serta adanya kondisi patologik lainnya.
46,27
Tingkat kematian virus mencakup 40- 75 untuk herpes simpleks, 10-20 untuk campak, dan 1 untuk gondok.
37
Penyakit pneumokokus juga lebih sering menyebabkan gejala sisa jangka panjang kurang dari 30 kasus seperti hidrosefalus, palsi nervus kranials, defisit
visual dan motorik, serta epilepsi.
36
Gejala sisa penyakit terjadi pada kira-kira 30 penderita yang bertahan hidup, tetapi juga terdapat predileksi usia serta patogen,
dengan insidensi terbesar pada bayi yang sangat muda serta bayi yang terinfeksi oleh bakteri gram negatif dan S. pneumoniae. Gejala neurologi tersering adalah tuli, yang
terjadi pada 3-25 pasien; kelumpuhan saraf kranial pada 2-7 pasien; dan cedera berat seperti hemiparesis atau cedera otak umum pada 1-2 pasien. Lebih dari 50
pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan dari rumah sakit akan membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implan koklea belum lama ini
memberi harapan bagi anak dengan kehilangan pendengaran.
40
2.8. Komplikasi
Komplikasi dari meningitis tuberkulosa adalah hidrosefalus, epilepsi, gangguan jiwa, buta karena atrofi N.II, kelumpuhan otot yang disarafi N.III, N.IV,
N.VI, hemiparesis. Komplikasi dari meningitis purulenta adalah efusi subdural, abses otak, hidrosefalus, paralisis serebri, epilepsi, ensefalitis, tuli, renjatan septik.
37
Universitas Sumatera utara
2.9. Pencegahan Meningoensefalitis 2.9.1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningoensefalitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat.
46
Pencegahan terhadap infeksi dilakukan dengan cara imunisasi pasif atau aktif.
38
Kemoprofilaksis terhadap individu rentan yang diketahui terpajan pada pasien yang mengidap penyakit pasien indeks serta imunisasi aktif. Imunisasi aktif
terhadap H. influenzae telah menghasilkan pengurangan dramatis pada penyakit invasif, dengan pengurangan sebanyak 70-85 akibat organisme tersebut.
40
Imunisasi untuk pencegahan infeksi Haemophilus influenzae menggunakan vaksin H.influenzae tipe b direkomendasikan untuk diberikan secara rutin pada anak berusia
2, 3, dan 4 bulan.
29
Amuba penyebab meningoensefalitis, yang hidup dalam kolam renang dapat dimusnahkan dengan memberikan kaporit pada air kolam secara teratur, hindari
berenang pada kolam air tawar yang mempunyai temperatur di atas 25 C.
Meningoensefalitis dengan penyebab Mycobacterium tuberkulosa dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi
dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, tidak over crowded luas lantai 4,5 m
2
orang, dan pencahayaan yang cukup.
47
Pencegahan untuk Virus Japanese B Encephalitis yaitu vaksinasi inaktif diberikan pada anak-anak, karena kelompok tersebut sensitif terhadap infeksi virus.
Universitas Sumatera utara
Selain itu dilakukan pencegahan terhadap gigitan nyamuk dan dilakukan prosedur pengamanan tindakan dan pekerjaan laboratorium.
35
2.9.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala asimptomatik dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit.
48
Deteksi dini anak-anak yang mengalami kelainan neurologis sangat penting karena adanya kemungkinan untuk mengembangkan potensinya di
kemudian hari melalui program intervensi diri. Untuk mengenal kelainan neurologik, pemeriksaan neurologik dasar merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan.
49
a. Diagnosis a.1.
Pemeriksaan Penunjang a.1.1. Pemeriksaan Pungsi Pumbal
a. Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang
hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri.
18
b. Infeksi yang disebabkan oleh virus, terjadi peningkatan cairan serebrospinal, biasanya disertai limfositosis, peningkatan protein, dan kadar glukosa yang
normal.
36
c. Penyebab dengan Mycobakterium tuberkulosa pada pemeriksaan cairan otak ditemukan adanya protein meningkat, warna jernih, tekanan meningkat, gula
menurun, klorida menurun.
37
Universitas Sumatera utara
d. Pemeriksaan cairan serebrospinal pada amuba meningoensefalitis yang diperiksa secara mikroskopik, mungkin dapat ditemukan trofozoit amuba.
28
Penyebab dengan Toxoplasma gondii didapat protein yang meningkat, kadar glukosa normal atau turun. Penyebab dengan Criptococcal, tekanan cairan otak
normal atau meningkat, protein meningkat, kadar glukosa menurun.
45
Lumbal pungsi tidak dilakukan bila terdapat edema papil, atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
30
Pada kasus seperti ini, pungsi lumbal dapat ditunda sampai kemungkinan massa dapat disingkirkan dengan melakukan
pemindaian CT scan atau MRI kepala.
40
a.1.2. Pemeriksaan darah
a. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan jenis leukosit, kadar glukosa, kadar ureum. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit
dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis, biasanya terdapat kenaikan jumlah leukosit.
18
Gangguan elektrolit sering terjadi karena dehidrasi. Di samping itu hiponatremia dapat terjadi akibat pengeluaran hormon ADH Anti Diuretic
Hormon yang menurun.
37
b. Pada Mycobacterium tuberculosa, leukosit meningkat sampai 500mm
3
dengan sel mononuklear yang dominan, pemeriksaan pada darah ditemukan jumlah
leukosit meningkat sampai 20.000, dan test tuberkulin sering positif.
37
a.1.3. Pemeriksaan Radiologis