Disamakan Kekuatannya Dengan Putusan Yang Berkekuatan Hukum Mempunyai Kekuatan Eksekutorial

1337 KUHPerdata. Begitu juga halnya, putusan itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Pasal 1859, 1860, 1861, dan 1862 KUHPerdata. Apabila keputusan tersebut mengandung salah satu cacat yang disebut dalam pasal-pasal dimaksud, maka dapat dijadikan alasan untuk menuntut pembatalan terhadapnya. 78 B. Kekuatan Hukum Yang Melekat Pada Penetapan Akta Perdamaian 79 Kekuatan hukum yang melekat pada putusan atau penetapan akta perdamaian diatur dalam Pasal 1858 KUHPerdata dan Pasal 130 ayat 2 dan 3 HIR.

1. Disamakan Kekuatannya Dengan Putusan Yang Berkekuatan Hukum

Tetap. Menurut Pasal 1858 ayat 1 KUHPerdata, perdamaian diantara pihak, sama kekuatannya seperti putusan hakim yang penghabisan. Hal ini pun ditegaskan pada kalimat terakhir Pasal 130 ayat 2 HIR, bahwa putusan akta perdamaian memiliki kekuatan sama seperti putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sifat kekuatan yang demikian merupakan penyimpangan dari ketentuan konvensional. Secara umum suatu putusan baru memiliki kekuatan hukum tetap, apabila terhadapnya sudah tertutup upaya hukum. Biasanya agar suatu putusan memiliki kekuatan yang demikian, apabila telah ditempuh upaya banding dan kasasi. Namun terhadap putusan akta perdamaian, undang-undang sendiri yang 78 Ibid 79 Ibid, hal 279 melekatkan kekuatan itu secara langsung kepadanya. Segera setelah putusan diucapkan, langsung secara inheren pada dirinya berkekuatan hukum tetap, sehingga akta perdamaian itu memiliki kekuatan hukum yang sama dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.

2. Mempunyai Kekuatan Eksekutorial

Penegasan ini disebut dalam Pasal 130 ayat 2 HIR. Kalimat terakhir pasal tersebut menegaskan, putusan akta perdamaian: ▪ berkekuatan sebagai putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan ▪ juga berkekuatan eksekutorial executorial kracht sebagaimana halnya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Sesaat setelah putusan dijatuhkan langsung melekat kekuatan eksekutorial padanya. Apabila salah satu pihak tidak menaati atau melaksanakan pemenuhan yang ditentukan dalam perjanjian secara sukarela: ▪ dapat diminta eksekusi kepada PN, ▪ atas permintaan itu Ketua PN menjalankan eksekusi sesuai dengan ketentuan Pasal 195 HIR. Hal itu sejalan dengan amar putusan akta perdamaian yang menghukum para pihak untuk menaati perjanjian yang mereka sepakati. Jadi dalam putusan tercantum amar kondemnator comdemnation, sehingga apabila putusan tidak ditaati dan dipenuhi secara sukarela, dapat dipaksakan pemenuhannya melalui eksekusi oleh pengadilan.

3. Putusan Akta Perdamaian Tidak Dapat Dibanding