BAB III KEDUDUKAN HAKIM MEDIATOR DALAM
MENYELESAIKAN PERKARA PERDATA MENURUT PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008
A. Peran dan Fungsi Mediator Dalam Mediasi
Pada dasarnya seorang mediator berperan sebagai ”penengah” yang membantu para pihak untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapinya. Seorang
mediator juga akan membantu para pihak untuk membingkai persoalan yang ada agar menjadi masalah yang perlu dihadapi secara bersama. Selain itu, juga guna
menghasilkan kesepakatan, sekaligus seorang mediator harus membantu para pihak yang bersengketa untuk merumuskan pelbagai pilihan penyelesaian
sengketanya. Tentu saja pilihan penyelesaian sengketanya harus dapat diterima oleh kedua belah pihak dan juga dapat memuaskan kedua belah pihak. Setidaknya
peran utama yang mesti dijalankan seorang mediator adalah mempertemukan kepentingan-kepentingan yang saling berbeda tersebut agar mencapai titik temu
yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak pemecahan masalahnya. Seorang mediator mempunyai peran membantu para pihak dalam
memahami pandangan masing-masing dan membantu mencari locate persoalan- persoalan yang dianggap penting bagi mereka. Mediator mempermudah
pertukaran informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan kepentingan, persepsi, penafsiran terhadap situasi dan persoalan-persoalan dan
membiarkan, tetapi mengatur pengungkapan emosi. Mediator membantu para pihak memprioritaskan persoalan-persoalan dan menitikberatkan pembahasan
mengenai tujuan dan kepentingan umum. Mediator akan sering bertemu dengan
para pihak secara pribadi. Dalam pertemuan ini yang disebut caucus, mediator biasanya dapat memperoleh informasi dari pihak yang tidak bersedia saling
membagi informasi. Sebagai wadah informasi antara para pihak, mediator akan mempunyai lebih banyak informasi mengenai sengketa dan persoalan-persoalan
dibandingkan para pihak dan akan mampu menentukan apakah terdapat dasar- dasar bagi terwujudnya suatu perjanjian atau kesepakatan.
48
Mediator juga memberikan informasi baru bagi para pihak atau sebaliknya membantu para pihak dalam menemukan cara-cara yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara. Mereka dapat menawarkan penilaian yang netral dari posisi masing-masing pihak. Mereka juga dapat
mengajarkan para pihak bagaimana terlibat dalam negosiasi pemecahan masalah secara efektif, menilai alternatif-alternatif dan menemukan pemecahan yang
kreatif terhadap konflik mereka.
49
Dengan demikian, seorang mediator tidak hanya bertindak sebagai penengah belaka yang hanya bertindak sebagai penyelenggara dan pemimpin
diskusi saja, tetapi juga harus membantu para pihak untuk mendesain penyelesaian sengketanya, sehingga dapat menghasilkan kesepakatan bersama.
Dalam hal ini seorang mediator juga harus memiliki kemampuan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan
untuk menyusun dan mengusulkan perbagai pilihan penyelesaian masalah yang disengketakan. Kemudian, mediator inipun juga akan membantu para pihak dalam
48
. Rachmadi Usman, Op.cit, hal 86-87
49
. Ibid
menganalisa sengketa atau pilihan penyelesaiannya, sehingga akhirnya dapat mengemukakan rumusan kesepakatan bersama sebagai solusi penyelesaian
masalah yang juga akan ditindaklanjuti bersama pula. Howard Raiffa, melihat peran mediator sebagai sebuah garis rentang dari
sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat. Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya melaksanakan peran sebagai berikut:
50
1. Penyelenggaraan pertemuan;
2. Pemimpin diskusi netral;
3. Pemeliharaan atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan
berlangsung secara beradab; 4.
Pengendalian emosi para pihak; dan 5.
Pendorong pihak atau perundingan yang kurang mampu atau segan mengemukakan pendapatnya.
Sisi peran yang kuat mediator adalah bila dalam perundingan mediator mengerjakan atau melakukan hal-hal berikut:
1. Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan;
2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan para pihak;
3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah
pertarungan untuk dimenangkan, melainkan diselesaikan; 4.
Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah; dan 5.
Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah. Leonard L. Riskin dan James E. Westbrook menyebutkan peran mediator itu
51
50
. Suyud Margono, Op.cit, hal 59
:
1. Mendesak juru runding agar setuju atau berkeinginan berbicara;
2. Membantu para pihak untuk memahami proses mediasi;
3. Membawa pesan para pihak;
4. Membantu juru runding menyepakati agenda perundingan;
5. Menyusun agenda;
6. Menciptakan kondisi kondutif bagi berlangsungnya proses perundingan;
7. Memelihara ketertiban perundingan;
8. Membantu para juru runding memahami masalah-masalah;
9. Melarutkan harapan-harapan yang tidak realistis;
10. Membantu para pihak mengembangkan usulan-usulan mereka;
11. Membantu juru runding melaksanakan perundingan; dan
12. Membujuk juru runding menerima sebuah penyelesaian tertentu.
Selain itu, seorang mediator juga berperan:
52
1. Pembuka jalur-jalur komunikasi;
2. Legitimizer orang yang berwenang untuk mengesahkan;
3. Fasilitator proses;
4. Pelatih;
5. Nara sumber;
6. Pembahas masalah;
51
. Rachmadi Usman, Op.cit, hal 89
52
Joni Emirzon, “Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi Arbitrase”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal 74.
7. Perantara untuk melihat kenyataan, kambing hitam pihak yang mau
menanggung tanggung jawab atau dipersalahkan karena telah membuat keputusan yang tidak populer namun diterima oleh semua pihak;
8. Pemimpin pihak yang mengambil inisiatif untuk mendorong negosiasi
bergerak maju secara prosedural, atau pada waktu tertentu. Dengan demikian, tugas dan fungsi mediator dalam menyelesaikan suatu sengketa
amat berat dan karenanya tidak semua orang dapat menjadi mediator. Mediator harus mampu mencari sumber konflik yang menjadi pokok pangkal persengketaan
di antara para pihak. Kemudian, berdasarkan sumber konflik tersebut, mediator akan menyusul dan merumuskan serta menyarankan pilihan pemecahan
masalahnya. Tidak itu saja, mediator juga harus mampu menciptakan suasana yang bersifat kondusif dan kekeluargaan, sehingga para pihak dapat dengan
leluasa dan terbuka mengemukakan pendapat dan pandangannya. Dengan mengetahui pendapat dan pandangan para pihak, mediator akan lebih mudah
memahami keinginan para pihak dan dengan sendirinya juga memudahkan mediator menyarankan perbagai pilihan pemecahan masalahnya. Namun, harus
diingat hal ini baru dapat dilakukan mediator bila proses perundingan menunjukkan tanda-tanda ”kebuntuan” dan untuk itu harus dicairkan lebih dahulu.
Di sinilah peran dan fungsi mediator dibutuhkan untuk ”mencairkan” kebuntuan dengan cara mengemukakan usulan yang dapat memuaskan semua pihak. Pada
akhir pemecahan masalah yang dihasilkan merupakan kesepakatan final para pihak, bukan putusan mediatornya.
53
53
. ibid
Selanjutnya Gary Goodpaster, mengemukakan ada manfaatnya untuk melihat mediator sebagai suatu jenis ”terapis” negosiasi. Terapis ini menganalisis
dan mendiagnosis suatu sengketa tertentu, dan kemudian mendesain serta mengendalikan proses serta intervensi lain dengan tujuan menuntun para pihak
untuk mencapai suatu mufakat sehat. Peran penting mediator adalah: 1.
Melakukan diagnosa konflik; 2.
Identifikasi masalah serta kepentingan-kepentingan kritis; 3.
Menyusun agenda; 4.
Memperlancar dan mengendalikan komunikasi; 5.
Mengajar para pihak dalam proses dan ketrampilan tawar-menawar; 6.
Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting; 7.
Penyelesaikan masalah untuk menciptakan pilihan-pilihan; dan 8.
Diagnosis sengketa untuk memudahkan penyelesaian problem. Untuk mengetahui intervensi apa yang harus dilakukan untuk membantu para
pihak mencapai mufakat, mediator harus melakukan diagnosa atas sengketa.
54
B. Ragam Jenis Hakim Mediator