Setelah dijatuhkan putusan, langsung melekat kekuatan eksekutorial. Hal itu sejalan dengan amar putusan akta perdamaian yang menghukum para
pihak untuk mentaati perjanjian perdamaian yang telah mereka sepakati. e.
Dengan iktikad baik. Pada hakikatnya, akta perdamaian merupakan persetujuan yang dibuat
oleh para pihak mengenai sengketa yang terjadi diantara mereka, bahwa mereka akan menyelesaikan sengketa dengan jalan damai, maka isi dari
akta perdamaian sebenarnya ditentukan sendiri oleh para pihak. Oleh karena itu masing-masing pihak harus mempunyai iktikad baik dalam
membuat perdamaian agar tidak terjadi cacat dalam akta perdamaian. Dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata juga menentukan, bahwa segala
persetujuan harus dilakukan secara jujur dan iktikad baik. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan cacat pada persetujuan.
D. Jumlah Perkara Yang Berhasil di Mediasi Setelah Keluarnya PERMA
No 1 Tahun 2008
80
Dari hasil riset data yang dilakukan di Pengadilan Negeri Medan dari tanggal 17 Desember 2010 sampai tanggal 24 Januari 2011, maka didapatkan
jumlah perkara yang berhasil di Mediasi kan baik diluar Pengadilan maupun di dalam Pengadilan setelah keluarnya PERMA No 1 Tahun 2008 yaitu sebagai
berikut:
80
Hasil Riset Di Pengadilan Negeri Medan Dari Tanggal 17 Desember 2010 sampai tanggal 24 Januari 2011
▪ Tahun 2008 untuk perkara sekitar 530 perkara, yang berhasil dimediasikan hanya sebanyak 10 perkara, selebihnya gagal untuk dimediasikan. Berarti
hanya sekitar 1,7 perkara perdata yang berhasil dimediasikan. ▪ Tahun 2009 untuk perkara sekitar 500 perkara, yang berhasil dimediasikan
hanya sebanyak 10 perkara, selebihnya gagal untuk dimediasikan. Berarti hanya sekitar 2 perkara perdata yang berhasil dimediasikan.
▪ Tahun 2010 untuk perkara sebanyak 510 perkara, ternyata tidak ada satu pun perkara yang berhasil dimediasikan.
Dari hasil riset data yang lakukan tersebut, dapat dilihat begitu minimnya perkara-perkara yang berhasil didamaikan. Hal ini dikarenakan para pihak yang
berperkara secara inperson enggan untuk melakukan perdamaian. Selain itu juga karena tidak adanya iktikad baik dari para pihak untuk berdamai dan juga sulitnya
dari para pihak untuk dijumpakan. Faktor lain yang menyebabkan minimnya perkara yang berhasil
didamaikan karena hakim mediator mendapatkan kesulitan dan rumitnya perkara yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena adanya hakim yang tidak faham dengan
mediasi, karena memang tidak terlatih bertugas untuk hal mediasi, pada hal dengan adanya perdamaian dapat menimbulkan kepuasan tersendiri terhadap para
pihak. Dengan melihat kendala-kendala yang ada maka perlunya ruangan mediasi
yang khusus untuk mediasi merupakan faktor penting yang dapat mendukung terselenggaranya proses mediasi. Disamping itu, faktor kerahasiaan perlu juga
dijaga, dan rasa nyaman bagi para pihak juga sangat perlu diperhatikan. Karena
rasa nyaman yang diciptakan oleh kondisi ruangan dimana proses mediasi dilakukan akan mempengaruhi sifat keterbukaan para pihak dalam
mengungkapkan permasalahannya dan berkomunikasi satu dengan yang lain. Disinilah dapat dilihat peran mediator yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan proses mediasi. Mediator harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas dalam melihat perkara yang dihadapi para pihaknya,
sehingga hakim mediator dituntut untuk lebih benar-benar memahami arah mana yang untuk para pihak dapat menguntungkan kedua belah pihak.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan