for data gathering took the forms of test and non-test. Test instruments were worksheets and non-test in the form of oral question and answer sessions and observation guidelines. Data analysis made use of quantitative data analysis,
namely calculating students’ test result, calculating the average score and differential calculation through “t” test.
From the research it is concluded that (1) the use of “Quantum Reading”
can improve the short story reading ability of the students of Marsudi Luhur Senior High School class of XI in the academic year of 2014/2015. (2) based on
the students’ scores and classroom observation, students’ short story reading
ability increased throughout cycle I and cycle II. The completion in the initial step was 0%, the completion in the cycle I was 28.57% or eight students reached the completion scores. In the cycle II the completion rate was 85.71% or 24 students
reached the completion scores. Hypothesis test’s result shows that t-computing surpassed t-table. Hence, null hypothesis was rejected and alternative hypothesis
was accepted. The result was in accordance to the writer’s expectation that the use of “Quantum Reading” method is able to improve the reading ability of the
students of Marsudi Luhur Senior High School Yogyakarta the class of XI, the academic year of 2014/2015.
(3)
PENGGUNAAN METODE QUANTUM READING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA PENDEK SISWA KELAS XI IIS SMA MARSUDI LUHUR
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
oleh:
Yanuarius Manggur 111224015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
i
PENGGUNAAN METODE QUANTUM READING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA PENDEK SISWA KELAS XI IIS SMA MARSUDI LUHUR
TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
oleh:
Yanuarius Manggur 111224015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN MOTO
(8)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kepada Tuhan Yesus Kristus
Orangtua Saya Bpk. Marselinus Jadut Ibu Yustina Mamul.
Bpk. Drs. Maksimus Gasa, Msi. Ibu Elisabeth Jangat
(9)
(10)
(11)
viii ABSTRAK
Manggur, Januar. 2015. Penggunaan Metode Quantum Reading untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Yogyakrta dengan menggunakan metode Quantum Reading. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cerpen.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan untuk mendaptkan data adalah tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan nontes berupa pertanyaan wawancara dan pedoman observasi. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menghitung nilai hasil belajar siswa, menghitung nilai rata-ratadan menghitung perbedaan dengan uji “t”.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa. Penggunaan metode quantum reading dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan nilai siswa dan observasi kelas, kemampuan membaca cerpen siswa meningkat dari siklus I sampai siklus II. Kentuntasan awal 0%, pada siklus I kentuntasan siswa mencapai 28,57% atau sebanyak 8 siswa yang mendapatkan nilai tuntas. Pada siklus II ketuntasan siswa mencapai 85,71% atau sebanyak 24 siswa yang mendapatkan nilai tuntas. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima. Hasil tersebut sesuai dengan harapan penulis bahwa penggunaan metode Quantum Reading dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur Yogyakarta 2014/2015.
(12)
ix
ABSTRACT
Manggur, Januar. 2015. The Use of Reading Quantum Method in Improving Short Story Reading Ability of Marsudi Luhur Senior High School Students of the Academic Year of 2014/2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
This research observed the improvement of short story reading ability of the students of Marsudi Luhur Senior High School Yogyakarta using Reading Quantum method. This research aims to describe the improvement of short story reading ability.
This research was developed using two cycles, in which each cycle consists of designing, action, observation and reflection. The instruments used for data gathering took the forms of test and non-test. Test instruments were worksheets and non-test in the form of oral question and answer sessions and observation guidelines. Data analysis made use of quantitative data analysis,
namely calculating students’ test result, calculating the average score and differential calculation through “t” test.
From the research it is concluded that (1) the use of “Quantum Reading”
can improve the short story reading ability of the students of Marsudi Luhur Senior High School class of XI in the academic year of 2014/2015. (2) based on
the students’ scores and classroom observation, students’ short story reading
ability increased throughout cycle I and cycle II. The completion in the initial step was 0%, the completion in the cycle I was 28.57% or eight students reached the completion scores. In the cycle II the completion rate was 85.71% or 24 students
reached the completion scores. Hypothesis test’s result shows that t-computing surpassed t-table. Hence, null hypothesis was rejected and alternative hypothesis
was accepted. The result was in accordance to the writer’s expectation that the use of “Quantum Reading” method is able to improve the reading ability of the
students of Marsudi Luhur Senior High School Yogyakarta the class of XI, the academic year of 2014/2015.
(13)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala rahmat, berkat dan pendampingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Penggunaan Metode Quantum Reading untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Ajaran 2014/2015”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang turut memberikan semangat dorongan bantuan dan doa hingga akhirnya penulisan ini dapat selesai, yaitu kepada :
1. Tuhan Yesus yang selalu menjaga dan memberikan rahmat kehidupan kepada saya sampai pada penyelesaian penulisan skripsi ini.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI dan dosen penguji yang selalu sabar dan penuh ketulusan membimbing penulis sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih sempurna.
3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang dengan dedikasi tinggi membimbing, menasihati penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
4. Seluruh dosen PBSI yang penuh ketulusan dan kesabaran mengajar selama menempuh perkuliahan.
5. Seluruh karyawan PBSI yang selalu sabar memberikan kemudahan bagi Mahasiswa.
6. Kepada Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, dan seluruh siswa SMA Marsudi Luhur yang telah bekerjasama dalam proses penelitian penulisan skripsi.
7. Bapak Marselinu Jadut, Ibu Yustina Mamul yang telah mengorbankan segalanya demi kesuksesan penulis.
8. Bapak Drs. Maksimus Gasa, M.Si dan Ibu Elisabet Janggat yang telah mengorbankan segalanya demi keberhasilan penulis.
(14)
xi
9. Robertus Gasa, Jefrianus Dasito, Frederik Masri Gasa yang juga memotivasi selama perkuliahan.
10.Novita Anul, Elma Gasa dan Seli Saina Vatima Juju yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11.Flavianus Mario Malo partner yang telah membantu penulis pada saat penelitian. Seluruh teman seperjuangan kelas A 2011 yang telah bekerjasama selama perkuliahan berlangsung.
12.Terima kasih kepada Ibu Tini dan Mbak Minu yang telah membantu saya selama di Jogja.
13. Terima kasih kepada teman saya Flavianus Mario Malo, Yakobus Dolame, Albertus Ragil Wisnu Murti, Yohanes Wedha, Andronikus, Awing Maretha, Mitra Mantira, Didimus Setiawan Agur, Daus, Ervega, Yohanes Tuwuh, seluruh teman-teman yang tak sempat disebutkan nama satu per satu. Terima kasih telah bersikap baik dengan penulis.
14.Orang terbaik dan spesial Nengsy Leko dan Mama Ana yang yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu. 15.Terima kasih buat Dek Ema Any yang selalu memberikan rangkaian
kata-kata yang indah, kata-kata-kata-kata Motivatif, Inspiratif untuk Penulis. Selalu Penulis Ingat.
16.Terima kasih kepada Bapak Sugiman, yang dengan tulus memberikan nasihat kepada penulis selama tinggal ditempatnya.
17.Terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Heronimus Hartanto dan Ibu Caecilia Endang Sri Lestari, yang telah bersikap baik dengan saya, telah menerima saya dengan baik.
18.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, kerjasama, dan motivasi kepada penulis.
(15)
(16)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMANPERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYAT AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Defenisi Istilah ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Penelitian yang Relevan ... 9
2.2 Kajian Teori ... 11
2.2.1 Pengertian Kemampuan Membaca ... 11
2.2.2 Tujuan Membaca ... 12
2.2.3 Jenis Membaca ... 14
2.2.4 Manfaat Membaca ... 15
2.2.5 Cerpen ... 16
(17)
xiv
2.3 Metode Quantum Reading ... 17
2.3.1 Pengertian Quantum Reading ... 17
2.3.2 Karakteristik Quantum Reading ... 17
2.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Reading ... 20
2.3.4 Kelebihan Metode Quantum Reading ... 22
2.4 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Subyek Penelitian ... 25
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.4 Prosedur Penelitian ... 26
3.4.1 Siklus I ... 27
3.4.2 Siklus II ... 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.6 Instrumen Penelitian ... 35
3.7 Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38
4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian ... 38
4.2 Analisis Data Pelaksanaan Peneilitian ... 39
4.2.1 Anlisis Data Siklus I ... 39
4.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus I4.3.1 Anlisis Siklus I ... 44
4.2.3 Analisis Siklus II ... 46
4.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus II ... 51
4.3 Pembahasan ... 51
4.3.1 Hasil Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 52
4. 4 Uji Normalitas ... 59
4.4.1 Uji Normalitas Prasiklus dan Siklus I ... 59
(18)
xv
4.5 Uji T Berpasangan ... 61
4.5.1 Uji T Berpasangan Untuk Prasiklus dan Siklus I ... 61
4.5.2 Uji T Berpasangan Untuk siklus I dan Siklus II ... 64
4.6 Refleksi ... 67
BAB V PENUTUP ... 70
5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Saran ... 72
(19)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6.1 Pedoman Observasi Aktivitas Guru ... 34
Tabel 3.6.2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa... 34
Tabel 4.3.1 Tabel Frekuensi Prasiklus dan Siklus I ... 41
Tabel 4.3.2 Tabel Frekuensi Siklus I dan Siklus Ii ... 48
Tabel 4.4.1 Hasil Uji Normalitas Prasiklus dan Siklus I ... 59
Tabel 4.4.2 Hasil Uji Normalitas Siklus I dan Siklus II ... 60
Tabel 4.5.1 Hasil Uji T Kemampuan Membaca Cerpen Praiklus dan Siklus I ... 63
Tabel 4.5.2 Hasil Uji T Kemampuan Membaca Cerpen Siklus I dan Siklus II ... 66
(20)
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.3.1 persentase ketuntasan kemampuan
membaca cerpen siswa siklus I ... 41 Diagram 4.3.1 persentase ketuntasan kemampuan
(21)
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.3.3 Nilai Rata-Rata Kemampuan Membaca Cerpen dan Ketuntasan Siswa Melalui Metode Quantum Reading Dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ...58
(22)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Siswa SMA Marsudi Luhur ...76 Lampran 2 Hasil Tes Kemampuan Membaca Cerpen Prasiklus ...77 Lampiran 3 Hasil Tes Kemampuan Membaca Cerpen Siklus I ...78 Lampiran 4 Hasil Tes Kemampuan Membaca Cerpen Siklus II...79 Lampiran 12 Teks Kemampuan Membaca Cerpen Siklus I ...80 Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Cerpen ...89 Lampiran 6 Silabus Siklus I ...90 Lampiran 7 RPP Siklus I ...95 Lampiran 8 Silabus Siklus II ...111 Lampiran 9 RPP Siklus II ...116 Lampiran 10 Teks Lembar Kerja Siswa Siklus ...132 Lampiran II Teks Lembar Kerja Siswa Siklus ...131 Lampiran 13 Teks Kemampuan Membaca Cerpen Siklus II ...136 Lampiran 14 Hasil Tes Siklus I Nilai Terendah...145 Lampiran 15 Nilai Tes Siklus I Nilai Tertinggi ...147 Lampiran 16 Nilai Tes Siklus II Nilai Terendah ...149 Lampiran 17 Nilai Tes Siklus II Nilai Tertinggi ...151 Lampiran 18 Surat Izin Penelitian ...153 Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...154 Lampiran 20 Foto-Foto Kegiatan Penelitian ...155
(23)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
“Membaca”, apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang
membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita
waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca
bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi.
Asumsi-asumsi ini sering muncul di kalangan siswa SMA masa kini. Hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dari para guru agar siswa mau
membaca secara rutin. Kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa.
Hal ini bisa disebabkan oleh suasana di ruang perpusatakaan yang kurang
nyaman dan koleksi buku-buku yang tersedia tidak memadai. Faktor lain
juga, siswa terbiasa dicekoki oleh informasi instan yang biasa diperoleh dari
siaran TV dan media elektronik lainnya.
Hal ini secara lebih luas, dengan menengok sendi-sendi budaya
masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca,
atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu
termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada
tulisan. Latar budaya lisan itulah yang menjadi salah satu penyebab lemahnya
budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan
(24)
Dalam buku Readicide: How Schools are Killing Reading and What to do About It, karangan Kelly Gallagher, menyebutkan faktor-faktor yang menurunkan minat baca orang-orang muda masa kini salah satu penyeb,
karena di sekolah guru selalu menuntut siswa untuk menghafal, dan
memberikan soal ujian berupa pilihan ganda. Tuntutan menghafal setiap mata
pelajaran, menyebabkan siswa kehilangan kenikmatan dalam membaca.
Muhammad Noer (2010:15) dalam Speed Reading for Beginners (Membaca Cepat Bagi Pemula), mengemukakan mengapa orang malas membaca?. Alasannya, karena banyak waktu yang dihabiskan dan
dihanyutkan oleh pembaca meskipun buku itu menarik. Mereka tidak tahan
jika berhari-hari untuk menyelesaikan satu buku. Orang lebih suka yang
instan berupa ringkasan siap pakai. Padahal banyak informasi berharga dari
sebuah buku dan tidak cukup hanya dengan ringkasan.
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, ada faktor lain yang
menyebabkan kurangnya minat membaca di kalangan pelajar masa kini, yaitu
sejak usia dini, mereka kurang diperkenalkan dengan dunia membaca oleh
orang tua mereka. Membaca di usia dini sangat berpengaruh sekali pada
perkembangan minat membaca anak pada usia muda. Seperti yang
dikemukakan oleh Dolores Durkin (1958-1964), bahwa anak yang diajarkan
membaca sejak dini, sangat mempengaruhi kemampuan membaca anak di
(25)
a. Anak yang bisa membaca sejak dini ternyata senantiasa bisa mengungguli kemampuan membaca anak yang terlambat, hingga ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
b. Kemampuan membaca sejak dini ternyata tidak berhubungan dengan IQ anak, namun sangat berhubungan dengan suasana rumah dan keluarganya. Anak-anak yang bisa membaca sejak dini ternyata muncul dari keluarga yang memiliki perhatian dan usaha ekstra dalam membantu mereka belajar membaca.
c. Kemampuan membaca sejak dini juga tidak berhubungan dengan kondisisosial-ekonomi. Anak-anak yang bisa membaca sejak dini ternyata memiliki orang tua yang mau menyempatkan waktu untuk kegiatan membaca bersama anaknya, walaupun latar belakang sosial-ekonomi mereka berbeda-beda.
Hal serupa juga terjadi di SMA Marsudi Luhur Yogyakarta, dari
hasil temuan saya di SMA Marsudi Luhur Jln. Bintaran Kidul Yogyakarta
pada tanggal 29 Oktober 2014, menjelaskan bahwa, minat membaca mereka
khususnya membaca cerita pendek sangat minim. Ketika mereka
disuguhkan atau dihadapkan dengan teks cerita pendek yang dibagikan oleh
guru, mereka hanya melihat teks tersebut sepintas. Hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya kurangnya perhatian guru, koleksi perpustakan
yang kurang lengkap, mereka tidak dibiasakan membaca sejak dini, dll. Hal
di atas diperkuat juga oleh hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu
hanya 2 orang siswa (7,1%)saja yang lulus atau mencapai KKM..
Menurut Rahmanto (1988: 67), peran guru Bahasa dan Sastra Indonesia
sangat penting dalam rangka meningkatkan minat baca bagi para siswa yaitu
dengan cara memberikan pembinaan kebiasaan membaca dengan
(26)
kemudahan dan pengukuhan. Selain itu, guru bisa memulai meningkatkan
minat baca dengan membaca cerpen. Bukan sebaliknya siswa disuruh untuk
menghafal.
Quantum reading adalah cara cepat dan bermanfaat untuk merangsang munculnya potensi membaca. Membaca adalah salah satu bentuk
interaksi dalam proses belajar. Penerapan Quantum reading menyajikan
sebuah konsep tentang strategi pembelajaran membaca menjadi mudah dan
cepat dengan pemahaman yang tinggi, dan jika pemahaman para siswa
meningkat, mereka mendapat nilai lebih baik dan belajar lebih cepat Sekolah
akan menjadi lebih mudah. Jika mereka sudah mengalami membaca dengan
mudah dan sukses, mereka mungkin mulai lebih sering membaca, tidak hanya
untuk sekolah, tetapi untuk hobi. Penerapan Quantum reading ini merupakan salah satu alternatif pembelajar membaca di kelas, Hernowo (2003 : 13).
Peneliti memilih metode ini, karena sangat baik jika
diimplementasikan pada pembelajaran membaca, khususnya membaca cerita
pendek. Metode ini menyajikan langkah-langkah yang detail yang harus
diperhatikan oleh siswa sebelum memulai membaca. Metode ini juga
bertujuan Supaya budaya membaca khususnya membaca cerita pendek pada
siswa-siswi SMA Marsudi Luhur kelas XI IIS, lebih baik dan selalu
ditingkatkan. Model pembelajaran seperti ini akan mengajak dan memancing
peserta didik untuk meningkatkan potensi membaca. Metode ini menurut
(27)
metode yang lain karena pada metode ini, ada beberapa tahap yang perlu
diperhatikanan oleh siswa ketika memulai membaca.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka topik yang dipilih untuk
diteliti adalah “Penggunaan Metode Quantum Reading Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa Kelas XI SMA Marsudi Luhur Tahun Pelajaran 2014/2015
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan metode Quantum Reading dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas XI SMA
Marsudi Luhur Yogyakarta dengn menggunakan metode Quantum
Reading.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
(28)
Kajian-kajian yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan
dapat memperluas kajian dan memperkaya teoritis tentang pentingnya
penggunaan metode quantum reading untuk meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek bagi siswa-siswi SMA.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para calon
guru profesional untuk mencoba menggunakan metode yang bervariasi
untuk meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek. Salah satunya
adalah menggunakan metode Quantum Reading.
1.5Definisi Istilah
1. Kemampuan
Menurut Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas
seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
2. Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dari segi linguistik
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi
(29)
3. Cerita pendek
Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan 1984:176), membatasi cerita
pendek berdasarkan jumlah kata, yakni panjangnya sekitar 5000 kata atau
kira kira-kira 17 halaman kuarto sapasi rangkap, yang berpusat dan
lengkap pada dirinya sendiri.
4. Metode Quantum Reading
Metode Quantum reading yaitu cara cepat dan bermanfaat untuk merangsang munculnya potensi membaca. Membaca adalah salah satu
bentuk interaksi dalam proses belajar. Penerapan Quantum reading
menyajikan sebuah konsep tentang strategi pembelajaran membaca
menjadi mudah dan cepat dengan pemahaman yang tinggi. (Hernowo
(2003 : 13).
1.6Sistematika Penulisan
Sistematika penyajian penelitian tindakan kelas ini terdiri atas lima
bab:Bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan
sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan
untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu
tentang kemampuan membaca, pengertian cerita pendek, dan metode
quantum reading. Bab III , dalam bab III ini berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti
(30)
untuk memperoleh data. Bab IV, bab ini berisi tentang (1) deskripsi data,
(2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Bab V atau bab
(31)
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian tentang kemampuan membaca pada siswa SMA telah
banyak dilakukan. Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan
dengan variable-variabel yang diteliti sebagai berikut:
1. Ina Rosdiana dalam Pembelajaran Membaca Cerpen dengan Menggunakan
Metode Quantum Reading Di Kelas X SMA Pasundan 1 Cimahi Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Peneliti mengangkat tema ini, karena melihat kemampuan
membaca merupakan modal utama dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan di masa modern seperti sekarang ini. Melalui kegiatan
membaca seseorang dapat meningkatkan wawasan dan juga menambah
pengetahuan yang dimilikinya.
Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode
deskriptif mengungkapkan atau menuliskan permasalahan yang aktual
serta berusaha memaparkan suatu peristiwa yang terjadi apa adanya.
Metode ini sesuai dengan masalah yang terdapat dalam penelitian ini
guna memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pembelajaran
membaca cerpen.
Hasil yang diperoleh peneliti pada kajian ini adalah sebagai berikut:
Nilai tes awal dari jumlah siswa 22 orang yang mendapatkan Kecepatan
Efektif Membaca (KEM) dengan pemahaman isi kurang dari 200 kpm
(32)
10
(KEM) antara 200-250 kpm berjumlah 8 orang, yang mendapatkan
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) antara 250-300 kpm berjumlah 4
orang. Berdasarkan data di atas, KEM tes awal tertinggi terdapat di
antara kecepatan 250-300 kpm yaitu 279 kpm, KEM tes awal sedang
terdapat diantara kecepatan 200-250 kpm yaitu 248, KEM tes awal
terendah terdapat diantara kecepatan kurang dari 200 kpm yaitu 139,
dengan jumlah nilai rata-rata tes awal adalah 211 kpm.
1. Fitriani Sukartim dalam “Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Quantum Reading Di Kelas X-3 SMAN 2
Cikarang Pusat Tahun Ajaran 2011/2012”.
Peneliti mengambil judul ini, karena dipengaruhi oleh situasi atau
kenyataan di kalangan siswa-siswi yang kurang berminat untuk membaca
lebih khusus siswa siswi di SMAN 2 Cikarang. Berdasarkan pengamatan
sehari-hari, pada umumnya siswa lainnya membaca buku sumber pada
saat mereka akan menghadapi ujian. Mereka tidak pernah memikirkan
apakah kemampuan membaca sudah baik.
Metode yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu mengungkapkan atau menuliskan permasalahan
yang aktual serta berusaha memaparkan suatu gejala peristiwa atau
kejadian yang terjadi apa adanya. Metode ini sesuai dengan masalah yang
terdapat dalam penelitian ini, karena dalam penelitian ini memerlukan
teknik tes (pretes dan postes) guna memperoleh gambaran kemampuan
(33)
Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: nilai tertinggi
untuk pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode
quantum reading adalah 90 tertinggi dan yang terendah 50.Tes awal dari
jumlah siswa 40 siswa. Bahwa sebanyak 30 siswa mendapat nilai di atas
55 hasil menjawab soal. Sedangkan dalam membaca cepat masih kurang
mampu, secara keseluruhan jumlah membaca cepat 7.098 dengan
rata-rata pretes 177 kpm. Tes akhir dari jumlah siswa 40 siswa. bahwa
sebanyak 4 siswa mendapat skor nilai 90-80, mampu mengingat bacaan
yang telah di baca dan menjawab dengan sangat baik. Sebanyak 7 siswa
mendapat nilai 70-75, menjawab dengan baik, siswa tersebut dapat
dikatagorikan baik. Sebanyak 13 siswa mendapat nilai 60-65, siswa
tersebut dapat dikatagorikan cukup. Sebanyak 16 siswa mendapat nilai
55-50, siswa tersebut dapat di kategorikan kurang.
2.2Kajian Teori
2.2.1 Pengertian kemampuan membaca
Pemahaman membaca meliputi pemahaman kalimat-kalimat. Pemahaman kalimat-kalimat itu meliputi pula tentang penggunaan
teori tentang hubungan-hubungan struktural antarkalimat.
Pengetahuan tentang struktural itu berguna bagi pemahaman
kalimat., sebab kalimat bukan hanya untaian kata-kata saja,
melainkan untaian kata-kata yang saling berkaitan mengikuti
(34)
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dari segi linguistik
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan
sandi (a recording and decoding process), berlain dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). (Tarigan 2008:7).
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan
seseorang memahami pesan-pesan yang disampaikan penulis melalui
untaian kata-kata dan kalimat-kalimat.
2.2.2 Tujuan membaca
Tarigan (2008: 9) menyebutkan bahwa “Tujuan utama dalam
membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan”. Lebih detail Tarigan (2008: 9-11) memaparkan beberapa poin yang dijadikan
tujuan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas membaca, di
antaranya sebagai berikut:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Dengan kata lain membaca
untuk memperoleh perincian-perinciannya atau fakta-fakta (reading for details or facts).
(35)
2) Membaca untuk mengetahui suatu hal merupakan topik yang menarik,
masalah yang ada pada cerita sehingga membaca seperti ini disebut
dengan membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3) Membaca menemukan apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi pada setiap tahap sehingga terpecahkanlah masalah dalam
cerita itu. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,
organisasi cerita (reading for sequence or organization).
4) Membaca untuk menemukan dan mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang dikehendaki oleh pengarang kepada
pembaca. Ini disebut dengan membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for inference).
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mana yang dianggap benar maupun salah. Membaca
ini disebut dengan untuk mengelompokan, memmbaca untuk
mengklasifikasikan (reading for classify).
6) Membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(36)
2.2.3 Jenis Membaca
a. Membaca Nyaring
Tarigan (2008: 23) menyebutkan definisi dari membaca nyaring,
sebagai berikut: Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap
serta memahami informasi, fikiran dan perasaan seorang pengarang.
b. Membaca Dalam Hati
Menurut Tarigan (2008: 32) membaca dalam hati secara garis besar
dibagi atas: (1) membaca ekstensif dan (2) membaca intensif.
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas suatu teks dalam
waktu yang sesingkat mungkin. Kegiatan membaca ekstensif adalah
kegiatan membaca untuk memahami isi yang penting dengan cepat
dan efisien dalam suatu bacaan.
c. Membaca telaah isi
Membaca telaah isi cenderung dilakukan oleh semua orang yang
menemukan ketertarikan pada bahan bacaan yang telah dibacanya
dengan sekilas. Biasanya pembaca pembaca ingin menelaah isinya
secara mendalam dan tertarik untuk membacanya dengan teliti.
Tarigan (2008: 40) menyebutkan bahwa “Menelaah isi sesuatu bacaan
menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berfikir, serta
(37)
Dari pendapat Tarigan tersebut kita dapat membagi aktivitas
dari memmbaca telaah isi menjadi beberapa aktivitas membaca,
diantaranya: (a) membaca teliti, (b) membaca pemahaman, (c)
membaca kritis, dan (d) membaca ide.
2..2.4 Manfaat membaca
Menurut Sukirno (2009: 3) manfaat membaca adalah sebagai berikut:
a. berkomunikasi dengan orang lain,
b. memberikan informasi kepada orang lain,
c. menangkap / menerima isi bacaan dengan cepat dan tepat,
d. menumbuhkan sikap positif terhadap isi bacaan,
e. bersifat kritis terhadap informasi yang diterima,
f. menghargai nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat,
g. memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona dan memahami
khasanah kearifan yang banyak hikmah,
h. mengembangkan berbagai keterampilan yang berguna untuk
mencapai sukses dalam hidup,
i. menumbuhkan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan
yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan, dan
(38)
2.2.5 Cerita pendek
Edgar Alan Poe (Nurgyantoro, 2007: 10), mengatakan bahwa
cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk,
kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kira-kiranya tak
mungkin dilakukan untuk sebuah novel.
2.2.5 Ciri-ciri cerpen
Menurut Tarigan (2011 : 180 – 181), ia dapat menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri khas sebuah cerita pendek adalah sebagai berikut yang dikutipnya
dari beberapa pendapat parah ahli.
d. Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padu, dan
intensif (brevity, vunity, and intensity).
e. Unsur-unsur utama cerita pendek adalah : adegan, tokoh, dan
gerak (scene, character, and action).
f. Bahasa yang digunakan tajam, sugestif, dan menarik
perhatian (incisive, suggestive, dan alert).
g. Cerita bisa mengandung interprestasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara lansung maupun
tidak lansung.
h. Bisa menimbulkan suatu efek dalam pikiran pembaca.
i. Bisa menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan cerita
yang pertama menarik perasaan dan baru kemudian menarik
(39)
j. Mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan
sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
dalam pikiran pembaca.
k. Mempunyai seorang pelaku utama.
l. Bergantung pada (satu) situasi.
m. Bisa memberi impresi tunggal.
n. Jumlah kata biasanya di bawah 10. 000 kata, tidak boleh lebih dari
10.000 kata (atau kira-kira 33 halaman kuarto spasi rangkap).
2.3Metode Quantum Reading
2.3.1Pengertian Quantum Reading
Metode Quantum reading yaitu cara cepat dan bermanfaat untuk merangsang munculnya potensi membaca. Membaca adalah salah
satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Penerapan Quantum Reading menyajikan sebuah konsep tentang strategi pembelajaran membaca menjadi mudah dan cepat dengan pemahaman yang tinggi.
(Hernowo (2003 : 13).
2.3.2 Karakteristik Quantum Reading
a. AMBaK Membaca Buku
AMBaK ( Apa Manfaat Bagiku?), mencari manfaat terlebih dahulu berkaitan dengan membaca buku. Diawali dengan
pertanyaan pada diri, seberapa penting membaca buku untuk
(40)
b. Manfaat Membaca Buku
Banyak manfaat yang dapat diambil dari membaca. Yang
paling umum kita dapat belajar dari pengalaman orang lain,
menambah pengetahuan. Sedang manfaat khususnya orang rajin
membaca akan terhindar dari kerusakan jaringan otak serta
menumbuhkan saraf-saraf baru diotak.
a. Membangun Sugesti dan Persepsi Membaca
Kegiatan membaca buku melibatkan aspek to think
(berpikir), to feel (merasakan) dan to act (bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana
yang dianjurkan oleh sebuah buku) dengan menggunakan
imajinasi. Menurut Roger Konopasek, isilah magnet pikiran
Anda dengan pikiran-pikiran positif yang memberdayakan dan
informasi yang benar-benar berguna.
Sugesti-positip adalah mengisi pikiran kita dengan
sesuatu yang akan berbuah sukses, yang kita inginkan dan
harapkan mewujud nyata di dalam diri kita setelah melakukan
sesuatu. Dalam membaca, kita perlu membangun sugesti-positif
seperti yang dikemukakan Dryden dan Vos: tak seorang pun
boleh diprogram untuk gagal, artinya “kita tentu akan
menemukan hal-hal yang bermanfaat dan membuat kita
(41)
b. Membaca dengan Melibatkan Seluruh Indera
Salah satu aspek gaya belajar pribadi adalah kesukaan Anda
terhadap belajar visual, auditori atau fisik (yang juga disebut
sebagai belajar kinestetis). Orang lain mungkn memiliki kesukaan
yang lain. Namun, Anda memfokuskan semua indera ke tugas
belajar tersebut.
c. Memanfaatkan Imajinasi Ketika Membaca
Imajinasi merupakan kemampuan menciptakan gagasan atau
gambaran mental dalam pikiran Anda (Shakti Gawain). Ada 4
kekuatan dahsyat di dalam diri yaitu:
Self awareness (kesadaran diri). Conscience (hati nurani).
Independent will (kehendak atau kemampuan untuk memilih).
Imagination (daya imajinasi).
d. Memaksimalkan Daya Ingat Ketika Membaca
Untuk dapat mengingat dengan baik sesuatu yang pantas kita
ingat, kita perlu mengulangi apa saja yang kita baca dan kita ingin
ingat. Langkah awal untuk memperbaiki ingatan adalah dengan
menyadari kelemahannya. Ingatan disimpan dalam berbagai jalur
saraf, penting sekali kita memahami bagaimana suatu ingatan
dikodekan, disimpan dan ditampilkan kembali. Untuk mengingat
(42)
e. Menggunakan Peta-Pikiran Ketika Membaca
Peta pikiran dapat membantu kita untuk mengalirkan secara
sangat bebas apapun yang kita simpan di dalam pikiran dan
perasaan kita. Menurut Buzan, lewat peta pikiran. Untuk menguji
pemahaman kita mengenai isi buku, kita perlu menulilskan
pemahaman kita dengan mengutip beberapa kalimat dari buku.
f. Membaca-Total Gaya Savi
Belajar berdasar aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif
semua fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak
mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses
belajar. Belajar berdasar-aktifitas secara umum jauh lebih efektif
dari pada yang didasarkan persentasi, materi dan media, karena
orang diajak untuk terlibat sepenuhnya. Gerakan fisik
meningkatkan proses mental. Melibatkan tubuh dalam belajar
cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia
sepenuhnya.
2.3.3Langkah-langkah pembelajaran Quantum Reading
DePorter (2000: 185) menjelaskan tentang lima langkah pembelajaran Quantum Reading sebagai berikut:
a. Jadilah Pelajar yang Ingin Tahu
Quantum Reading berarti melontarkan pertanyaan. Sebelum memulai membaca, siswa membuat pertanyaan seputar tugas membaca tersebut,
(43)
b. Masuki Keadaan Konsentrasi yang Terpusat
Membaca cepat menuntut konsentrasi yang tinggi. Untuk mencapai konsentrasi yang tinggi, siswa dikondisikan sebaik mungkin keadaan mental, fisik, dan lingkungannya.
c. Super Scan
Siswa dilatih untuk melakukan Super Scan dengan cara, lalui setiap halaman dari tugas membacanya. Lihat keseluruhan halaman sekaligus. Biarkan jari mereka "bermain ski" menurut halaman buku.
d. Membaca
Untuk meningkatkan kecepatan membaca, siswa membaca sedikit lebih cepat dari tingkat membaca nyaman. Kecepatan membaca mereka Jari tangan menjaga agar tidak kehilangan tempat dan tidak terjadi mengulang-ulang kata-kata yang sama. Saat menggunakan jari, lihatlah beberapa kata bersamaan, frase (ungkapan) mempunyai arti yang lebih besar daripada kata yang berdiri sendiri.
e. Mengulang
Untuk merekatkan pembelajaran membaca, siswa ditugaskan untuk mengulang bacaan dengan cara mencatat ide pokok dari bacaan. Kemudian siswa didorong untuk menjelaskan apa yang mereka baca kepada siswa lain, atau berbicara kepada diri sendiri mengenai bacaan mereka.
(44)
a) Kelebihan menggunakan metode Quantum Reading
Kelebihan menggunakan metode Quantum Reading yaitu dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas hasil
pembelajaran keterampilan membaca. Selain itu, Quantum Reading
menggunakan kombinasi peningkatan minat yang sangat tinggi,
konsentrasi yang sangat fokus dan strategi membaca tertentu sehingga
akan mampu memanfaatkan kemampuan otak untuk menangkap beberapa
kata sekaligus (A’la, 2012). Metode Quantum Reading menyajikan sebuah konsep tentang metode pembelajaran membaca menjadi mudah dan cepat
dengan pemahaman tinggi.
DePorter (1999), mengemukakan kelebihan menggunakan metode Quantum Reading adalah sebagai berikut:
membantu pembelajar untuk melenjit potensi dirinya, membantu meningkat pemahaman bacaan,
mengatasi dalam hambatan dalam membaca,
menciptakan kondisi linkungan belajar yang kondusif dalam kegiatan membaca.
Hernowo (2003:57), mengemukakan kelebihan dan manfaat pembelajaran membaca dengan menggunakan penerapan metode Quantum Reading,
membantu para siswa memunculkan potensi membaca mereka secara menyenangkan,
(45)
meningkatkan pengetahuan yang lebih luas, menyenangkan kepercayaan diri.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti, hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode Quantum Reading dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa kelas XI SMA Marsudi Luhur.
(46)
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002: 54) ada 4 macam bentuk penelitian
tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian
tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4)
penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan
perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh
Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002: 55), ciri-ciri dari setiap
penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2)
tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses
yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara
(47)
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan
kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah
untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas yaitu
meningkatkan kemampuan membaca cerita pendek siswa SMA. Dalam
kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan lebih pada peningkatan kemampuan membaca cerita
pendek pada siswa-siswi SMA Marsudi Luhur. Kemmis dan Taggart
(1988: 14) (dalam Arikunto, 2002: 83), menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan
pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan
refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan
kebutuhan dan dirasa sudah cuku
3.2 Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester II SMA
Marsudi Luhur Yogyakarta dengan jumlah laki-laki 17 orang dan jumlah
(48)
3.3Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA Marsudi Luhur, Jln. Bintaran
Kidul 2 Yogyakrta 55151.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret dan Kamis 26
Maret 2015.
3.4Prosedur Penelitian
Arikuntoro (2009:49), Secara garis besar ada empat tahapan
penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
a. Perencanaan
Pada tahap ini berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan apa, siapa, bagaimana, dan bagaimana penelitian tersebut
dilakukan. Pada tahap ini juga, peneliti menentukan fokus objek yang
perlu perhatian kusus untuk diamati, kemudian membuat instrument
untuk dijadikan sebgai fakta yang dari hasil penelitian.
b. Pelaksanaan
Tahap ini peneliti merealisasikan hasil rancangan di lapangan.
Penliti harus mengikuti semua yang sudah dirumuskan pada tahap
(49)
c. Pengamatan
Tahap ini peneliti harus mengamti proses yang sedang berlangsung.
d. Refleksi
Tahap ini, peneliti melihat kembali hasil yang sudah dilakukan.
Tahap refleksi ini dilakukan setelah guru sudah melakukan tindakan,
kemudian bertemu dengan peneliti untuk mendiskusikan rancangan
yang sudah dilakukan..
Pada penelitian ini, peneliti mengambil dua siklus, sebagai berikut:
3.4.1 Siklus 1
1) Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan peneltian sebagai berikut:
Peneliti bersama guru menyusun lembar observasi, pemetaan KD, Indikator, dan menyusun RPP.
(50)
2) Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran membaca cerpen
dengan metode Quntum Reading. Berikut langkah-langkahnya: Memeriksa keadaan ruangan, fasilitas, teks cerita pendek. Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan aprepsi dengan memberikan salam
Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai dan rencana kegiatan
a) Kegiatan inti pembelajaran.
Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran model Quantum Reading sebagai berikut:
Guru diminta untuk membagikan teks cerita pendek yang sudah tersedia.
Guru menyajikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Siswa kemudian disuruh untuk membaca dan menelaah teks
cerita pendek yang sudah dibagikan.
Guru menginstruksi para siswa untuk membaca secara perlaan teks cerita pendek yang sudah dibagikan.
b) Kegiatan Penutup
Guru memberikan tes kepada siswa siswa.
(51)
Kesimpulan dari hasil pembelajaran
Guru membagikan lembar refleksi kepada siswa. 3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan PTK yang dilakukan guru.
a) Peneliti mengamati aktivitas selama pembelajarn berlangsung,
apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah PTK yang sudah
dirancang sebelumnya.
b) Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung. Apakah siswa fokus selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung.
c) Peneliti mendokumentasi selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung.
4) Refleksi
Tahap ini dilakukan utnuk mengidentifikasi manfaat PTK yang
dilakukan oleh guru setelah pembelajaran.
3.4.2 Siklus II
1) Perencanaan
a) Peneliti bersama guru mendiskusikan hal-hal yang perlu diperbaiki.
Dari hasil PTK pada siklus I.
b) Peneliti bersama guru melakukan pemetaan KD, Indikator, dan
(52)
2) Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran membaca cerpen dengan
metode Quantum Reading. Berikut langkah-langkahnya: Memeriksa keadaan ruangan, fasilitas, teks cerita pendek. Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan aprepsi dengan emberikan salam
Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai dan rencana kegiatan a) Kegiatan inti pembelajaran.
Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran model Quantum Reading sebagai berikut: Guru diminta untuk membagikan teks cerita pendek yang
sudah tersedia.
Guru menyajikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Siswa kemudian disuruh untuk membaca dan menelaah teks
cerita pendek yang sudah dibagikan.
Guru menginstruksi para siswa untuk membaca secara perlaan teks cerita pendek yang sudah dibagikan.
b) Kegiatan Penutup
Guru memberikan tes kepada siswa siswa.
(53)
Kesimpulan dari hasil pembelajaran
Guru membagikan lembar refleksi kepada siswa. 3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan PTK yang dilakukan guru.
a. Peneliti mengamati aktivitas selama pembelajarn berlangsung,
apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah PTK yang sudah
dirancang sebelumnya.
b. Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung. Apakah siswa fokus selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung.
c. Peneliti mendokumentasi selama pelaksanaan pembelajaran
berlangsung.
4) Refleksi
Tahap ini dilakukan utnuk mengidentifikasi manfaat PTK yang
dilakukan oleh guru setelah pembelajaran.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa
(54)
3.5.1 Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Tujuan diadakan metode ini, untuk mengetahui seajuah mana peserta didik menyukai sebuah teknik disaat proses pembelajaran.
1) Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari guru maupun siswa yang berkaitan dengan membaca cerita pendek.
Instrumen wawancara Guru
a) Apa sajakah yang harus dipersiapkan sebelum mengajar? b) Bagaimanakah pemilihan materi agar sesuai dengan KD yang
akan diajarkan?
c) Apa sajakah kesulitan dalam menemukan materi pembelajaran kemampuan membaca cerita pendek?
d) Apa metode yang digunakan pada pembelajaran membaca cerita pendek?
e) Bagaiman hasil yang diperoleh siswa dengan metode yang diterapkan?Apakah aspek kemampua membaca cerita pendek siswa bisa tercapai setelah mengikuti kegiatan pembelajaran? f) Berpakah batas KKM Bahasa Indonesia yang harus dicapai
(55)
Siswa
a) Bagaimanaka proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini diikuti?
b) Apakah anda menyukai kegiatan membaca? Mengapa? c) Apaka ada kesulitan yang dialami disaat melakukan kegiatan
membaca?
d) Apakah metode yang digunakan cukup bervariasi? e) Metode apa yang paling disukai?
3.5.2 Teknik observasi
Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat dan
mengamati perubahan fenomena–fenomena social yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. (Margono, 2007:159).
(56)
Instrumen Observasi
a. Guru
Tabel 1
Pedoman Observasi Aktivitas Guru
NO BUTIR-BUTIR OBSERVASI YA TIDAK
1 Guru membuka pelajaran
2 Guru melakukan apersepsi
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4 Guru menyampaikan pembelajaran menggunakan media
5 Guru bertanya jawab dengan siswa
6 Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menarik 7 Guru memberikan evaluasi kepada siswa
8 Guru menarik kesimpulan dan penegasan materi
a. Siswa
Tabel II
Pedoman Observasi Aktivitas Guru
NO BUTIR-BUTIR OBSERVASI YA TIDAK
1
Siswa siap mengikuti proses pembelajaran
2
Siswa memperhatikan penjelasan guru
3
Siswa aktif membaca teks yang diberikan oleh guru
4
Siswa memahami isi informasi dari teks yang dibaca
5
siswa dapat menyimpulkan isi dalam teks
6
Siswa dapat memberi pendapat dari teks yang telah dibaca
7
Siswa dapat menulis nilai-nilai yang terkandung dalam teks.
(57)
3.5.3 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode dengan cara mengambil
gambar pada saat anak melakukan proses pembelajaran. Gambar ini
berupa foto yang dapat menggambarkan secara nyata ketika anak
beraktivitas pada pembelajaran membaca cerita pendek. Dengan
dokumentasi, maka akan diperoleh suatu bukti otentik terhadap
penelitian yang dilakukan. Selain itu, foto-foto yang diperoleh dapat
menjadi pelengkap data guna menyempurnakan penelitian yang
dilakukan.
3.6Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru
yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah
menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2)
Untuk menentukan apakah suatau tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk
memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan
tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara
individual maupun secara klasikal. Di samping itu untuk mengetahui letak
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana
kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK (tujuan pengajaran
khusus) yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan
maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan
sendiri oleh guru untuk mengetahui dan merekam aktivitas siswa dalam
(58)
3.7Teknik Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul supaya
dapat mengahsilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi
digunakan data kualitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
a) Merekapitulasi hasil tes.
b) Merekapitulasi hasil pengamatan.
Menghitung jumlah skor yang tercapai dan persentasenya untuk
masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar
seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian, yaitu siswa
dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75,
sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa
yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya
(59)
Tabel III
Indikator Keberhasilan Siklus I dan Siklus II
Indikator Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Kemampuan
membaca cerita
pendek
Sebesar 7,1%
siswa mencapai
KKM (nilai 75)
Sebesar 50%
siswa mencapai
KKM membaca
cerpen
Sebesar 80%
siswa mencapai
KKM Membaca
(60)
38 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan : (1) deskripsi data, (2) hasil
penelitian, (3) pembahasan. Berikut uraian mengenai ketiga hal tersebut:
4.1Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Marsudi Luhur
Yogyakarta, jln. Bintaran Kidul No. 12. Penelitian ini dilakukan lebih khusus
pada siswa kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang yang terdiri dari
19 siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.
Penelitian dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I pada tanggal Kamis,
19 Maret 2015 dan siklus II pada Kamis, 26 Maret 2015. Penelitian ini
melibatkan guru Bahasa Indonesia kelas XI yaitu Ibu Satya Adi Wulansari,
S.Pd, sebagai observer dan peneliti sebagai pengajar dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini,
peneliti melibatkan rekan peneliti yaitu Flavianus Mario Malo untuk
membantu kegiatan penelitian untuk menjadi observer dan mendokumentasi
proses pembelajaran berlangsung.
Pada penelitian tindakan kelas yaitu siswa kelas XI ini, peneliti
menggunakan metode Quntum Reading untuk meningkatkan kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI. Hasil evaluasi dari penelitian ini adalah
(61)
keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila hasil membaca cerpen
mengalami peningkatan pada siswa kelas XI.
Berikut akan dijelaskan mengenai siklus pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut:
4.2Analisis Data Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Analisis Siklus I
Pelaksanaan penelitian pada siklus I terdiri atas 4 tahap yaitu, tahap
perencanaan, indakan, observasi dan refleksi. Berikut ini akan dijelaskan
tahapan-tahapannya.
4.2.1.1Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti
silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan bacaan berupa teks
cerita pendek. Tes kemampuan membaca berupa pilihan ganda, dan Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk individu. Peneliti juga mempersiapkan pedoman
penilain, pedoman observasi, alat pengumpul data berupa kamera handphone.
4.2.1.2Tindakan
Penelitian siklus I dilakukan pada hari Kamis, tanggal 19 April 2015 pukul
07.00-08.45 WIB. Pembelajaran dilangsungkan pada jam ke 1-2 hal ini
dikarenakan kondisi siswa masih bersemangat.
Penelitian pada tahap tindakan ini diawali dengan kegiatan apersepsi dari guru
(62)
melakukan presensi. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah guru memberikan
penjelasan mengenai pokok materi pembelajaran yang akan dijalani oleh siswa
yaitu mengenai pengertian metode Quantum Reading, karakteristik metode
Quantum Reading, dan terakhir pengertian cerpen dan ciri-ciri cerpen.
Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran, guru menyediakan
kesempatan bagi para siswa untuk bertanya terkait pokok pembelajaran yang telah
diikuti oleh para siswa. Setelah sesi tanya jawab selseai guru memberikan tes
kepada siswa. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
membaca cerpen siswa dengan menggunakan metode Quantum Reading. kegiatan selanjutnya guru meberikan tes kepada siswa untuk dikerjakan. kegiatan terakhir
adalah guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan tujuan untuk
mematangkan kemampuan siswa akan materi yang telah diberikan.
Data siklus 1 diperoleh dari tes individu siswa yaitu tes kemampuan
membaca cerpen berupa pilihan ganda.
a. Tes Kemampuan Membaca Cerpen
Kemampuan membaca cerpen siswa diukur dengan memberikan
tes individu. Hasil tes kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI IPA
dan IPS SMA Marsudi Luhur Yogyakarta berupa penjumlahan skor atas
beberapa aspek kemampuan membaca cerpen siswa yang kemudian
diolah menjadi nilai akhir. Nilai kemampuan membaca cerpen
dikatakan tuntas apabila bisa mencapai batas ketuntasan nilai 80.
(63)
awal (prasiklus) dan siklus 1 kemampuan membaca cerita pendek siswa
SMA Marsudi Luhur kelas XI Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.1
Tabel Frekuensi Prasiklus dan Siklus 1
No Nilai akhir Kemampuan Membaca Cerpen
Frekuensi (f) Persentase Pra siklus Siklus I Pra siklus Siklus I
1 90-99 - 2 0% 7,1%
2 80-89 - 6 0% 25%
3 70-79 7 6 25% 17,8%
4 60-69 13 8 46,4% 28,5%
5 50-59 5 4 17,8% 14,2%
6 40-49 1 2 3,5% 7,1%
7 30-39 2 - 7,1% 0%
8 20-29 - - 0% 0%
9 0 - - 0% 0%
Jumlah siswa 28 28
Berdasarkan tabel di atas, jumlah siswa yang mengikuti tes
prasiklus sebanyak 28 orang. Data tersebut menunjukan bahwa tidak ada
siswa yang tuntas dalam mengikuti tes prasiklus kemampuan membaca
cerpen. pada siklus I sebanyak 8 siswa yang dapat mencapai ketuntasan
dan sebanyak 20 siswa belum tuntas mencapai KKM. Berdasarkan
(64)
persentase ketuntasan belajar siswa. Dengan demikian dapat diketahui
peningkatan jumlah frekuensi siswa yang mencapai ketuntasan.
Persentase ketuntasan kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI
SMA Marsudi Luhur Yogyakarta pada siklus I dapat dilihat pada diagram
berikut ini
Diagram 4.3.1
Persentase Ketuntasan Kemampuan Membaca Cerpen Siswa siklus I
28,57% 71,42%
Sales
tuntas tidak tuntas
(65)
Berdasarkan diagram ketuntasan nilai siswa pada siklus I, dapat
dijelaskan bahwa dari 28 siswa yang mengikuti tes kemampuan membaca
cerpen, sebanyak 8 siswa yang dapat mencapai ketuntasan dengan
persentase 28,57%. Dapat dikatakan bahwa masih banyak siswa yang
belum mencapai ketuntasan KKM atau tidak tuntas dengan nilai di bawah
75. Banyaknya siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan KKM adalah
28 orang dengan persentase 67, 86%.
4.2.1.3Observasi
Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru memberikan salam dan
mengecek kesiapan siswa. Setelah kegiatan tersebut selesai, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru melakukan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan prosedur yang sudah disiapkan dalam RPP.
Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi struktur
intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek. Cerpen yang disajikan tidak terlalu
berat baik dari segi tata bahasa, maupun isi dari cerpen. cepen yang diberikan
peneliti sangat mudah untuk dibaca oleh siswa. Materi ini sangat sesuai
dengan karakteristik siswa sehingga pada saat proses pembelajaran siswa
sangat antusias mengikuti proses pembelajaran. Metode yang digunakan oleh
peneliti untuk memudahkan pross pembelajaran ini adalah metode Quantum Reading. Pada proses pembelajaran ini, guru dengan terbuka memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sesuai dengan pokok materi yang
disajikan. Metode Quantum Reading yang diterapkan oleh peneliti ternyata membuat siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran,
(66)
walapun masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
4.2.1.4Refleksi
Kegiatan refleksi ini digunakan oleh peneliti untuk meninjau hasil
pembelajaran siswa pada siklus I ini, secara umum, siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
Hasil tes pada siklus I ada 8 orang siswa yang tuntas KKM, sementara
yang belum tuntas ada 20 orang. hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya: siswa belum bisa membaca cerpen secara sembari memahami
substansi cerpen, siswa belum mampu membaca cerpen dengan baik dan
benar, belum bisa secara intens membaca, dan merasa malas jika berhadapan
dengan teks bacaan, dll.
Faktor lain yang menyebabkan tes siklus I kurang efektif adalah
keterbatasan waktu. Hal ini dipengaruhi oleh kurang sesuai dengan waktu
yang dialokasikan dalam RPP dengan waktu penelitian.
4.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Siswa Pada Siklus I
Ketuntasan dan ketidaktuntasan nilai siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor tersebut ditemukan setelah penelitian dilakukan dan pada saat
peneliti melakukan observasi.
Berdaasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, fakor-faktor
(67)
disediakan, bacaan yang terlalu panjang sehingga waktu banyak dihabiskan
untuk membaca.
Selain faktor tersebut di atas, adapun faktor lain yaitu, pada saat memulai
kegiatan masih ada siswa yang juga belum hadir dalam kelas, mereka sengaja
datang terlambat, karena ini sudah menjadi kebiasaan mereka. Hal ini
menyebabkan banyak waktu yang terbuang sisa-sia. Ketika semua masuk kelas
dan mulai mengerjakan tes yang telah dibagikan, mereka mengerjakan soal
dengan terburu-buru dan tidak dari hati sehingga hasil yang mereka dapatkan
belum memuaskan.
Kemampuan siswa dalam membaca kritis diuji dari seberapa besar
kemampuan mereka mengidentifikasi struktur intrinsik dan ekstrinsik cerpen.
Kemampuan tersebut diuji dengan pengerjaan tes kemampuan membaca cerpen
siswa. Peneliti memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa yang berupa
pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengandung beberapa aspek dari
cerpen. Pada saat proses pengerjaan tes tersebut, ada siswa yang mengeluh
akibat pertanyaan yang sedikit panjang. Hal inilah yang membuat para siswa
mendapatkan hasil yang kurang memuaskan pada pengerjaan tes kemampuan
membaca cerpen.
Dari hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi ketuntasan dan ketidaktuntasan membaca cerpen siswa
pada siklus I, adalah penggunaan waktu yang kurang efektif, teks bacaan yang
terlalu panjang. Sehingga pada tes siklus II akan diperbaiki oleh peneliti untuk
(68)
4.2.3 Analisis siklus II
Pelaksanaan siklus II terdiri dari empat tahap, seperti pada siklus I, yaitu
tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut akan dijelaskan
mengenai empat tahapan tersebut.
4.2.3.1Perencanaan
Kegiatan siklus II dilaksanakan pada hari tanggal Kamis, 26 Maret 2015
pada kelas dan jam pelajaran yang sama. Pada pelaksanaan siklus II ini, keadaan
masih seperti biasa yaitu masih banyak siswa yang belum datang tepat waktu, dan
tentunya peneliti harus menunggu mereka. Persiapan dan perencanaan pada siklus
II hampir sama dengan yang ada pada siklus I. Hanya saja RPP yang digunakan
sedikit berbeda. Untuk materi bacaan yang digunakan pada tes kemampuan
membaca cerpen, peneliti masih menggunakan tes yang sama, karena tes pada
siklus I hasil yang dicapai siswa belum maksimal. Selain itu, soal yang diberikan
relatif singkat dari siklus I. Soal yang diberikan masih sama yaitu
mengindentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen tetapi bahasa yang
digunakan sederhana dan tidak terlalu panjang. Hal ini bertujuan agar para siswa
cepat memahami dan mudah untuk menjawab, dan para siswa tidak lagi mengeluh
seperti pada siklus I.
4.2.3.2Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan tindakan pada
siklus I, yaitu kesalahan pada tindakan siklus I kemudian diperbaiki pada siklus II
(69)
bahasa dan pertanyaan yang relatif sederhana dan singkat. Pada tahap ini,
penekanan yang diutamakan yaitu pada kesalahan yang menonjol yang terjadi
pada siklus I. Pada siklus I kelemahan siswa adalah kurang memahami gaya
bahasa, dan kurang memahami unsur-unsur ektrinsik cerpen. Karena itu pada
siklus II perbaikan yang diutamakan yaitu pada kelemahan-kelemahan yang
dialami oleh siswa.
Pada siklus II kemampuan membaca cerpen siswa mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai-nilai tes kemampuan membaca cerpen siswa
sebesar 80,00 dibandingkan Pada pelaksanaan siklus I nilai rata-rata kelas hanya
sebesar 67,00. Hasil ini menujukkan bahwa, ada peningkatan kemampuan
(70)
Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel frekuensi
kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI pada siklus II berikut ini
Tabel 4.3.2
Tabel Frekuensi Siklus I dan Siklus II
No Nilai akhir Kemampuan Membaca Cerpen Frekuensi (f) Persentase Pra siklus Siklus I Pra siklus Siklus I
1 90-99 1 8 3,5% 28,5%
2 80-89 9 16 32,1% 57,1%
3 70-79 3 2 10,7% 7,1%
4 60-69 8 1 28,5% 3,5%
5 50-59 4 - 14,2% 0%
6 40-49 3 1 10,7% 3,5%
7 30-39 - - 0% 0%
8 20-29 - - 0% 0%
9 0 - - 0% 0%
Jumlah siswa 28 28
Berdasarkan tabel di atas, frekuensi ketuntasan siklus II lebih tinggi
dibandingkan siklus I. Pada siklus I hanya terdapat 8 siswa yang bisa
mencapai KKM. Persentase ketuntasan pada siklus II jauh lebih tinggi.
(71)
Persentase ketuntasan kemampuan membaca cerpen siswa kelas XI akan
dipaparkan dalam diagram berikut ini.
Diagram 4.3.2
Persentase Ketuntasan Kemampuan Membaca Cerpen Siklus II
Diagram di atas menunjukkan bahwa persentase siswa sebanyak 85,71%
sementara yang belum tuntas hanya mencapai 14,28%. Persentase tersebut
menunjukkan sebanyak 24 siswa dapat mencapai nilai ketuntasan. Hal ini
menunjukkan bahwa kentuntasan yang dicapai oleh siswa pada siklus II
lebih meningkat dibandingkan pada siklus I. pada siklus II, sebesar 14,28%
85,71%
Sales
tidak tuntas
(72)
14,28%, atau sebanyak 4 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan
KKM.
4.2.3.3Observasi
Metode yang digunakan oleh peneliti masih sama pada siklus I dan meteri
yang digunakan juga masih sama yaitu cerpen “Pelajaran Mengarang”. Khusus pada proses pembelajaran, pada siklus II siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, tidak ada siswa yang datang terlambat, dan di dalam kelas siswa
lebih konsentrasi dan fokus mengikuti proses pembelajaran. Banyak siswa seringa
bertanya terkait materi yang disajikan.
4.2.3.4Refleksi
Pelaksanaan siklus II keberhasilan yang dicapai oleh siswa lebih
meningkat, dilihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 24
orang. walaupun sebelumnya terhambat oleh penggunaan waktu yang efektif,
tetapi hasil tes kemampuan membaca cerpen siswa dapat meningkat. Secara
umum, kesalahan pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Hal itu dapat
diketahui melalui hasil yang dicapai oleh siswa secara keseluruhan.
Data hasil kemampuan membaca cerpen siswa pada siklus II sebanyak 24
siswa yang mencapai ketuntasan KKM dan 4 orang siswa tidak tuntas. Jika
dipersentasekan sebanyak 85,71% siswa yang tuntas dan 14,28% siswa yang
(73)
4.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Siswa Pada Siklus II
Persentase ketuntasan siswa kelas XI mengalami peningkatan pada siklus
II dibandingkan siklus I. Faktor-faktor yang terjadi pada siklus I dapat diatasi pada
siklus II. Meskipun masih ada kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I,
tetapi secara keseluruhan tidak terjadi lagi pada siklus II. Kesalahan-kesalahan
yang masih terjadi pada siklus I yaitu pada awal pelajaran, siswa belum begitu
siap untuk mengikuti pelajaran, sehingga penggunaan waktu kurang begitu efektif.
Akan tetapi pelaksanaan tindakan Siklus II bisa berlangsung lancar. Hasil yang
diperoleh siswa pada siklus II lebih meningkat, dibandingkan dengan siklus I.
4.3 Pembahasan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua siklus. Pelaksanaan tindakan
kelas siklus I secara keseluruhan kurang maksimal yaitu hanya 28,57% siswa
yang tuntas dan sebanyak 71,42% yang tidak tuntas. Sementara pelaksanaan
tindakan kelas siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dengan ditandai
persentase ketuntasan yaitu sebanyak 85,71% siswa yang tuntas, sementara siswa
yang tidak tuntas yaitu sebanyak 14,28%. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan hasil antara siklus I dan siklus II sangat jauh. Seluruh
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada tindakan kelas siklus I dievaluasi. Tujuan dari
evaluasi ini agar pada tindakan kelas siklus II tidak terjadi lagi. Tindakan siklus II
(74)
meningkat. Ketika tindakan kelas siklus II telah dilakukan, kemampuan membaca
cerpen siswa mengalami peningkatan.
4.3.1 Hasil Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II
Hasil penelitian kemampuan membaca cerpen siswa pada tahap prasiklus,
siklus I, dan siklus II selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilhat dari
jumlah siswa yang tuntas dari setiap siklus. Seperti yang telah dipaparkan di atas,
bahwa antara tindakan kelas pada siklus I dan siklus II mengalami perbedaan yang
sangat signifikan, yaitu pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas hanya sebanyak 8
siswa yang tuntas, sementara 20 orang siswa tidak tuntas. Sementara pada
penerapan siklus II, siswa megalami peningkatan dengan jumlah siswa yang
tuntas yaitu sebanyak 24 orang, sementara yang tidak tuntas hanya 4 orang siswa
saja. Hal ini dikarenakan pada penerapan siklus II, setiap kesalahan-kesalan pada
siklus I tidak terulang pada siklus II.
Pada penerapan siklus I, kemampuan membaca cerpen siswa mengalami
peningkatan dibandingkan pada penerapan prasiklus. Persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sebanyak 28,57%. Khusus siswa yang mencapai ketuntasan, mereka
bisa menjawab pertanyaan terkait unsur-unsur intrisnik dan ekstrinsik dari cerpen
itu sendiri. apabila para siswa bisa mengidentifikasi setiap unsur intrinsik cerpen
“Pelajaran Mengarang, maka akan diberikan skor 1. Jika siswa bias menjawab dan menjelaskan setiap unsure intrinsik cerpen, maka akan diberi skor 1 juga. Jika
siswa dapat mengidentifikasi unsur ekstrinsik cerpen “Pelajaran Mengarang”
(75)
Jika siswa bisa menjelaskan setiap unsur ekstrinsik dengan tepat atau walau
hanya dengan meyebutkan kata kunci, siswa akan diberi skor 2. Jika siswa selesai
mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”, selanjutnya para siswa menbuat kesimpualan secara umum mengenai teks cerpen “Pelajaran Mengarang” yang sudah di baca. Langkah terakhir adalah siswa disuruh untuk memberikan kritik mengenai kelebihan dan
kekurangan dari cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang. Jika siswa mampu menjelaskan secara lengkap maka akan diberi skor 4. Akan tetapi, jika siswa
menjawab hanya satu kelebihan atau kekurangan dari cerpen tersebut maka hanya
akan diberikan sokor 1.
Pada siklus I, peneliti mengambil salah satu hasil kerja siswa yang
mencapai ketuntasan maksimal. Untuk soal yang menanyakan tentang amanat dari
teks cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”, secara umum siswa bisa
menjawab, tetapi ada sebagian siswa yang belum bisa.
Berikut hasil kerja siswa yang bisa menjawab pertanyaan terkait dengan
amanat dari teks yang berjudul “Pelajaran Mengarang” dan dapat mencapai ketuntasan.
Pertanyaan: apa tema dari teks cerpen yang berjudul “Pelajaran Mengarang”?
(76)
Untuk soal nomor 2, ada beberapa siswa yang menjawab dengan benar dan tepat, peneliti akan mengambil salah satu contoh jawaban siswa yang mencapai ketuntasan.
Pertanyaan: Apakah amanat dari teks ceerpen yang berjudul “pelajaraan Mengarang”?,
Jawaban: pentingnya peran orang tua dalam pembentukkan mental dan pribadi anak.
Pada soal mengidentifikasi unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai pada cerpen
yang berjudul “pelajaran Mengarang”, ada siswa yang bisa menjawab pertanyaan
dengan benar. Berikut adalah siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan
tepat.
Pertanyaan: “berjanjilah pada mama, kamu akan menjadi wanita baik
-baik”!
Nilai yang terkandung pada kutipan di atas adalah nilai moral.
Pada soal mebuat kesimpulan ada siwa yang menjawab dengan baik,
karena memang dalam cerpen tersebut menceritakan tentang pentingnya peran
orang tua, atas nama Muuler Millan. S.
Menurut saya kesimpualan dari cerpen yang berjudul “pelajran Mengarang” adalah, orang harus memberi kasih sayang yang tinggi
terhadap anak-anak mereka, kita tidak/orang tua tidak boleh memberikan kata kotor karena itu bisa membuat anak terbiasa dan akan mengikuti
setiap ajaran yang diberikan oleh orang tuanya”.
Aspek membaca cerpen yang dinilai juga adalah siswa bisa memberikan
kritikan secara keseluruhan terhadap cerpen yang berjudul “Pelajaran
mengarang”, peneliti mengambil salah satu jawaban siswa yang mendapat skor tertinggi atas nama F.S. Yolanda yaitu,
“Menurut saya, penggunaan bahasa yang dipakai oleh pengarang dalam cerepn tersebut sangat bagus, pengarang mampu mengemas cerpen ersebut sehingga dapat dengan mudah dipahami”.
(1)
154
(2)
155
LAMPIRAN 20:
LEMBAR OBSERVASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
(4)
157
LAMPIRAN 21:
FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)
159
Biodata Penulis
Manggur Januarius, lahir di Pora Desa
Tentang Manggarai Barat pada tahun
1992. Penulis mengenyam pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 1998 dan lulus
tahun 2004 di SDK Tentang 11. Pada
tahun 2004 terdaftar sebagai siswa di
SMP Kemasyarakatan Ndoso
Tentang dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat
Atas di SMA Negeri 1 Ndoso Tentang pada tahun 2007 dan lulus pada tahun
2011. Pada tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.