Pemahaman siswa SMA kelas XI IPA tahun ajaran 20162017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung
PEMAHAMAN SISWA SMA KELAS XI IPA TAHUN AJARAN
2016/2017 DI KABUPATEN WONOGIRI DAN KECAMATAN
SINTANG TENTANG MATERI PEMANTULAN PADA
CERMIN DATAR DAN CERMIN LENGKUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Andrea Vicky Novianti
NIM:131424030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi ABSTRAK
Andrea Vicky Novianti. 2017. Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemahaman siswa SMA kelas XI tahun ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 – 31 Maret 2017 di 11 SMA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang. Sekolah ini terdiri dari 2 SMA Swasta dan 4 SMA Negeri di Kabupaten Wonogiri serta 3 SMA Swasta dan 2 SMA Negeri di Kecamatan Sintang. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA sejumlah 449 siswa yang terdiri dari: 311 siswa di Kabupaten Wonogiri dan 138 siswa di Kecamatan Sintang. Metode yang digunakan adalah deskriptif tipe survey cross sectional. Pada penelitian ini digunakan teknik CRI
(Certainty Response Index) untuk mengidentifikasi pemahaman siswa.
Identifikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan tes esai sebanyak 5 butir soal yang dilengkapi dengan indeks keyakinan siswa dalam menjawab soal. Wawancara dilakukan terhadap 6 siswa yang berada di Kabupaten Wonogiri, wawancara dilakukan sebagai penguat data.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemahaman siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang dinilai masih sangat kurang, hal ini ditunjukkan dari hasil persentase pemahaman siswa yang kurang dari 40%. Namun demikian, persentase pemahaman siswa di Kabupaten Wonogiri lebih tinggi dibanding pemahaman siswa di Kecamatan Sintang. Kata Kunci: pemahaman, pemahaman terhadap materi pemantulan, teknik CRI
(7)
vii
ABSTRACT
Novianti, A.V. 2017. Students Understanding of 2 nd Science High School Academic Year 2016/2017 Wonogiri Regency and Sintang District about Reflection on Flat Mirror and Bent Mirror. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science. Teacher Training and Education Faculty. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
The aims of the research was to measure students of High School academic year 2016/2017 Wonogiri Regency and Sintang District understanding about Reflection on Flat Mirror and Bent Mirror.
This research was carried out on March of 8th – 31st 2017 on eleven Senior
High Schools on Wonogiri Regency and Sintang District. The participants are 2 Private Senior High Schools and 4 State Senior High Schools on Wonogiri Regency also 3 Private Senior High Schools and 2 State Senior High Schools
on Sintang District. The subjects of this research are the students of 2 nd science
group, these are 449 students consist of 311 students on Wonogiri Regency and 138 students on Sintang District. The method of this research is descriptive type Survey Cross Sectional. This research used CRI (Certainty Response Index) technique for identifying understanding students. The identification through 5 questions of essay test which completed by student confidential’s index for answering questions. Interview has been conducted to 6 students on Wonogiri Regency, interview used to confirmation data.
The result of this research were students understanding of 2nd Science High
School Wonogiri Regency and Sintang District still very less, because the percentage of student understanding less than 40%. Eventhough, percentage of students understanding on Wonogiri Regency higher than percentage of student understanding on Sintang District.
Kata Kunci: understanding, understanding about reflection on flat mirror and ben mirror, CRI (Certainty Response Index) technique for esay test
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik setiap proses dari awal sampai akhir dalam menyusun skripsi ini, baik penelitian maupun penulisan skripsi yang berjudul Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun Ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan
Kecamatan Sintang tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan
Cermin Lengkung.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Santa Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara material, saran dan dukungan, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan terimaksih kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku dosen pembimbing sekaligus DPA (Dosen Pembimbing Akademik) Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2013 yang telah membimbing, memberi saran dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini,
(9)
ix
2. Bapak Ign. Edi Santosa M.S selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma, serta seluruh dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini,
3. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA 5, XI MIPA 6, XI MIPA 7 dan XI MIPA 8 SMA N 1 Wonogiri karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
4. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2 dan XI MIPA 6 SMA N 1 Baturetno karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
5. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 SMA N 1 Pracimantoro karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian, 6. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA 5 SMA N
1 Sidoarjo karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
7. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
(10)
x
8. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA Kanisius Tirtomoyo karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian, 9. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA N 1
Sintang karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
10. Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA N 3 Sintang karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian,
11.Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA Panca Setya Sintang karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian, 12.Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA
Immanuel Sintang karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian, 13.Kepala sekolah, guru fisika dan siswa kelas XI MIPA SMA
Nusantara Sintang karena telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melaksanakan penelitian, 14.Segenap staf dan karyawan Sekretariat JPMIPA atas segala
bantuan dalam membuat surat-surat rekomendasi,
15.Segenap dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma,
(11)
xi
16.Teman - teman Pendidikan Fisika angkatan 2013 atas kebersamaan, dukungan dan doa selama masa perkuliahan, 17.Teman – teman kos Fasya (mbak Cindy, mbak Yanu, Priska,
Ika, Intan, Dhevin), kos Muria (Arum, Yeni, Ratna), kos Narada (Gisella, Tika, Dian, Dina) atas dukungan dalam bentuk apapun selama penelitian dan penulisan skripsi ini,
18.Robertus Marga Hutama yang telah mendoakan, mendampingi dan memberi support dari awal sampai selesainya penulisan skripsi ini,
19.Margareta Aprillia Husadani teman seperjuangan dari dulu sampai sekarang yang selalu memberi dukungan,
20.Teman – teman squad skripsweet yang sudah seperti kakak adik sendiri Maris Stella Vena Santi, Falentinus Tolino , Fatannio Putra, Katarina Arum Kusumaning Putri dan Chatarina Viena Ajeng Pratiwi yang selalu mengingatkan, memberi support, mengajak main, teman makan, menjadi teman berkeluh kesah, memberi ide, membantu dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini dan hal – hal lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu “I love you so much”,
21.Bapak Yoseph Arip Gunawan, Ibu Irine Mayang Gondo Astuti, Rochus Virlo Arsenio dan segenap keluarga besar Ny.Soegiman dan Mbah Kadi atas dukungan dalam bentuk materi maupun mental,
(12)
xii
22.Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas segala bantuan baik materi maupun mental, kritik, saran dan bimbingan yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, skripsi ini mempunyai manfaat bagi pembaca.
(13)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 4
D. Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Konsep ... 5
B. Belajar Konsep ... 5
C. Pemahaman Konsep Fisika ... 6
D. Konstruktivisme ... 7
E. Miskonsepsi dan Miskonsepsi pada Materi Fisika ... 7
(14)
xiv
G. CRI (Certainty Response Index) ... 10
H. Profil Daerah Penelitian ... 12
I. Penelitian yang Terkait ... 15
J. Deskripsi Materi ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Setting Penelitian ... 28
C. Subyek Penelitian ... 29
E. Variabel Penelitian ... 35
F. Kegiatan dan Pengambilan Data Penelitian ... 35
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 36
H. Data Hasil Uji Coba ... 38
I. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Pelaksanaan Penelitian ... 51
B. Data ... 55
1. Data Hasil Analisis Soal Esai dengan Menggunakan Lembar CRI ... 55
2. Data Hasil Wawancara ... 59
C. Analisis Data ... 60 1. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Pemahaman Konsep Pematulan Pada Cemin Datar Dan Cermin Lengkung Menggunakan Lembar Jawaban CRI 60
(15)
xv
2. Analisis Hasil Rerata Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Jumlah Skor terhadap Tingkat Pemahaman Konsep Pematulan Pada Cemin Datar Dan
Cermin Lengkung Siswa SMA Kelas XI ... 62
3. Analisis Hasil Rerata Distribusi Siswa (%) Menjawab Benar untuk Setiap Nomor Soal ... 64
4. Analisis Hasil Rerata Skor Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang untuk Seluruh Soal ... 66
5. Analisis Hasil Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung untuk setiap indikator dengan menggunakan lembar jawaban CRI ... 69
D. Pembahasan ... 95
1. Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung ... 95
2. Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung pada Masing – Masing Indikator ... 97
E. Keterbatasan Penelitian ... 105
BAB V KESIMPULAN ... 106
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 107
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.1 Indikator Pemahaman menurut Anderson, Lorin, W. & David R ... 8
Tabel 2.1.2 CRI dan Kriterianya ……. ... 10
Tabel 2.1.3 Ketentuan untuk membedakan antara tau konsep, miskonsepsi dan tidak tau konsep ………... 11
Tabel 3.1.1 Populasi Penelitian Sekolah Swasta di Kabupaten Wonogiri ... 30
Tabel 3.1.2 Populasi Penelitian Sekolah Negeri di Kecamatan Wonogiri ... 30
Tabel 3.1.3 Populasi Penelitian Sekolah Swasta di Kecamatan Sintang ... 31
Tabel 3.1.4 Populasi Penelitian Sekolah Negeri di Kecamatan Sintang ... 31
Tabel 3.2.1 Sampel Penelitian Sekolah Swasta dan Negeri di Kabupaten Wonogiri ………. ... 33
Tabel 3.2.2 Sampel Penelitian Sekolah Swasta dan Negeri di Kecamatan Sintang ……….. ... 34
Tabel 3.3.1 Kisi – Kisi Uji Pemahaman Pemantulan Pada Cermin Datar Dan Cermin lengkung Di Kabupaten Wonogiri Dan Kecamatan Sintang ... 37
Tabel 3.3.2 Kisi – Kisi Wawancara ……… ... 38
Tabel 3.4.1 Kategori Soal ……… ... 39
Tabel 3.4.2 Tingkat Kesukaran Soal Sebelum Diuji Coba ... 39
Tabel 3.4.3 Tingkat Kesukaran Soal Stelah Diuji Coba ... 39
Tabel 3.4.4 Hasil Uji Validasi Instrumen Penelitian... 41
Tabel 3.4.5 Hasil Uji Validasi Instrumen Penelitian Setelah Soal Diujikan Keseluruh Sampel Penelitian ……….. ... 41
(17)
xvii
Tabel 3.5.2 Kriteria Skor Nomor 2 …… ... 43
Tabel 3.5.3 Kriteria Skor Nomor 3 ……. ... 44
Tabel 3.5.4 Kriteria Skor Nomor 4 …….. ... 45
Tabel 3.5.5 Kriteria Skor Nomor 5 ……. ... 46
Tabel 3.6.1 Tabel CRI dan kriterianya ………..48
Tabel 3.6.2 Tabel Ketentuan untuk membedakan antara tau konsep, miskonsepsi dan tidak tau konsep ……… ... 48
Tabel 3.6.3 Persentase Tingkat Pemahaman ... 49
Tabel 4.1 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian di Kabupaten Wonogiri ... 52
Tabel 4.2 Tabel Rincian Pelaksanaan Pengambilan Data di Kabupaten Wonogiri ………. ... 52
Tabel 4.3 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian di Kecamatan Sintang ... 53
Tabel 4.4 Tabel Rincian Pelaksanaan Penelitian di Kecamatan Sintang ... 53
Tabel 4.5 Tabel Rincian Pelaksanaan Wawancara Di Kabupaten Wonogiri ... 55
Tabel 4.2.1 Rerata Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Singtang ………... 61
Tabel 4.2.2 Rerata Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Jumlah Skor terhadap Tingkat Pemahaman Siswa SMA Kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang ………... 63
Tabel 4.2.3 Tabel Distribusi Siswa (%) yang Menjawab Benar untuk Setiap Nomor di Kabupaten Wonogiri da Kecamatan Sintang ... 65
(18)
xviii
Tabel 4.2.4 Rerata Jumlah Skor untuk Seluruh Soal Siswa SMA Kelas XI IPA di
Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang ……….... 67
Tabel 4.2.5 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa pada Butir Soal Nomor 1 ... 70
Tabel 4.2.6 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa pada Butir Soal Nomor 2 ... 74
Tabel 4.2.7 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa pada Butir Soal Nomor 3 ... 80
Tabel 4.2.8 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa pada Butir Soal Nomor 4 ... 85
(19)
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 (a) Pemantulan teratur (b) Pemantulan Baur ... 18
Gambar 2 Sketsa Jalannya Sinar pada Bidang Datar dan Keterangannya ... 18
Gambar 3 Ilustrasi Langsung Sketsa Jalannya Sinar pada Bidang Datar dan Keterangannya ………...19
Gambar 4 Menentukan letak bayangan dari titik A ... 20
Gambar 5 Menentukan letak bayangan dari titik A dan B ... 20
Gambar 6 Penggambaran Bayangan pada Cermin Datar ... 21
Gambar 7 Bagian-bagian (a) Cermin Cekung dan (b) Cermin Cembung ... 23
Gambar 8 Sinar Istimewa pada Cermin Cekung ... 24
Gambar Penggambaran Bayangan pada Cermin Cekung ... 24
Gambar 10 Sinar Istimewa pada Cermin Cembung ... 26
Gambar 11 Penggambaran Bayangan pada Cermin Cembung ... 26
Gambar 12 Jawaban Nomor 1a ………... 42
Gambar 13 Jawaban Nomor 1b ...42
Gambar 14 Jawaban Nomor 2 ……….. ... 43
Gambar 15 Jawaban Nomor 3 ……….. ... 44
Gambar 16 Jawaban Nomor 4 ………….. ... 45
Gambar 17 Jawaban Nomor 5b ………... ... 46
Gambar 18 Jawaban Nomor 5a ………. ... 46
Gambar 19 Jawaban No. 1a Siswa1 Gambar 20 Jawaban No. 1b Siswa1 ... 71
(20)
xx
Gambar 23 Jawaban No. 1a Siswa3 Gambar 24 Jawaban No. 1b Siswa3 ... 73
Gambar 25 Jawaban No. 2 Siswa1 ……… ... 75
Gambar 26 Jawaban No. 2 Siswa2 ……….. ... 77
Gambar 27 Jawaban No. 2 Siswa3 ……. ... 78
Gambar 28 Jawaban No. 5a Siswa1 Gambar 29 Jawaban No. 5b Siswa1 ... 90
Gambar 30 Jawaban No. 5a Siswa2 Gambar 31 Jawaban No. 5b Siswa2 ... 92
(21)
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ………..……… 112
Surat Ijin Penelitian dari kampus ke Kesbangpol DIY ……….. 112
Surat Ijin Penelitian dari kampus ke Badan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ……….. 113
Surat Ijin Penelitian dari kampus ke Kesbangpol Kabupaten Wonogiri ………. 114
Surat Ijin Penelitian dari kampus ke Dinas Pendidikan Kabupaten
Sintang ……… 115
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian ………. 116
Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol DIY ke Badan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ……... 116
Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ke Kesbangpol Kabupaten Wonogiri ………. 117
Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Wonogiri ke Sekolah – Sekolah ………... 118
Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang ke Sekolah – Sekolah ………. 119 Lampiran 3 Surat Keterangan dari Sekolah .………. 120
(22)
xxii
Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 1 Baturetno ………. 121
Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 1 Pracimantoro …………... 122
Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 1 Sidoarjo ……….. 123
Surat Keterangan Penelitian dari SMA PL St. Vincentius Giriwoyo .. 124
Surat Keterangan Penelitian dari SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo 125
Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 1 Sintang ……… 126
Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 3 Sintang ……… 127
Surat Keterangan Penelitian dari SMA Nusantara Sintang …………. 128
Surat Keterangan Penelitian dari SMA Immanuel Sintang ………… 129
Surat Keterangan Penelitian dari SMA Panca Setya Sintang ………. 130 Lampiran 4 Lembar Soal ………….………. 131 Lampiran 5 Lembar Uji Validitas Isi ……… 133 Lampiran 6 Lembar Hasil Uji Validitas Empiris ………. 141 Lampiran 7 Lembar Jawaban Siswa ………. 142 Lampiran 8 Data Penelitian ……….. 150
Tabel 4.1.1 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Wonogiri kelas XI MIPA 5 ……….……… 150
Tabel 4.1.2 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan
(23)
xxiii
Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Wonogiri kelas XI MIPA 6 ………..….…….. 151
Tabel 4.1.3 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Wonogiri kelas XI MIPA 7 ………...………….. 152
Tabel 4.1.4 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Wonogiri kelas XI MIPA 8 ………...………….. 153
Tabel 4.1.5 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Baturetno kelas XI MIPA 1 ……….…..……….. 154
Tabel 4.1.6 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan6 Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Baturetno kelas XI MIPA 2 ………. 155
Tabel 4.1.7 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Baturetno kelas XI MIPA 6 ………. 156
(24)
xxiv
Tabel 4.1.8 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Pracimatoro kelas XI MIPA 1 ………... 157
Tabel 4.1.9 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Pracimatoro kelas XI MIPA 2 ………...……….. 158
Tabel 4.1.10 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Sidoarjo kelas XI MIPA ………. 159
Tabel 4.1.11 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA Pangudi Luhur St.Vincentius Giriwoyo kelas XI MIPA ………..………. 160
Tabel 4.1.12 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA Kanisius Tirtomoyo kelas XI MIPA ………...….. 161
Tabel 4.1.13 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan
(25)
xxv
Cermin Lengkung Siswa SMA N 1 Sintang kelas XI MIPA 1 ……….… 162
Tabel 4.1.14 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA N 3 Sintang kelas XI MIPA 1 ……….…… 163
Tabel 4.1.15 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA Panca Setya Sintang kelas XI MIPA ……….…… 164
Tabel 4.1.16 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA Immanuel Sintag kelas XI MIPA ……….…… 165
Tabel 4.1.17 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung Siswa SMA Nusantara Sintang kelas XI MIPA ……….…… 166
Tabel 4.1.18 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung masing-masing Sekolah Di Kabupaten Wonogiri ……….…… 167
(26)
xxvi
Tabel 4.1.19 Rekap Data Skor, Benar/Salah, Tingkat Keyakinan dan Kualifikasi Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung masing-masing Sekolah Di Kecamatan Sintang ……….…… 168
Tabel 4.1.20 Rekap Data Distribusi Siswa (%) terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung menggunakan lembar jawab CRI Di Kabupaten Wonogiri ……….…… 169
Tabel 4.1.21 Rekap Data Distribusi Siswa (%) terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin Lengkung menggunakan lembar jawab CRI Di Kecamatan Sintang Tabel 4.1.22 Rekap Data Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Jumlah Skor Di Kabupaten Wonogiri ……….. 170
Tabel 4.1.23 Rekap Data Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Jumlah Skor Di Kecamatan Sintang ..……….…………..…….. 171
Tabel 4.1.24 Rekap Data Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Skor setiap Nomor Di Kabupaten Wonogiri .……….……… 172
Tabel 4.1.25 Rekap Data Distribusi Siswa (%) Berdasarkan Skor setiap Nomor Di Kecamatan Sintang ……….…….. 173 Tabel 4.1.26 Data Hasil Wawancara Soal terhadap 6 Siswa Di
Kabupaten Wonogiri………... 174 Lampiran 9 Dokumentasi ………. 211
(27)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan ilmu pegetahuan fundamental karena merupakan dasar dari bidang sains yang lain. Pengetahuan dari hasil belajar fisika dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah dalam memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Sesuai hakikat belajar fisika menurut Depdiknas (2008) siswa dapat memahami produk ilmiah berupa fakta, konsep, hukum, dan teori berdasarkan proses ilmiah (melakukan eksperimen, mengkomunikasikan) dan sikap ilmiah (menemukan perbedaan, jujur, tanggung jawab, kerjasama dan menerima kegagalan sebagai sesuatu yang positif).
Hasil survei dari Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa rata–rata skor hasil literasi sains Indonesia menempati peringkat 62 dari 69 negara peserta studi (OECD-PISA, 2016).Artinya bahwa siswa – siswa berumur 15 tahun atau kelasIX atau X di Indonesia memiliki kemampuan yang relatif cukup rendah dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan (NIFL: 2016). Banyak dijumpai proses belajar fisika yang berlangsung saat ini masih sangat informatif, siswa diberitahu rumus untuk dihafalkan kemudian tujuan akhirnya supaya siswa mampu menyelesaikan soal, bukan memahami persoalan. Karena proses
(28)
belajar siswa hanya sampai pada tahap menghafal dan belum sampai pada tahap memahami, maka saat siswa mendapatkan soal dengan konsep yang sama dengan model yang sedikit berbeda siswa sudah mengalami kebingungan. Seperti yang diungkapkan Oktaviani (2015) dari hasil observasi menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa dalam belajar fisika adalah guru. Sering kali proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru misalnya, guru menuliskan dan menggambarkan materi yang sedang diajarkan di papan tulis atau menggunakan media power point tanpa memberikan pnjelasan mengenai makna dari tulisan atau gambar tersebut. Pada saat itu pula siswa terlalu fokus untuk menyalin tulisan maupun gambar dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berbicara mengungkapkan pendapat. Sehingga proses konstruksi dari berbagai informasi sebagai pengetahuan baru tersebut tidak terbangun dengan baik.
Pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh siswa, maka terdapat beberapa kemungkinan yaitu: (1) siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan dengan baik dan benar sehingga siswa paham betul dengan pengetahuan yang diperoleh, (2) siswa kurang mampu mengkonstruksi pengetahuan dengan baik da benar sehingga siswa tidak paham dengan pengetahuan yang diperoleh, dan (3) siswa mengalami kesalahan dalam mengkonstruksi pengetahuannya sehingga siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Kesalahan dalam mengkonstruksi pegetahuan baru disebabkan karena siswa belum terbiasa secara tepat mengkonstruksi konsep fisika dan belum memiliki kerangka
(29)
ilmiah yang digunakan sebagai dasar (Suparno, 2005: 30). Dikatakan salah jika konsep yang telah dikonstruksi tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli, kesalahan konsep ini sering disebut dengan miskonsepsi (Suparno, 2005). Faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi, yaitu: miskonsepsi dari diri siswa sendiri, dari metode mengajar guru, dan dari sumber belajar yang digunakan oleh siswa.
Dalam Suparno (2005) dipaparkan bahwa miskonsepsi dalam bidang fisika terjadi dalam semua bidang, yaitu: mekanika, listrik, optika, sifat materi, bumi-antariksa serta mengenai fisika modern. Salah satu materi yang dipelajari di kelas X semester 2 adalah materi alat optik. Dalam materi tersebut terdapat pokok bahasan utama yaitu mengenai pematulan pada cermin datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cermin cembung). Materi pemantulan ini sebagai dasar untuk dapat memahami materi alat optik secara menyeluruh. Pada dasarnya materi ini ditekankan pada waktu SMP, namun tidak diulas kembali saat akan masuk ke dalam materi alat optik di SMA. Materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung merupakan materi yang sangat sederhana dan sangat dekat dengan aktifitas siswa sehari-hari. Namun untuk dapat mengerti siswa membutuhkan pemahaman konsep yang baik da benar.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin melaksanakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa SMA kelas XI tahun ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
(30)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana pemahaman siswa SMA kelas XI tahun ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat pemahaman siswa SMA kelas XI tahun ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
D. Manfaat 1. Bagi Siswa
Membantu siswa melihat sejauh mana pemahaman konsep mereka tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
2. Bagi Guru
Membantu guru untuk melihat sejauh mana pemahaman konsep siswa tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung. Sehingga guru mampu membuat strategi mengajar yang sesuai dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa.
(31)
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
Konsep adalah suatu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Satuan arti dapat dilambangkan dalam bentuk kata. Semua kata tersebut dapat diingat dan dihubungkan satu dengan yang lain menjadi alat dalam berpikir. Konsep berfungsi sebagai batu–batu dalam berpikir, banyak batu disusun menjadi suatu bangunan, dengan menghubungkan konsep satu dengan yang lain. Cara berpikir menggunakan konsep dapat meningkatkan kemampuan berpikir intelektual seseorang. Berpikir intelektual yaitu berpikir dengan mencari dan menggunakan pemahaman melalui penguasaan konsep dan relasi antar konsep tersebut. Konsep–konsep, relasi antar konsep, relasi yang dikembangkan menjadi semakin kompleks dan rumit, sehingga lahir sebuah kerangka pikir yang jelas (Winkel, 1987: 75-77).
B. Belajar Konsep
Belajar konsep merupakan salah satu bentuk belajar yang dilakukan seseorang dengan cara mengabstraksi semua obyek meliputi benda, kejadian, dan orang, dengan hanya meninjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep merupakan cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas konsep yang diperoleh dari hasil belajar yaitu adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah keseluruhan kognitif yang mencakup kekhasan suatu pengertian. Di Sekolah
(32)
Menengah banyak guru memfasilitasi siswa belajar konsep melalui penjelasan verbal. Penjelasan verbal tersebut akan menggunakan konsep-konsep lain untuk menjelaskan konsep baru (Winkel, 1987: 91-93).
C. Pemahaman Konsep Fisika
Hakikat fisika dalam filsafat ilmu pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan melalui fakta, konsep, hukum, dan teori yang yang berlaku. a. Fakta
Fakta adalah sesuatu yang benar pernah terjadi. Fakta yang berkaitan dengan fisika misalnya, buah yang sudah masak di pohon akan jatuh ke tanah, gula yang dimasukan ke dalam gelas yang berisi air panas akan larut, besi yang dimasukan ke dalam bak berisi air akan tenggelam (Tipler, 2001). b. Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memliki ciri sama (Winkel, 1987). Konsep dalam fisika misalnya, konsep tentang pemantulan dan pembiasan.
c. Hukum
Hukum merupakan hasil yang dikembangkan dari fakta dan konsep yang menjelaskan suatu kejadian (Sutrisno, 2006). Contoh hukum-hukum dalam fisika misalnya, Hukum Snellius, Hukum Archimedes, dan Hukum Newton.
(33)
d. Teori
Teori adalah pejelasan mengenai sesuatu yang tidak langsung dapat diamati. Contohnya dalam fisika misalnya, teori atom Bohr, teori relativitas Einstein, teori kinetik gas (Sutrisno, 2006).
D. Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri setelah kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997 dalam Suparno, 2005). Karena siswa sendiri yang mengonstruksikan pengetahuannya, maka ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengonstruksi. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mengonstruksi konsep fisika secara tepat dan belum mempunyai kerangka berpikir ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan. Pengetahuan tidak sekali terjadi, tetapi merupakan rangkaian sebuah proses. Dalam perkembangan mengonstruksi pengetahuan, dimulai dari konsep paling sederhana kemudian dalam prosesnya konsep tersebut menjadi semakin lengkap, tepat, dan benar.
E. Miskonsepsi dan Miskonsepsi pada Materi Fisika
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang dimengerti seseorang namun pengertian tersebut tidak sesuai dengan pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar mengenai konsep-konsep dan lain-lain (Suparno, 2005: 57).
(34)
Mohapatra dalam Suparno (2005) menjelaskan bahwa siswa mempunyai miskonsepsi mengenai hukum pemantulan. Mereka berpikir kesamaan sudut datang dan sudut pantul hanya terjadi pada suatu cermin datar. Padahal, hal yang sama terjadi pada cermin cembung dan cermin cekung. Banyak siswa yang masih beranggapan bahwa cahaya hanya dapat dipantulkan oleh permukaan yang halus seperti cermin dan tidak dapat dipantulkan oleh permukaan yang tidak halus seperti kertas HVS.
F. Dimensi Proses Kognitif
Tabel 2.1.1 Proses Kognitif dari Pemahaman menurut Anderson, Lorin, W. & David R
Kategori dan Proses Kognitif
Indikator Definisi Pemahaman Membangun makna berdasarkan tujuan
pembelajaran, mencakup oral, tulisan, dan komunikasi grafis (construct meaning from instructional messages, including oral,
written, and graphic communication)
Interpretasi (interpreting)
Klarifikasi (Clarifying)
Paraphrasing (Prase)
Mewakilkan (Representing)
Menerjemahkan (Translating)
Mengubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain
(Changing from
one form of representation to another )
Mencontohkan (exemplifying)
Menggambarkan (Illustrating)
Instantiating
Menemukan contoh khusus atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip. (Finding a specific example or illustration of a concept or principle)
(35)
Kategori dan Proses Kognitif
Indikator Definisi Mengklasifikasikan
(classifying)
Mengkatagorisasikan (categorizing)
Subsuming Menentukan sesuatu yang dimiliki oleh suatu kategori (Determining that something belongs to a category) Menggeneralisasikan
(summarizing)
Mengabstraksikan (Abstracting)
Menggeneralisasikan (generalizing)
Pengabstrakan tema-tema umum atau poin–poin utama
(Abstracting a
general theme or major point(s)) Inferensi (inferring) Menyimpulkan
(concluding)
Mengekstrapolasikan (extrapolating)
Menginterpolasikan (interpolating)
Memprediksikan (predicting)
Penggambaran kesimpulan logis dari informasi yang disajikan.
(Drawing a
logical
conclusion from presented information) Membandingkan
(comparing)
Mengontraskan (Contrasting)
Memetakan (Mapping)
Menjodohkan (Matcing)
Mencari
hubungan antara dua ide, objek atau hal hal serupa (detecting correspondences between two ideas, object, and the like)
Menjelaskan (explaining)
Mengkontruksi model (Constructing models)
Mengkontruksi model sebab akibat dari suatu system.
(Constructing a
cause and effect model of a system) Anderson, Lorin, W. & David R (2001)
(36)
G. CRI (Certainty Response Index)
Metode identifikasi CRI merupakan ukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden dalam menjawab suatu soal. Tingkat keyakinan atau kepastian jawaban responden dapat terlihat dari skala CRI yang diberikan. CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan responden terhadap konsep yang dipahami atau biasanya jawaban tersebut ditentukan atas dasar tebakan, CRI yang tinggi menandakan keyakinan responden terhadap konsep yang dipahami, disini unsur menjawab secara tebakan sangat kecil kemungkinannya, responden yang paham, tidak paham dan yang mengalami miskonsepsi dapat dibedakan dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI) yang diberikan untuk soal tersebut (Saleem Hassan: 1999).
Tabel 2.1.2 CRI dan Kriterianya
CRI Kriteria
0 Tidak Yakin
1 Yakin
Tabel 4.2.2 menunjukkan empat kemungkinan kombinasi dari jawaban (benar atau salah) dan CRI (0 atau 1) untuk setiap responden secara individu. Pengidentifikasian paham, tidak paham, dan miskonsepsi untuk kelompok responden dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk kasus tiap responden secara individu. Dalam kasus kelompok, hasil jawaban responden ditabulasi, setiap jawaban ditandai dengan (0 atau 1) untuk jawaban salah atau
(37)
benar dan (0 atau 1) untuk harga CRI. Jumlah total responden yang menjawab benar diperoleh dengan menjumlahkan tanda jawaban benar. Untuk satu pertanyaan, total CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua responden yang jawabannya salah. Rata-rata CRI untuk jawaban salah, untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah tersebut di atas dengan jumlah responden yang jawabannya salah. Dengan cara serupa, total CRI untuk jawaban benar diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua responden yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata CRI untuk jawaban benar, untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah tersebut di atas dengan jumlah responden yang jawabannya benar. Tabel 2.1.3 Ketentuan untuk membedakan antara paham, tidak paham dan
miskonsepsi Kriteria
Jawaban
CRI = 0 CRI = 1
Benar Benar tapi CRI = 0 artinya tidak paham
Benar dan CRI = 1 artinya paham Salah Salah dan CRI = 0
artinya tidak paham
Salah tapi CRI = 1 artinya miskonsepsi
(38)
H. Profil Daerah Penelitian a. Profil Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 1.822.360.200 m2 dengan jumlah penduduk tahun 2015 tercatat sebanya 958.650 jiwa. Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2002 pembagian wilayah
administrasi terdiri dari 25 Kecamatan. Kecamatan – kecamatan tersebut
dibagi dalam 5 distrik sebagai berikut: a. Distrik Wuryantoro
Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Eromoko, Kecamatan Manyaran, dan Kecamatan Wuryantoro.
b. Distrik Baturetno
Kecamatan Paranggupito, Kecamatan Giritontro, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Tirtomoyo, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Batuwarno, dan Kecamatan Baturetno.
c. Distrik Jatisrono
Kecamatan Jatipurno, Kecamatan Jatiroto, Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Girimarto, dan Kecamatan Jatisrono.
d. Distrik Purwantoro
Kecamatan Kismantoro, Kecamatan Slogohimo, Kecamatan Bulukerto, Kecamatan Puh Pelem, dan Kecamatan Purwantoro.
e. Distrik Wonogiri
Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Selogiri, dan kecamatan Wonogiri.
(39)
Wonogiri secara harafiah "hutan (di) pegunungan". Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri masih merupakan daerah pedesaan dengan pegunungan kapur, ladang, dan sawah (Wonogiri.go.id). Ladang dan sawah banyak ditanami pohon singkong, sehingga Kabupaten Wonogiri dijuluki "Kota Gaplek”. Oleh sebab itu, makanan khas daerah ini adalah tiwul (nasi yang terbuat dari gaplek).
Beberapa daerah yang jauh dari Kecamatan Wonogiri masih susah dijangkau karena jalanan masih belum diaspal dan minimnya kendaraan umum. Akibatnya, pembangunan sekolah tidak merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Selain itu, tenaga pendidik di daerah ini juga masih
pas-pasan. Kepala Dinas Pendidikan, Siswanto (Solopos, 30/9/2016) lalu
menyatakan bahwa tenaga pendidik profesi guru yang ada berdasarkan UKG 2015 menunjukkan hasil yang masih rendah. Rendahnya kompetensi guru ini juga mempengaruhi rendahnya pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
Kondisi fisik (ladang dan sawah) dan akses jalan yang masih minim ini memaksa masyarakat ”mengkerdilkan” wawasannya dalam mencari pekerjaan. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup dengan menjadi petani dan penambang batu kapur saja. Akibatnya pendidikan sampai jenjang SMA maupun Universitas belum menjadi prioritas para orang tua di daerah ini. Tingkat pendidikan yang masih rendah mengakibatkan kualitas pekerjaan yang diperoleh juga rendah, sehingga penghasilan pun rendah (Koransolo, 4/3/2016). Rendahnya pendidikan ini kurang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah. Baru satu tahun terakhir ini pemerintah daerah menyediakan
(40)
beasiswa bagi siswa dan mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih namun terhambat oleh biaya.
b. Profil Kabupaten Sintang
Kabupaten Sintang adalah salah satu daerah otonom tingkat II di bawah provinsi Kalimantan Barat. Ibu Kecamatan kabupaten ini terletak diKecamatan Sintang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 21.635.000.000 m² dan berpenduduk sebesar ± 365.000 jiwa. Kepadatan penduduk 16 jiwa/km2yang terdiri dari multietnis dengan mayoritas sukuDayakdanMelayu. Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang, pada tahun 2005, terbagi menjadi 14 kecamatan, dan 183 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau dengan luas 29,52 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sintang, sedangkan luas masing–masing kecamatan lainnya hanya berkisar 1–29 persen dari luas Kabupaten Sintang. Secara umum Kabupaten Sintang luasnya hampir menyamai luas Provinsi Sumatera Utara (Wikipedia, 2016).
Data Bappeda Kabupaten Sintang tahun 2014 menyebutkan, untuk jenjang pendidikan SLTA, jumlah prasarana sekolah pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 36 sekolah yang sebelumnya pada tahun ajaran 2012/2013 sejumlah 42 sekolah. Untuk jumlah murid pada tahun ajaran 2013/2014 mengalami penurunan menjadi 7.379 orang murid, sedangkan guru SLTA pada tahun ajaran 2013/2014 tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun jaran 2012/2013, yaitu sebanyak 307 orang, sehingga rasio murid terhadap guru menjadi sebesar 24,03 % yang artinya bahwa setiap guru mempunyai beban mengajar rata-rata sebanyak 25 murid.
(41)
Masih seperti tahun sebelumnya, pada tahun ajaran 2013/2014, di Kabupaten Sintang terdapat 6 Perguruan Tinggi yaitu: Universitas Kapuas, Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), Akademi Tinggi Agam Islam Ma`arif (STAIMA), dan Sekolah Tinggi Ilmi Kesehatan (STIKES) Kapuas Raya. Jumlah siswa menunjukkan bahwa secara umum untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi, siswa perempuan lebih banyak dibandingkan siswa laki-laki, yaitu secara berturut-turut 55 % dan 45 % (Bappedda Kabupaten Sintang Tahun 2014).
I. Penelitian yang Terkait
Penelitian ini berjudul “Pemahaman Siswa SMA Kelas XI Tahun Ajaran 2016/2017 di Kabupaten Wonogiri Tentang Materi Pemantulan pada Cermin Datar dan Cermin lengkung”. Metode yang digunakan pada penelitian ini sama dengan metode yang digunakan oleh Otami Hia (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Pemahaman Konsep Fisika Guru Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat” yaitu metode kuantitatif deskriptif, namun dalam penelitian ini ditambahkan teknik CRI (Certainty Response Index) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas XI SMA tentang konsep pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung, yang serupa dengan teknik yang digunakan oleh Natalis Emanuel Koli Soge (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa kelas X SMA Bopkri Yogyakarta”.
Data diperoleh dengan melihat hasil pekerjaan siswa dari soal tes esai yang akan diberikan. Tes bentuk soal esai dibuat sendiri berdasarkan indikator-indikator yang merujuk pada tercapainya pemahaman. Teknik memperoleh data
(42)
ini berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Maria Kartika Astiningsih (2015) dengan judul “Pemahaman Siswa tentang Konsep Gaya: Studi Kasus” yang menggunakan teknik wawancara, skripsi Otami Hia (2016) yang menggunakan tes bentuk pilihan ganda bersifat terbuka dan skripsi Natalis Emanuel Koli Soge (2016) yang menggunakan tes diagnostic, wawancara dan dokumentasi.
Pemilihan sampel penelitian ini sama dengan sampel penelitian yang dilakukan oleh Natalis Emanuel Koli Soge (2016) dan Maria Kartika Astiningsih (2015) yaitu siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun pada penelitian ini sampel adalah siswa kelas XI SMA di Kabupaten Wonogiri yang akan dipilih mengikuti beberapa aturan yang berlaku. Berbeda dengan sampel yang dipilih oleh Otami Hia (2016) yaitu guru Fisika SMP dan SMA.
Dengan penelitian ini akan dapat dilihat tingkat pemahaman siswa kelas XI di Kabupaten Wonogiri, serta memberikan tambahan informasi tentang pemahaman siswa setingkat SMA tentang konsep fisika di luar Kota Yogyakarta dan Nias Barat yang hasilnya menunjukkan bahwa:
pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30%, yaitu sebesar 22,08%) (Natalis Emanuel Koli Soge, 2016)
1) pemahaman siswa tentang konsep gaya berbeda-beda diklasifikasikan menjadi miskonsepsi, pemahaman yang kurang lengkap, dan pemahaman yang lengkap, 2) pernyataan dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa, 3) pernyataan dapat membuat pemahaman siswa
(43)
berkembang, 4) mengajar dapat dilakukan dengan cara bertanya (Maria Kartika Astiningsih, 2015)
sebanyak 20 orang guru fisika sekola menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki pemahaman yang sangat kurang, dimana tingkat pemahaman konsep guru fisika SMA sebesar 33,2% dan guru fisika SMP sebesar 28,8%. Bidang fisika yang dikuasai guru fisika sekolah mengengah di Kabupaten Nias barat yaitu optika sebesar 55% tergolong kurang dan gelombang mekanik sebesar 18,75% tergolong sangat kurang (Otami Hia, 2016). J. Deskripsi Materi
1. Jenis dan Hukum Pemantulan a. Jenis
(1) Pemantulan teratur
Jika berkas–berkas sinar yang sejajar sumbu utama dilewatkan pada suatu permukaan cermin datar, maka berkas-berkas sinar tersebut akan dipantulkan juga sebagai berkas–berkas sinar sejajar sumbu utama. Pemantulan cahaya oleh permukaan halus seperti cermin datar disebut pemantulan teratur.
(2) Pemantulan baur
Jika berkas–berkas sinar yang sejajar dilewatkan pada suatu permukaan kertas putih HVS, maka berkas–berkas sinar sejajar tersebut akan dipatulkan ke segala arah, mengikuti prinsip Hukum Pemantulan. Pemantulan cahaya oleh permukaan yang tidak halus seperti kertas putih HVS disebut pemantulan baur.
(44)
(a) (b)
Gambar 1 a) Pemantulan teratur (b) Pemantulan Baur
b. Hukum Pemantulan
(1) Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar
(2) Sudut pantul akan sama dengan sudut datang (Kanginan, 2010: 9)
Gambar 2 Sketsa Jalannya Sinar pada Bidang Datar dan Keterangannya
Sinar datang Sinar pantul
Sudut datang Sudut pantul
Bidang datar Garis Normal
(45)
Gambar 3 Ilustrasi Langsung Sketsa Jalannya Sinar pada Cermin Datar dan Keterangannya
Keterangan:
Sinar datang : Sinar yang arahnya menuju ke cermin Sinar pantul : Sinar yang arahnya meninggalkan cermin
Garis normal : Garis khayal yang tegak lurus suatu permukaan cermin Sudut datang : Sudut yang dibentuk sinar datang terhadap garis normal Sudut pantul : Sudut yang dibentuk sinar pantul terhadap garis normal Bidang datar : Suatu bidang datar yang tegak lurus permukaan cermin
dan memuat sinar datang, sinar pantul dan garis normal 2. Pemantulan pada Cermin Datar
Berdasarkan hukum pemantulan maka dapat dilukiskan sinar datang dan sinar pantul pada cermin datar. Letak bayangan yang terbentuk pada cermin datar ditentukan oleh titik pertemuan antara perpanjangan sinar pantul yang terjadi.
Melukiskan pembentukan bayangan pada cermin datar sebagai berikut:
(46)
a. Menentukan bayangan titik A, yaitu A’
Di titik A dilukis 2 berkas sinar datang. Misal, berkas sinar (1) dilukis tegak lurus terhadap bidang cermin dan berkas sinar tersebut membentuk sudut i. Arah berkas sinar datang yang membentuk sudut 00 terhadap garis normal akan menghasilkan sinar pantul yang arahnya berkebalikan dengan arah sinar datang. Berkas sinar datang dengan sudut i, akan menghasilkan berkas sinar pantul dengan sudut i’ yang besarnya sama dengan sudut i. Titik pertemuan dari perpanjangan dua berkas sinar pantul tersebut merupakan titik A’.
b. Menentukan bayangan titik B, yaitu B’
A
A’
B
B’
Gambar 4 Menentukan letak bayangan dari titik A
(47)
Di titik B dilukis 2 berkas sinar datang. Misal, berkas sinar (2) dilukis tegak lurus terhadap bidang cermin dan berkas sinar tersebut membentuk sudut o. Arah berkas sinar datang yang membentuk sudut 00 terhadap garis normal akan menghasilkan sinar pantul yang arahnya berkebalikan dengan arah sinar datang. Berkas sinar datang dengan sudut o, akan menghasilkan berkas sinar pantul dengan sudut o’ yang besarnya sama dengan sudut i. Titik pertemuan dari perpanjangan dua berkas sinar pantul tersebut merupakan titik B’.
c. Setelah terbentuk titik A’ dan B’, maka kedua titik tersebut dihubungkan dengan garis putus-putus AB’ sebagai tanda bahwa garis ini adalah hasil bayangan AB.
Jika melukiskan sudut datang dan sudut pantul dengan benar, maka berapapun sudut datang dari titik A, perpanjangan dari seluruh sinar pantulnya akan berpotongan di titik A’, begitupula di titik B.
(48)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa bayangan yang terbentuk oleh cermin datar memiliki sifat:
a. Maya (bayangan yang tidak dapat ditangkap oleh layar, letak bayangan maya berada di belakang cermin)
b. Sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1)
c. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap benda
d. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin 3. Pemantulan pada Cermin cermin lengkung
Pemantulan pada cermin cermin lengkung akan membahas cermin cekung dan cermin cembung. Pemantulan pada cermin cermin lengkung prinsipnya sama dengan pemantulan pada cermin datar, yang membedakan hanya permukaan yang dikenai oleh berkas sinar. Namun pada dasarnya adalah sama, setiap permukaan memiliki garis normal yang tegak lurus terhadap permukaan itu sendiri. Posisi pusat kelengkungan cermin hanya satu dan jelas letaknya. Perhatikan gambar berikut:
(49)
(b)
Gambar 7 Bagian - Bagian (a) Cermin Cekung dan (b) Cermin Cembung Keterangan :
M : titik pusat kelengkungan cermin F : titik fokus cermin
O : titik pusat bidang cermin OM : jari – jari kelengkungan cermin OF = MF: jarak fokus cermin
semua besaran yang ada di depan cermin bertanda positif (+) dan yang
ada di belakang cermin bertanda negative (-).
Untuk melukis bayangan yang terjadi pada cermin cekung dan cermin cembung, dapat memanfaatkan aturan tiga sinar istimewa. Pertemuan ketiga sinar pantul tersebut akan membentuk bayangan benda. a. Sinar Istimewa pada cermin cekung:
1) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus 2) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama 3) Sinar datang melewati titik pusat kelengkungan cermin akan
(50)
1) 2)
3)
Gambar 8 Sinar Istimewa pada Cermin Cekung
Lukisan pembentukan bayangan di atas memiliki sifat bayangan yaitu nyata, terbalik dan diperkecil. Disebut bayangan nyata karena untuk melihat bayangan tersebut diperlukan layar. Sedangkan untuk mengetahui bayangan tersebut
(51)
maya artinya tidak membutuhkan layar untuk melihatnya, seperti pada cermin datar.
Bayangan maya: bayangan yang terbentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar pantul.
Bayangan nyata: bayangan yang terbentuk oleh perpotongan sinar pantul. Sinar Istimewa pada Cermin Cembung:
1) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah dari titik fokus
2) Sinar datang menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama 3) Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan dipantulkan seolah – olah
ke arah datangnya sinar
(52)
3)
Gambar 10 Sinar Istimewa pada Cermin Cembung
Posisi benda yang berada di depan cermin cembung hanya satu, yaitu di depan titik O. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung terletak di belakang cermin Benda yang berada di belakang cermin tidak dipantulkan oleh cermin. Jadi bayangan yang terjadi pada cermin cembung mempunyai sifat maya, tegak dan diperkecil. Berbeda dengan cermin cekung, pada cermin cekung hasil bayangan berada di depan cermin. Jika bayangan tersebut ditangkap menggunakan layar maka bayangan tersebut dapat menjadi benda lain dan menghasilkan bayangan lagi (Tipler, 2001).
(53)
Berdasarkan lukisan pemantulan pada cermin cekung dan cermin cembung yang telah dipelajari dapat disimpulkan bahwa bayangan nyata akan menghasilan Si bertanda (+) dan bayangan maya akan menghasilkan bayangan
Si bernilai (-).
+ =
� ……… (1)Keterangan:
S0 : jarak benda ke cermin
Si : jarak bayangan ke cermin
f : jarak titik fokus ke cermin
karena nilai f = ½ R maka rumus menjadi :
+ =
……… (2)R : jari-jari kelengkungan cermin = 2f
=
……… (3)h0 : tinggi benda
hi : tinggi bayangan (selalu +)
Perbandingan tinggi bayangan dan tinggi benda disebut perbesaran bayangan (M) maka rumus menjadi :
(54)
28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif tipe
survey cross sectional. Desain penelitian kuantitatif deskriptif merupakan
desain penelitian yang menggunakan skor atau angka, lalu menggunakan analisis yang hasilnya dapat digeneralisasikan dan digunakan untuk menerangkan atau mendeskripsikan keadaan subjek yang diteliti (Suparno, 2010: 73). Tipe survey cross sectional mengumpulkan informasi dari suatu sampel yang telah diambil dari populasi, yang telah ditentukan sebelumnya. Informasi dikumpulkan pada satu waktu tertentu (Suparno, 2010: 150). Penelitian survey ini ditujukan untuk melihat pemahaman konsep siswa SMA kelas XI jurusan IPA, khususnya dalam materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 6 SMA di Kabupaten Wonogiri yang terdiri dari 4 SMA Negeri dan 2 SMA Swasta, serta 5 SMA di Kecamatan Sintang yang terdiri dari 2 SMA Negeri dan 3 SMA Swasta. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sintang dikarenakan penelitian yang serupa belum pernah dilaksanakan di dua daerah ini. Dipilih Kabupaten Wonogiri karena peneliti ingin mengetahui pemahaman siswa SMA kelas XI IPA tahun ajaran 2016/2017 tentang materi pemantulan pada
(55)
cermin datar dan cermin lengkung di daerah asal peneliti. Selain itu, dipilih Kabupaten Sintang karena peneliti ingin mengetahui pemahaman siswa SMA kelas XI IPA tentang materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung di daerah lain. Kabupaten Sintang dipilih karena peneliti memiliki teman yang sedang melaksanakan penelitian juga di daerah tersebut. Dari segi kapasitas waktu dan biaya yang tersedia, dan melihat bahwa luas wilayah Kabupaten Wonogiri dibandingkan dengan Kabupaten Sintang yaitu 1 : 21 maka dipilih hanya Kecamatan Sintang saja. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017.
C. Subyek Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2011: 121). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Swasta dan Negeri kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sintang. Pemilihan populasi di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sintang didasarkan pada beberapa alasan. Kabupaten Wonogiri adalah tempat asal peneliti, sedangkan Kabupaten Sintang adalah tempat asal teman yang melaksanakan penelitian di daerah ini. Dengan melihat profil kedua daerah, dipilih Oleh karena itu, dilaksanakan penelitian kerjasama yaitu dengan menggunakan sampel yang sama di dua daerah terpilih tersebut, yaitu Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang. Berikut rincian populasi penelitian sekolah Swasta dan Negeri di Kabupaten Wonogiri da Kecamatan Sintang dapat dilihat pada tabel 3.1.1 dan 3.1.2 :
(56)
Tabel 3.1.1 Populasi Penelitian Sekolah Swasta di Kabupaten Wonogiri
No. Nama Sekolah
Rata-rata UN
Rerata 2014/2015 2015/2016
1. SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo
354,6 314,61 334,605 2. SMA Kanisius Harapan
Tirtomoyo
312,14 261,79 286,965 3. SMA Muhammadiah 2
Manyaran
285,27 257,79 271,53
Tabel 3.1.2 Populasi Penelitian Sekolah Negeri di Kecamatan Wonogiri
(Depdiknas Kabupaten Wonogiri, 2016) No. Nama Sekolah
Rata-rata UN
Rerata 2014/2015 2015/2016
1. SMA Negeri 1 Wonogiri 453,18 445,47 449,32 2. SMA Negeri 2 Wonogiri 366,59 366,21 366,40 3. SMA Negeri 1 Jatisrono 422,57 351,41 386,99 4. SMA Negeri 1 Manyaran 335,80 346,73 341,26 5. SMA Negeri 1 Slogohimo 336,94 343,91 340,42 6. SMA Negeri 1 Girimarto 349,89 330,96 340,42 7. SMA Negeri 1 Baturetno 364,69 330,01 347,35 8. SMA Negeri 1 Purwantoro 372,39 322,37 347,38 9. SMA Negeri 1 Wuryantoro 338,31 297,28 317,79 10. SMA Negeri 3 Wonogiri 333,02 294,39 313,70 11. SMA Negeri 1 Sidoharjo 344,35 281,03 312,69 12. SMA Negeri 1 Pracimatoro 311,55 279,09 295,32
(57)
Tabel 3.1.3 Populasi Penelitian Sekolah Swasta di Kecamatan Sintang
Tabel 3.1.4 Populasi Penelitian Sekolah Negeri di Kecamatan Sintang
No. Nama Sekolah
Rata-rata UN
Rerata 2014/2015 2015/2016
1. SMA Negeri 3 Sintang 434,62 412,04 423,33 2. SMA Negeri 1 Sintang 326,02 351,24 338,63 3. SMA Negeri 4 Sintang 279,47 362,34 320,91 4. SMA Negeri 2 Sintang 294,95 300,98 297,96
(Sekolahkita.go.id) 2. Sampel
Sampel penelitian adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2011: 121) dengan suatu pendekatan (Asra, 2015: 5). Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap atau disebut multistage sampling, yaitu pengambilan sampel secara lebih dari satu tahap (Asra, 2015: 18). Sampel diambil dengan mengelompokkan sekolah negeri dan swasta masing-masing ke dalam 3 kelompok, yaitu: kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokkan ini didasarkan pada
No. Nama Sekolah 2014/2015 2015/2016 Rata-rata UN Rerata 1. SMA Panca Setya Sintang 328,02 311,42 319,72 2. SMA Nusantara Indah
Sintang
261,10 202,95 232,025 3. SMA Sinar Kasih Sintang 216,57 198,27 207,42 4. SMA Immanuel Sintang 203,94 204,36 204,15 5. SMA 17 Agustus Sintang 179,77 161,43 170,6
(58)
rata-rata hasil UN pada tahun ajaran 2014/2015 dan 2015/2016 setiap sekolah. Untuk masing-masing kelompok akan diambil sekolah dengan jumlah yang proporsional dan dipilih dengan memperhatikan lokasi (kecamatan) setiap sekolah. Teknik pengambilan sampel secara proporsional dari kelompok-kelompok sekolah ini merupakan pengambilan sampel dengan stratified
proportional to size sampling (stratified pps) atau dapat disebut sebagai
stratified multi-stage sampling (Asra, 2015: 146). Pengambilan sampel
(sekolah) secara proporsional untuk masing-masing kelompok sekolah dapat dilakukan dengan persamaan berikut:
� = � (1)
dimana nh adalah jumlah sekolah yang diambil dari setiap kelompok, Nh
adalah banyaknya jumlah sekolah pada setiap kelompok, N adalah jumlah seluruh sekolah yang menjadi populasi, dan n adalah jumlah sampel keseluruhan yang ingin diambil (Asra, 2015: 149).
Penentuan jumlah siswa yang diambil sebagai sampel juga dilakukan dengan cara yang sama mengikuti persamaan (1) dimana nh adalah jumlah
siswa yang diambil dari setiap sekolah, Nh adalah jumlah siswa keseluruhan
pada setiap sekolah, N adalah jumlah seluruh siswa dari seluruh sekolah yang diambil sebagai sampel, dan n adalah jumlah sampel keseluruhan atau siswa keseluruhan yang ingin diambil. Pada penelitian ini n (sekolah atau siswa keseluruhan yang diambil) ditentukan sebanyak 50% dari sekolah atau siswa keseluruhan di daerah tersebut.
(59)
Jumlah sekolah yang dipilih adalah 11 SMA Swasta dan Negeri di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI IPA di 4 SMA Negeri dan 2 SMA Swasta di Kabupaten Wonogiri, dan 2 SMA Negeri dan 3 SMA Swasta di Kecamatan Sintang. Siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri berjumlah 311 siswa dan di Kecamatan Sintang berjumlah 138 siswa. Maka total subyek penelitian ini berjumlah 449 siswa SMA kelas XI IPA. Kelas yang dijadikan sampel penelitian dipilih secara acak berdasarkan kesepakatan dengan pihak sekolah, dipilih berdasarkan ijin dari wakil kepala sekolah. Kelas yang dipilih merupakan kelas regular (non bilingual, non kelas khusus atlet,dll). Berikut rincian sampel penelitian sekolah Swasta dan Negeri di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang dapat dilihat pada tabel 3.2.1 dan 3.2.2:
Tabel 3.2.1 Sampel Penelitian Sekolah Swasta dan Negeri di Kabupaten Wonogiri
Kelompok Nama Sekolah Rerata Kelas Jumlah siswa I
(rerata>313,54)
SMA PL St. Vincentius Giriwoyo
334,61 XI IPA 20
I
(rerata>397,99)
SMA Negeri 1 Wonogiri
449,32 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3
122 II (313,54>rerata> 292,55) - - - - II (397,99>rerata> 346,65)
SMA Negeri 1 Baturetno
347,35 XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3
93 III (rerata<292,55) SMA Kanisius Harapan Tirtomoyo
(60)
Kelompok Nama Sekolah Rerata Kelas Jumlah siswa III
(rerata<346,65)
SMA Negeri 1 Sidoarjo SMA Negeri 1 Pracimatoro
312,69 295,32
XI IPA XI IPA 1 XI IPA 2
12 52
Tabel 3.2.2 Sampel Penelitian Sekolah Swasta dan Negeri di Kecamatan Sintang
Dibeberapa SMA di Kabupaten Wonogiri jumlah siswa yang mengikuti tes tidak sesuai dengan jumlah siswa di kelas tersebut. Hal ini dikarenakan pada 13-18 Maret ada pendampingan belajar bagi siswa yang ditunjuk sekolah untuk mengikuti OSN Daerah Kabupaten Wonogiri. Seperti dapat dilihat misalnya di SMA N 1 Sidoarjo jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 12 siswa dari 20 siswa di kelas tersebut.
Kelompok Nama Sekolah Rerata Kelas Jumlah siswa I
(rerata>270,01)
SMA Panca Setya Sintang
319,72 XI IPA 1 38 I
(rerata>381,55)
SMA Negeri 3 Sintang
423,33 XI IPA 1 32 II
(270,01>rerata> 220,31)
SMA Nusantara Indah Sintang
232,02 XI IPA 21
II (381,55>rerata> 339,75) - - - - III (rerata<220,31) SMA Immanuel Sintang
204,15 XI IPA 25 III
(rerata<339,75)
SMA Negeri 1 Sintang
(61)
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat satu variable yaitu pemahaman terhadap materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung siswa SMA kelas XI IPA. Variabel ini diukur dengan menggunakan tes soal esai.
F. Kegiatan dan Pengambilan Data Penelitian A. Kegiatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, dibagikan soal yang terdiri dari 5 butir nomor soal esai dengan menggunakan lembar jawab model CRI (Certainty
Response Index) kepada siswa kelas XI IPA yang dipilih sebagai sampel,
kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal tersebut secara mandiri dalam waktu 2 x 45 menit. Tujuannya untuk melihat tingkat pemahaman siswa pada materi pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
Dilakukan wawancara kepada beberapa orang siswa terpilih setelah semua hasil tes dikoreksi. Wawancara dilakukan dengan metode bebas terpimpin, dengan menanyakan kembali secara lisan soal yang telah dijawab oleh siswa, tujuannya adalah untuk konfirmasi sekaligus mendapatkan informasi bagaimana pola piker siswa dalam menjawab soal tes, hasil wawancara digunakan sebagai penguat data.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu macam instrumen dalam bentuk tes soal esai dengan menggunakan lembar jawab model CRI (Certainty Response Index).
(62)
G. Instrumen Pengumpulan Data 1. Soal Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen bentuk tes. Tes berupa soal esai dengan menggunakan lembar jawaban model CRI
(Certainty Response Index). Tes ini terdiri dari 5 soal esai yang dibuat sendiri
oleh peneliti dengan memperhitungkan kategori dan proses kognitif pemahaman yang akan dilihat. Dari 7 (tujuh) kategori dan proses kognitif pemahaman menurut Anderson, Lorin, W. & David R (2001) dalam penelitian ini hanya akan dilihat 5 (lima) kategori dan proses kognitif pemahaman yaitu menginterpretasi, mencontohkan, mengklarifikasi, megeneralisasi dan membandingkan. Hanya digunakan 5 (lima) indikator tersebut karena waktu yang disediakan untuk siswa mengerjakan soal terbatas yaitu 2 x 45 menit sehingga indikator untuk menginferensi dan menjelaskan tidak digunakan. Hal ini dipilih karena dalam soal bentuk esai siswa sudah dituntut untuk mampu mengginferensi dan menjelaskan sesuai dengan pemahaman yang selama ini siswa miliki. Materi soal terdiri dari pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cermin cembung). Berikut kisi-kisi uji pemahaman pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang:
(63)
Tabel 3.3.1 Kisi – Kisi Uji Pemahaman Pemantulan Pada Cermin Datar Dan Cermin lengkung Di Kabupaten Wonogiri Dan Kecamatan Sintang No Aspek Pemahaman Sub Materi Indikator Nomor
Soal 1 Menginterpretasi
(Menafsirkan)
Pemantualan teratur dan pemantulan baur
Siswa dapat mengklarifikasi Hukum
Pemantulan pada bidang datar dan bidang tidak datar
1
2 Mencontohkan Sifat bayangan cermin cembung
Siswa dapat mengilustrasikan sifat bayangan cermin cembung
2
3 Mengklarifikasi Hukum Pemantulan - Sinar datang,
garis normal, sinar pantul berada pada satu bidang datar - Sudut pantul akan
sama dengan sudut datang
Siswa dapat memberi keterangan pada gambar skema terjadinya proses pemantulan pada cermin datar 3
4 Menggeneralisasikan Hubungan bentuk cermin cekung dan titik fokus yang terbentuk
Siswa dapat mengambil kesimpulan hubungan dari bentuk cermin cekung dan titik fokusnya (f) dengan melihat gambar
4
5 Membandingkan Sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar dan cermin cermin lengkung
Siswa dapat mencari hubungan antara jenis cermin dengan berlakunya prinsip Hukum Pemantulan pada dua cermin yang berbeda
(64)
2. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan secara bebas terpimpin. Pertanyaan-pertanyaan berupa pokok permasalahan. Pokok permasalahan tersebut yaitu bagaimana jalan berpikir yang digunakan siswa sehingga dapat memperoleh jawaban tersebut. Siswa yang diwawancarai sebanyak 6 orang siswa yang dipilih secara acak. Berikut kisi-kisi wawancara yang digunakan:
Tabel 3.3.2 Kisi – Kisi Wawancara
No Soal Wawancara Nomor Soal
1 - Bagaimana langka berfikir anda dalam mengerjakan soal? - Apakah prinsip Hukum Pemantulan berlaku untuk
menggambar berkas sinar pantul pada bidang datar (gambar a) dan bidang tidak datar (gambar b)?
1
2 - Apakah sebelum mengerjakan soal, anda mampu membayangkan kejadian yang sesungguhnya?
- Bagaimana langka berfikir anda dalam mengerjakan soal? - Apakah kamu ingat dan paham aturan tiga sinar istimewa?
2
3 - Apakah anda benar memahami gambar atau hanya hafal nama-namanya saja?
- Apakah anda ingat dan paham dengan Hukum Pemantulan?
3
4 - Apakah anda benar memahami persoalan dan mampu membayangkan kejadian yang sesungguhnya?
- Bagaimana langka berfikir anda dalam mengerjakan soal ? - Apakah yang dapat disimpulkan dari persoalan tersebut?
4
5 - Bagaimana langka berfikir anda dalam mengerjakan soal? - Apakah anda ingat dan paham dengan Hukum Pemantulan?
5 H. Data Hasil Uji Coba
1. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik memiliki kriteria yaitu tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar (Arikunto, 1990: 209). Sukar ataupun mudah ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Tingkat kesukaran yang dihitung menggunakan rumus (Arikunto, 1990: 208):
(65)
� =��
P adalah angka Indeks kesukaran, B adalah banyaknya siswa yang menjawab benar dan JS adalah jumlah siswa yang mengikuti tes. Kategori soal dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 3.4.1 Kategori Soal
Tingkat Kesukaran Kategori
0.00 – 0.30 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah
Sebelum dilakukan uji coba instrumen, soal dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3.4.2 Tingkat Kesukaran Soal Sebelum Diuji Coba
Nomor Soal Kategori Jumlah
1,4 Sukar 2
2,5 Sedang 2
3 Mudah 1
Instrumen diuji cobakan kepada 10 siswa SMA kelass XI IPA di suatu bimbingan belajar di Kota Tanjungpinang Kamis, 16 Januari 2017, sehingga diperoleh hasil tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.4.3 Tingkat Kesukaran Soal Stelah Diuji Coba Nomor Soal Kategori Jumlah
1,2,4,5 Sukar 4
3 Sedang 1
(66)
2. Validasi Instrumen Penelitian
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 2010 : 12). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas empiris. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2010 :13). Validasi isi instrumen dilakukan oleh dosen yang berkompeten di bidangnya. Validator instrumen dalam penelitian ini adalah Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si dan Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.
Validitas empiris dilakukan dengan uji statistik. Dalam penelitian ini, kuesioner dan soal tes yang tersusun diuji kepada masing-masing 10 siswa SMA kelas XI IPA yang mengikuti bimbingan belajar di salah satu lembaga bimbingan belajar di Kota Tanjungpinang pada Kamis, 16 Januari 2017. Menurut Syofian (2013: 47) terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen, salah satunya dengan melihat taraf signifikansinya (α). Dalam uji ini digunakan α acuan sebesar 0,05 yang berarti peluang kesalahannya adalah 5% dan dapat dipercayai kebenarannya sebesar 95%. Dalam hal ini, jika α hitung bernilai lebih kecil dari 0,05 maka instrumen yang diuji dinyatakan valid. Adapun hasil dari uji validitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4.4:
(67)
Tabel 3.4.4 Hasil Uji Validasi Instrumen Penelitian Nomor Soal α hitung α acuan Keterangan
1 0,011 0,05 Valid
2 0,277 0,05 Tidak Valid
3 0,002 0,05 Valid
4 0,288 0,05 Tidak Valid
5 0,002 0,05 Valid
6 0,706 0,05 Tidak Valid
7 0,049 0,05 Valid
8 0,799 0,05 Tidak Valid
9 0,524 0,05 Tidak Valid
10 0,021 0,05 Valid
Uji Validitas soal juga dilakukan setelah soal diujikan ke seluruh sampel penelitian sebanyak 449 siswa. Hasil uji validitas tersebut dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4.5 Hasil Uji Validasi Instrumen Penelitian Setelah Soal Diujikan Keseluruh Sampel Penelitian
Dalam uji ini digunakan α acuan sebesar 0,01 yang berarti peluang kesalahannya adalah 1% dan dapat dipercayai kebenarannya sebesar 99%. Dalam hal ini, jika α hitung bernilai lebih kecil dari 0,01 maka instrumen yang diuji dinyatakan valid.
Nomor Soal α hitung α acuan Keterangan
1 0.00 0.01 Valid
2 0.00 0.01 Valid
3 0.00 0.01 Valid
4 0.00 0.01 Valid
(68)
I. Teknik Analisis Data
1. Rubik Penilaian Soal Esai Nomor Soal 1
a.
Figure 1 Jawaban Nomor 1a b.
Tabel 3.5.1 Kriteria Skor Nomor 1
Skor Keterangan
0 Tidak dikerjakan
1 Poin A atau B dikerjakan tetapi salah 2 Point A dan B dikerjakan tetapi salah
4 Poin A atau B dikerjakan dan salah satu X benar 5 Poin A atau B dikerjakan tetapi salah dan salah satu X
pada point A atau B benar
8 Poin A atau B dikerjakan dan dua X benar 11 Poin A atau B dikerjakan dan tiga X benar 14 Poin A atau B dikerjakan dan empat X benar 17 Poin A atau B dikerjakan dan lima X benar 20 Poin A atau B dikerjakan dan enam X benar
X X
X
α β
(69)
Nomor Soal 2
Cermin Cembung
Tabel 3.5.2 Kriteria Skor Nomor 2
Skor Keterangan
0 Tidak dikerjakan 1 Dikerjakan tetapi salah
2 Point A dan B dikerjakan tetapi salah
4 Poin A atau B dikerjakan dan salah satu X benar 5 Poin A atau B dikerjakan tetapi salah dan salah satu X
pada point A atau B benar
8 Poin A atau B dikerjakan dan dua X benar 11 Poin A atau B dikerjakan dan tiga X benar 14 Poin A atau B dikerjakan dan empat X benar 17 Poin A atau B dikerjakan dan lima X benar 20 Poin A atau B dikerjakan dan enam X benar
f X
X
X X
A
(70)
Nomor Soal 3
1. Cermin datar/bidang pantul 2. Sinar datang
3. Sinar pantul
4. Sudut sinar datang 5. Sudut sinar pantul 6. Garis Normal
7. Bidang datar atau bidang yang tegak lurus dengan bidang pantul Tabel 3.5.3 Kriteria Skor Nomor 3
Skor Keterangan 0 Tidak dikerjakan 2 Dikerjakan tetapi salah 5 Satu poin benar 8 Dua poin benar 10 Tiga poin benar 13 Empat poin benar 15 Lima poin benar 18 Enam poin benar 20 Tujuh poin benar Nomor Soal 4
Fungsi dari cermin cekung sebagai alat utama kompor tenaga surya adalah memusatkan/mengumpulkan sinar dan panas matahari, energy panas matahari terkonsentrasi pada satu titik sehingga menghasilkan enegi panas yang cukup tinggi. Panci diletakkan tidak sembarangan, namun tepat pada
1
2 3
4 5
6
7
α β
(71)
satu titik pusat pemantulan sinar matahari (titik pusat panas/ titik fokus cermin/ titik api) dari cermin cekung.
Titik O : Titik pusat cermin
Titik f : Titik pusat pemantulan/titik api/titik fokus. Tempat untuk meletakkan panci.
Tabel 3.5.4 Kriteria Skor Nomor 4
Skor Keterangan
0 Tidak dikerjakan 2 Dikerjakan tetapi salah
8 Menyebutkan “memusatkan/mengumpulkan” Atau
Menyebutkan “energy terkonsentrasi pada satu titik” Atau
Menyebutkan “panci diletakkan di titik fokus/titik api” 16 Menyebutkan “memusatkan/mengumpulkan”
Dan
Menyebutkan “energy terkonsentrasi pada satu titik” Atau
Menyebutkan “panci diletakkan di titik fokus/titik api”
20 Fungsi dari cermin cekung sebagai alat utama kompor tenaga surya adalah memusatkan/mengumpulkan sinar dan panas matahari, energy panas matahari terkonsentrasi pada satu titik sehingga menghasilkan enegi panas yang cukup tinggi. Panci diletakkan tidak sembarangan, namun tepat pada satu titik pusat pemantulan sinar matahari (titik pusat panas/ titik fokus cermin/ titik api) dari cermin cekung.
f O
(72)
Nomor Soal 5
a. b.
Cermin datar Cermin Cekung
Tabel 3.5.5 Kriteria Skor Nomor 5
Skor Keterangan
0 Tidak dikerjakan
1 Poin A atau B dikerjakan tetapi salah 2 Point A dan B dikerjakan tetapi salah
4 Poin A atau B dikerjakan dan salah satu X benar 5 Poin A atau B dikerjakan tetapi salah dan salah satu X
pada point A atau B benar
8 Poin A atau B dikerjakan dan dua X benar 11 Poin A atau B dikerjakan dan tiga X benar 14 Poin A atau B dikerjakan dan empat X benar 17 Poin A atau B dikerjakan dan lima X benar 20 Poin A atau B dikerjakan dan enam X benar X
X
X
f
X
X
X
Gambar 17 Jawaban Nomor 5a Gambar 16 Jawaban Nomor
(73)
2 . Teknik CRI
Pengambilan data utama dalam penelitian ini adalah data hasil tes pemahaman konsep pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung. Tes berupa 5 butir soal esai dengan menggunakan lembar jawaban model CRI
(Certainty Response Index) kepada sampel. Data – data yang diperoleh
dianalisis secara kuantitatif.
Teknik CRI adalah salah satu cara mengetahui pemahaman konsep siswa, dalam penelitian ini pemahaman konsep yang dimaksud adalah pemahaman terhadap konsep pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur pemahaman, dengan teknik ini dapat dibedakan antara siswa yang paham, tidak paham dan siswa yang mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan tes esai yang disertai dengan indeks keyakinan CRI. Nilai CRI yang rendah (0) menunjukkan bahwa siswa tidak yakin dalam menjawab soal, sedangkan nilai CRI yang tinggi (1) menunjukkan siswa yakin dalam menjawab soal (tidak ada unsur penebakan). Dalam keadaan ini, jika siswa menjawab soal esai dengan benar (dikatakan benar jika mendapatkan point ≥ 15) dan menuliskan indeks keyakinan CRI 1 maka dapat dikatakan bahwa siswa memahami konsep, jika siswa menjawab salah (dikatakan salah jika mendapatkan point < 15) dan menuliskan indeks keyakinan CRI 0 maka dapat dikatakan bahwa siswa tidak memahami konsep, dan jika siswa menjawab soal esai dengan salah dan menuliskan indeks keyakinan CRI 1 atau siswa menjawab soal esai dengan benar dan menuliskan indeks keyakinan CRI 0
(1)
mengerjakan atau dibaca berulang-ulang dulu baru mengerjakan? sekali aja
Kamu tau prinsip Hukum Pemantulan?
Kemarin pas ngerjain aku gak inget mbak, bar tau tadi
Kok bisa kamu gambar padahal kamu tidak tau prinsip Hukum Pemantulan?
Ya cuma inget dulu gurunya gambar begitu mbak pas SMP, kalo pas SMA malah gak mudeng sama sekali jadinya Coba sekarang jelaskan kembali bagaimana kamu berfikir waktu mengerjakan nomor 5 a!
Ini kan ada benda, sama seperti tadi ini ada sinar datang yang pertama yang lurus mengenai cermin lalu di pantulkan lalu ada sinar lagi mengenai cermin lalu dipantulkan kesana. lali ditarik garis ke sana, baru jadi bayangan. Kalau begitu bisa saja bayangannya bisa digambar disini bisa, disini bisa disini juga bisa. Lalu bagaimana? Kemarin itu aku bayangin aja kalau hasil bayangannya itu sama (tingginya sama, besarnya sama, tapi jadi terbalik kanan jadi kiri dan sebaliknya), lalu jaraknya itu juga sama.
Berarti ini gambarmu ngasal? Hehehe, iya mbak seingetku aja. Makanya aku gak yakin sama jawabanku
Sekarang yang gambar b, coba jelaskan!
Ini sama kaya tadi mbak, ada sinar datang yang pertama mengenai benda sinar datangnya sejajar lurus mengenai cermin lalu dipantulkan melalui fokusnya. Lalu yang sinar datang kedua itu mengenai benda lewat fokusnya lalu dipantulkan ke ata.
Kenapa ke atas?
Biar kena garis yang lurus ini mbak. Biar bertemu di satu titik gitu.
(2)
Berarti kalo sinar pantulnya kesini, kesini, kesini asal kena garis/sinar datang yang lurus ini bisa? Hehehe oh yay a mbak, gak tau aku lupa. Dulu gitu gambarnya guruku seingetku
OW Terakhir ini sekarang nomor 5 ya, perhatikan soal dan gambar di atas soal! enar ini kerjaanmu?
Ya
Waktu kemarin kamu mengerjakan kamu baca soalnya sekali langsung mengerjakan atau dibaca berulang-ulang dulu baru mengerjakan? Aku ulang-ulang mbak
Kamu tau prinsip Hukum Pemantulan?
Tau, tapi agak lupa gitu
Coba sekarang jelaskan kembali bagaimana kamu berfikir waktu mengerjakan nomor 5 a dan b! Kalau yang a ya ini ada sinar datag yang lurus/sejajar dengan sumbu ini maka dipantulkannya balik karena ndak membentuk sudut gitu mbak. Bisa juga ini sinar datangnya menuju pusat sumbu utamanya lalu pantulannya kesana karena sumbu utama ini juga bisa sebagai garis normalnya jadi sudut sinar datangnya sama dnegan sudut sinar pantulnya mbak. Gambar yang b sama kaya cara ke dua gambar yang a Berarti mau menggunakan cermin datar mauun cermin lengkung prinsip hukum pemantulannya dapat berlaku ya?
(3)
Iya mbak hasilnya sama
Kamu betul yakin ya dengan hasil kerjamu?
(4)
Lampiran 9 Dokumentasi
XI MIPA 1 SMAN 1 BATURETNO
XI MIPA 2 SMAN 1 BATURETNO
XI MIPA 6 SMAN 1 BATURETNO
XI MIPA 5 SMAN 1 WONOGIRI
(5)
XI MIPA 8 SMAN 1 WONOGIRI
XI MIPA SMAK TIRTOMOYO
XI MIPA 1 SMAN 1 PRACIMANTORO XI MIPA 2 SMAN 1 PRACIMANTORO
(6)