18,75 tergolong sangat kurang. Dari beberapa penelitian di atas yang dijadikan acuan, diperoleh informasi bahwa pemahaman siswa pada jenjang
pendidikan menengah pertama dan menengah atas tentang konsep fisika masih tergolong rendah. Salah satu hal yang menjadi faktor masih
rendahnya pemahaman konsep fisika siswa adalah pemahaman konsep fisika dari guru yang juga masih tergolong rendah.
2. Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan
Kecamatan Sintang tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung pada Masing
– Masing Indikator
a. Mengklarifikasi Hukum Pemantulan Pada Bidang Datar Dan
Bidang Tidak Datar
Berdasarkan hasil analisis data di atas pemahaman siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi
pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung untuk indikator mengklarifikasi hukum pemantulan pada bidang datar dan bidang tidak
datar dengan menggunakan lembar jawab model CRI menunjukkan bahwa butir soal nomor 1 dan 311 siswa proporsi rerata siswa SMA kelas
XI IPA di Kabupaten Wonogiri dalam kategori tidak paham sebesar 19.3, kategori miskonsepsi sebesar 81.0 dan kategori paham sebessar
0.3; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 81.0. Dan 138 siswa proporsi rerata siswa SMA kelas XI
IPA di Kecamatan Sintang dalam kategori tidak paham sebesar 42.0, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kategori miskonsepsi sebesar 47.8 dan kategori paham sebessar 0.7; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu
sebesar 47.8. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan
dengan 6 orang siswa di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan bahwa untuk butir soal nomor 1 siswa mengalami tidak paham, miskonsepsi dan
paham. Miskonsepsi dalam sub konsep ini adalah siswa salah memahami bahwa hasil pantulan satu berkas sinar yang mengenai permukaan yang
tidak datar adalah menyebar ke segala arah baur, siswa mengasumsikan satu berkas sinar pada gambar adalah sekumpulan berkas sinar; tidak
paham dalam sub konsep ini adalah siswa tidak memahami hukum pemantulan, sebagian besar bahkan tidak tau bunyi hukum pemantulan.
Hampir semua siswa menjawab bahwa prinsip menggambar nomor 1a dan 1b adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena siswa hanya menghafalkan
apa yang telah dipelajari sebelumnya tanpa menguasai konsep yang ada.
b. Mengilustrasikan Sifat Bayangan Cermin Cembung dalam Bentuk
Gambar
Berdasarkan hasil analisis data di atas pemahaman siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi
pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung untuk indikator mengilustrasikan sifat bayangan cermin cembung dalam bentuk gambar
dengan menggunakan lembar jawab model CRI menunjukkan bahwa butir soal nomor 2 dan 311 siswa proporsi rerata siswa SMA kelas XI IPA di
Kabupaten Wonogiri dalam kategori tidak paham sebesar 60.5, kategori miskonsepsi sebesar 26.0 dan kategori paham sebessar 10.9; proporsi
terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 60.5. Dan 138 siswa proporsi rerata siswa SMA kelas XI IPA di
Kecamatan Sintang dalam kategori tidak paham sebesar 58.0, kategori miskonsepsi sebesar 34.1 dan kategori paham sebessar 0.7; proporsi
terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 58.0.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan 6 orang siswa di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan bahwa
untuk butir soal nomor 2 siswa mengalami tidak paham, miskonsepsi dan paham. Miskonsepsi dalam sub konsep ini adalah siswa salah dalam
memahami prinsip pemantulan, siswa menggambarkan berkas sinar pantul ke arah dalam cermin, siswa juga kebingungan membedakan gambar
pemantulan dan pembiasan; tidak paham dalam sub konsep ini adalah siswa tidak memahami prinsip pemantulan dan aturan tiga sinar istimewa,
siswa cenderung menggunakan memori penglihatan mereka saat diajari atau diberi tau tentang gambar oleh guru pada masa lampau tanpa tau
proses memperoleh gambar tersebut.
c. Memberikan Keterangan pada Gambar Skema Terjadinya