1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Membaca”, apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata
itu? Sebagian ada yang berfikir membaca adalah kegiatan yang membosankan. Ada juga yang mengatakan bahwa membaca hanya menyita
waktu, tenaga dan pikiran. Bahkan ada yang berasumsi bahwa membaca bukanlah kegiatan yang bermanfaat karena tidak menghasilkan materi.
Asumsi-asumsi ini sering muncul di kalangan siswa SMA masa kini. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dari para guru agar siswa mau
membaca secara rutin. Kurang menariknya perpustakaan sekolah bagi siswa. Hal ini bisa disebabkan oleh suasana di ruang perpusatakaan yang kurang
nyaman dan koleksi buku-buku yang tersedia tidak memadai. Faktor lain juga, siswa terbiasa dicekoki oleh informasi instan yang biasa diperoleh dari
siaran TV dan media elektronik lainnya. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok sendi-sendi budaya
masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca, atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu
termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar budaya lisan itulah yang menjadi salah satu penyebab lemahnya
budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.
Dalam buku Readicide: How Schools are Killing Reading and What to do About It, karangan Kelly Gallagher, menyebutkan faktor-faktor yang
menurunkan minat baca orang-orang muda masa kini salah satu penyeb, karena di sekolah guru selalu menuntut siswa untuk menghafal, dan
memberikan soal ujian berupa pilihan ganda. Tuntutan menghafal setiap mata pelajaran, menyebabkan siswa kehilangan kenikmatan dalam membaca.
Muhammad Noer
2010:15 dalam Speed
Reading for
Beginners Membaca Cepat Bagi Pemula, mengemukakan mengapa orang malas membaca?. Alasannya, karena banyak waktu yang dihabiskan dan
dihanyutkan oleh pembaca meskipun buku itu menarik. Mereka tidak tahan jika berhari-hari untuk menyelesaikan satu buku. Orang lebih suka yang
instan berupa ringkasan siap pakai. Padahal banyak informasi berharga dari sebuah buku dan tidak cukup hanya dengan ringkasan.
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, ada faktor lain yang menyebabkan kurangnya minat membaca di kalangan pelajar masa kini, yaitu
sejak usia dini, mereka kurang diperkenalkan dengan dunia membaca oleh orang tua mereka. Membaca di usia dini sangat berpengaruh sekali pada
perkembangan minat membaca anak pada usia muda. Seperti yang dikemukakan oleh Dolores Durkin 1958-1964, bahwa anak yang diajarkan
membaca sejak dini, sangat mempengaruhi kemampuan membaca anak di masa depan
.
a. Anak yang bisa membaca sejak dini ternyata senantiasa bisa
mengungguli kemampuan membaca anak yang terlambat, hingga ke tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP.
b. Kemampuan membaca sejak dini ternyata tidak berhubungan dengan
IQ anak, namun sangat berhubungan dengan suasana rumah dan keluarganya. Anak-anak yang bisa membaca sejak dini ternyata
muncul dari keluarga yang memiliki perhatian dan usaha ekstra dalam membantu mereka belajar membaca.
c. Kemampuan membaca sejak dini juga tidak berhubungan dengan
kondisisosial-ekonomi. Anak-anak yang bisa membaca sejak dini ternyata memiliki orang tua yang mau menyempatkan waktu untuk
kegiatan membaca bersama anaknya, walaupun latar belakang sosial- ekonomi mereka berbeda-beda.
Hal serupa juga terjadi di SMA Marsudi Luhur Yogyakarta, dari hasil temuan saya di SMA Marsudi Luhur Jln. Bintaran Kidul Yogyakarta
pada tanggal 29 Oktober 2014, menjelaskan bahwa, minat membaca mereka khususnya membaca cerita pendek sangat minim. Ketika mereka
disuguhkan atau dihadapkan dengan teks cerita pendek yang dibagikan oleh guru, mereka hanya melihat teks tersebut sepintas. Hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya kurangnya perhatian guru, koleksi perpustakan yang kurang lengkap, mereka tidak dibiasakan membaca sejak dini, dll. Hal
di atas diperkuat juga oleh hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu hanya 2 orang siswa 7,1saja yang lulus atau mencapai KKM..
Menurut Rahmanto 1988: 67, peran guru Bahasa dan Sastra Indonesia sangat penting dalam rangka meningkatkan minat baca bagi para siswa yaitu
dengan cara memberikan pembinaan kebiasaan membaca dengan memperhatikan empat aspek membaca yaitu memberi contoh, sugesti,
kemudahan dan pengukuhan. Selain itu, guru bisa memulai meningkatkan minat baca dengan membaca cerpen. Bukan sebaliknya siswa disuruh untuk
menghafal.
Quantum reading adalah cara cepat dan bermanfaat untuk merangsang munculnya potensi membaca. Membaca adalah salah satu bentuk
interaksi dalam proses belajar. Penerapan Quantum reading menyajikan sebuah konsep tentang strategi pembelajaran membaca menjadi mudah dan
cepat dengan pemahaman yang tinggi, dan jika pemahaman para siswa meningkat, mereka mendapat nilai lebih baik dan belajar lebih cepat Sekolah
akan menjadi lebih mudah. Jika mereka sudah mengalami membaca dengan mudah dan sukses, mereka mungkin mulai lebih sering membaca, tidak hanya
untuk sekolah, tetapi untuk hobi. Penerapan Quantum reading ini merupakan salah satu alternatif pembelajar membaca di kelas, Hernowo 2003 : 13.
Peneliti memilih
metode ini,
karena sangat
baik jika
diimplementasikan pada pembelajaran membaca, khususnya membaca cerita pendek. Metode ini menyajikan langkah-langkah yang detail yang harus
diperhatikan oleh siswa sebelum memulai membaca. Metode ini juga bertujuan Supaya budaya membaca khususnya membaca cerita pendek pada
siswa-siswi SMA Marsudi Luhur kelas XI IIS, lebih baik dan selalu ditingkatkan. Model pembelajaran seperti ini akan mengajak dan memancing
peserta didik untuk meningkatkan potensi membaca. Metode ini menurut peneliti, berbeda dengan
metode yang lain karena pada metode ini, ada beberapa tahap yang perlu diperhatikanan oleh siswa ketika memulai membaca.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka topik yang dipilih untuk
diteliti adalah “Penggunaan Metode Quantum Reading Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cerita Pendek Siswa Kelas XI
SMA Marsudi Luhur Tahun Pelajaran 20142015
1.2 Rumusan Masalah