Kabupaten Wonogiri dalam kategori tidak paham sebesar 60.5, kategori miskonsepsi sebesar 26.0 dan kategori paham sebessar 10.9; proporsi
terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 60.5. Dan 138 siswa proporsi rerata siswa SMA kelas XI IPA di
Kecamatan Sintang dalam kategori tidak paham sebesar 58.0, kategori miskonsepsi sebesar 34.1 dan kategori paham sebessar 0.7; proporsi
terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 58.0.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan 6 orang siswa di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan bahwa
untuk butir soal nomor 2 siswa mengalami tidak paham, miskonsepsi dan paham. Miskonsepsi dalam sub konsep ini adalah siswa salah dalam
memahami prinsip pemantulan, siswa menggambarkan berkas sinar pantul ke arah dalam cermin, siswa juga kebingungan membedakan gambar
pemantulan dan pembiasan; tidak paham dalam sub konsep ini adalah siswa tidak memahami prinsip pemantulan dan aturan tiga sinar istimewa,
siswa cenderung menggunakan memori penglihatan mereka saat diajari atau diberi tau tentang gambar oleh guru pada masa lampau tanpa tau
proses memperoleh gambar tersebut.
c. Memberikan Keterangan pada Gambar Skema Terjadinya
Proses Pemantulan pada Cermin Datar
Berdasarkan hasil analisis data di atas pemahaman siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi
pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung untuk indikator memberikan keterangan pada gambar skema terjadinya proses
pemantulan pada cermin datar dengan menggunakan lembar jawab model CRI menunjukkan bahwa butir soal nomor 3 dan 311 siswa proporsi rerata
siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dalam kategori tidak paham sebesar 48.2, kategori miskonsepsi sebesar 19.9 dan kategori
paham sebessar 37.9; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 48.2. Dan 138 siswa proporsi rerata
siswa SMA kelas XI IPA di Kecamatan Sintang dalam kategori tidak paham sebesar 74.6, kategori miskonsepsi sebesar 3.6 dan kategori
paham sebessar 21.7; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 74.6.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan 6 orang siswa di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan bahwa
untuk butir soal nomor 3 siswa mengalami tidak paham, miskonsepsi dan paham. Miskonsepsi dalam sub konsep ini adalah siswa salah dalam
memahami bidang datar, bidang pantul dan garis normal; tidak paham dalam sub konsep ini adalah siswa tidak memahami prinsip hukum
pemantulan sehingga tidak dapat menyebutkan nama-nama bagian dalam gambar skema proses pemantulan pada bidang datar.
d. Mengambil Kesimpulan Hubungan Bentuk Cermin Cekung dan
titik fokus dengan melihat gambar
Berdasarkan hasil analisis data di atas pemahaman siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Sintang tentang materi
pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung untuk indikator mengambil kesimpulan hubungan bentuk cermin cekung dan titik fokus
dengan melihat gambar dengan menggunakan lembar jawab model CRI menunjukkan bahwa butir soal nomor 4 dan 311 siswa proporsi rerata
siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Wonogiri dalam kategori tidak paham sebesar 58.2, kategori miskonsepsi sebesar 37.3 dan kategori
paham sebessar 4.8; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 58.2. Dan 138 siswa proporsi rerata siswa
SMA kelas XI IPA di Kecamatan Sintang dalam kategori tidak paham sebesar 84.4, kategori miskonsepsi sebesar 15.2 dan kategori paham
sebessar 0.0; proporsi terbesar secara keseluruhan pada kategori miskonsepsi yaitu sebesar 84.4.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan 6 orang siswa di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan bahwa
untuk butir soal nomor 4 siswa mengalami tidak paham, miskonsepsi dan paham. Miskonsepsi dalam sub konsep ini adalah siswa salah memahami
hasil pantulan berkas sinar yang mengenai cermin cekung sebagai kompor tenaga surya tersebut tidak terarah pada suatu titik; tidak paham
dalam sub konsep ini karena sebagian besar siswa tidak mampu menalar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan baik sehingga tidak dapat menggabungkan dua informasi terpisah menjadi satu pengertian.
e. Menentukan Hubungan Berlakunya Prinsip Hukum