beasiswa bagi siswa dan mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih namun terhambat oleh biaya.
b. Profil Kabupaten Sintang
Kabupaten Sintang adalah salah satu
daerah otonom tingkat II di
bawah provinsi
Kalimantan Barat. Ibu Kecamatan kabupaten ini terletak di
Kecamatan Sintang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 21.635.000.000 m² dan berpenduduk sebesar ± 365.000 jiwa. Kepadatan penduduk 16
jiwakm
2
yang terdiri dari multietnis dengan mayoritas suku Dayak
dan Melayu.
Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang, pada tahun 2005, terbagi menjadi 14 kecamatan, dan 183 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Ambalau dengan luas 29,52 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sintang, sedangkan luas masing
–masing kecamatan lainnya hanya berkisar 1–29 persen dari luas Kabupaten Sintang. Secara umum Kabupaten Sintang luasnya hampir
menyamai luas Provinsi Sumatera Utara Wikipedia, 2016. Data Bappeda Kabupaten Sintang tahun 2014 menyebutkan, untuk
jenjang pendidikan SLTA, jumlah prasarana sekolah pada tahun ajaran 20132014 berjumlah 36 sekolah yang sebelumnya pada tahun ajaran
20122013 sejumlah 42 sekolah. Untuk jumlah murid pada tahun ajaran 20132014 mengalami penurunan menjadi 7.379 orang murid, sedangkan guru
SLTA pada tahun ajaran 20132014 tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun jaran 20122013, yaitu sebanyak 307 orang, sehingga rasio
murid terhadap guru menjadi sebesar 24,03 yang artinya bahwa setiap guru mempunyai beban mengajar rata-rata sebanyak 25 murid.
Masih seperti tahun sebelumnya, pada tahun ajaran 20132014, di Kabupaten Sintang terdapat 6 Perguruan Tinggi yaitu: Universitas Kapuas,
Sekolah Tinggi keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP, Akademi Tinggi Agam Islam Ma`arif STAIMA, dan Sekolah Tinggi Ilmi Kesehatan STIKES
Kapuas Raya. Jumlah siswa menunjukkan bahwa secara umum untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi, siswa perempuan lebih banyak dibandingkan
siswa laki-laki, yaitu secara berturut-turut 55 dan 45 Bappedda Kabupaten
Sintang Tahun 2014. I.
Penelitian yang Terkait
Penelitian ini berjudul “Pemahaman Siswa SMA Kelas XI Tahun Ajaran 20162017 di Kabupaten Wonogiri Tentang Materi Pemantulan pada Cermin
Datar dan Cermin lengkung ”. Metode yang digunakan pada penelitian ini sama
dengan metode yang digunakan oleh Otami Hia 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Pemahaman Konsep Fisika Guru Sekolah Menengah di Kabupaten
Nias Barat” yaitu metode kuantitatif deskriptif, namun dalam penelitian ini ditambahkan teknik CRI Certainty Response Index untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa kelas XI SMA tentang konsep pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung, yang serupa dengan teknik yang digunakan oleh Natalis
Emanuel Koli Soge 2016 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Sisw
a kelas X SMA Bopkri Yogyakarta”. Data diperoleh dengan melihat hasil pekerjaan siswa dari soal tes esai
yang akan diberikan. Tes bentuk soal esai dibuat sendiri berdasarkan indikator- indikator yang merujuk pada tercapainya pemahaman. Teknik memperoleh data
ini berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Maria Kartika Astiningsih 2015 dengan judul “Pemahaman Siswa tentang Konsep Gaya: Studi Kasus” yang
menggunakan teknik wawancara, skripsi Otami Hia 2016 yang menggunakan tes bentuk pilihan ganda bersifat terbuka dan skripsi Natalis Emanuel Koli Soge
2016 yang menggunakan tes diagnostic, wawancara dan dokumentasi. Pemilihan sampel penelitian ini sama dengan sampel penelitian yang
dilakukan oleh Natalis Emanuel Koli Soge 2016 dan Maria Kartika Astiningsih 2015 yaitu siswa tingkat Sekolah Menengah Atas SMA. Namun
pada penelitian ini sampel adalah siswa kelas XI SMA di Kabupaten Wonogiri yang akan dipilih mengikuti beberapa aturan yang berlaku. Berbeda dengan
sampel yang dipilih oleh Otami Hia 2016 yaitu guru Fisika SMP dan SMA. Dengan penelitian ini akan dapat dilihat tingkat pemahaman siswa kelas
XI di Kabupaten Wonogiri, serta memberikan tambahan informasi tentang pemahaman siswa setingkat SMA tentang konsep fisika di luar Kota
Yogyakarta dan Nias Barat yang hasilnya menunjukkan bahwa: pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori
rendah persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30, yaitu sebesar 22,08 Natalis Emanuel Koli Soge, 2016
1 pemahaman siswa tentang konsep gaya berbeda-beda diklasifikasikan menjadi miskonsepsi, pemahaman yang kurang lengkap, dan pemahaman
yang lengkap, 2 pernyataan dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa, 3 pernyataan dapat membuat pemahaman siswa
berkembang, 4 mengajar dapat dilakukan dengan cara bertanya Maria Kartika Astiningsih, 2015
sebanyak 20 orang guru fisika sekola menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki pemahaman yang sangat kurang, dimana tingkat pemahaman
konsep guru fisika SMA sebesar 33,2 dan guru fisika SMP sebesar 28,8. Bidang fisika yang dikuasai guru fisika sekolah mengengah di Kabupaten
Nias barat yaitu optika sebesar 55 tergolong kurang dan gelombang mekanik sebesar 18,75 tergolong sangat kurang Otami Hia, 2016.
J. Deskripsi Materi