1.3. Pemeriksaan Radiologis Kerangka Konsep Definisi Operasional

d. Pemeriksaan cairan serebrospinal pada amuba meningoensefalitis yang diperiksa secara mikroskopik, mungkin dapat ditemukan trofozoit amuba. 28 Penyebab dengan Toxoplasma gondii didapat protein yang meningkat, kadar glukosa normal atau turun. Penyebab dengan Criptococcal, tekanan cairan otak normal atau meningkat, protein meningkat, kadar glukosa menurun. 45 Lumbal pungsi tidak dilakukan bila terdapat edema papil, atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial. 30 Pada kasus seperti ini, pungsi lumbal dapat ditunda sampai kemungkinan massa dapat disingkirkan dengan melakukan pemindaian CT scan atau MRI kepala. 40

a.1.2. Pemeriksaan darah

a. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan jenis leukosit, kadar glukosa, kadar ureum. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis, biasanya terdapat kenaikan jumlah leukosit. 18 Gangguan elektrolit sering terjadi karena dehidrasi. Di samping itu hiponatremia dapat terjadi akibat pengeluaran hormon ADH Anti Diuretic Hormon yang menurun. 37 b. Pada Mycobacterium tuberculosa, leukosit meningkat sampai 500mm 3 dengan sel mononuklear yang dominan, pemeriksaan pada darah ditemukan jumlah leukosit meningkat sampai 20.000, dan test tuberkulin sering positif. 37

a.1.3. Pemeriksaan Radiologis

a. CT scan dan Magnetic Resonance Maging MRI otak dapat menyingkirkan kemungkinan lesi massa dan menunjukkan edema otak. Universitas Sumatera utara b. Untuk menegakkan diagnosa dengan penyebab herpes simpleks, diagnosa dini dapat dibantu dengan immunoassay antigen virus dan PCR untuk amplifikasi DNA virus. c. Elektroensefalografi EEG menunjukkan kelainan dengan bukti disfungsi otak difus. 36

b. Pengobatan

Pengobatan suportif dalam kebanyakan kasus meningitis virus dan ensefalitis. Satu-satunya pengobatan spesifik adalah asiklovir 10 mgkg iv setiap 8 jam selama 10-14 hari untuk infeksi herpes simpleks. Asiklovir juga efektif terhadap virus Varicella zoster. Tidak ada manfaat yang terbukti untuk kortikosteroid, interferon, atau terapi ajuvan lain pada ensefalitis virus dan yang disebabkan oleh bakteri dapat diberikan klorampinikol 50-75 mgkg bbhari maksimum 4 grhari. 2,50 Meningitis pada neonatus organisme yang mungkin adalah E.Coli, Steptococcus grup B, dan Listeria diobati dengan sefotaksim dan aminoglikosida, dengan menambahkan ampisilin jika Listeria dicurigai. Akibat Haemophilus memerlukan pengobatan sefotaksim. Meningitis tuberkulosis diobati dengan rifampisin, pirazinamid, isoniazid, dan etambutol. 44 Herpetik meningoensefalitis diobati dengan asiklovir intravenous, cytarabin atau antimetabolit lainnya. Pengobatan amuba meningoensefalitis dilakukan dengan memberikan amfoterisin B secara intravena, intrateka atau intraventrikula. Pemberian obat ini dapat mengurangi angka kematian akibat infeksi Naegleria fowleri, tetapi tidak berhasil mengobati meningoensefalitis yang disebabkan oleh amuba lainnya. 35 Universitas Sumatera utara

2.9.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli, ketidakmampuan belajar, oleh karena itu fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. 18,48 Universitas Sumatera utara BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Meningoensefalitis 1. Sosiodemografi: Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pekerjaan Tempat tinggal 2. Keadaan Sewaktu Datang 3. Gejala Subjektif 4. Gejala Objektif 5. Lama Rawatan Rata-rata 6. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita meningoensefalitis adalah pasien yang didiagnosa yang mengalami peradangan pada selaput otak dan jaringaan otak sesuai yang tercatat dalam kartu status 3.2.2. Sosiodemografi a. Umur adalah usia penderita meningoensefalitis yang tercatat dalam kartu status. Untuk analisa statistik, umur dikelompokkan menjadi: 27,38 1. 0 - 5 tahun 2. 6 - 15 tahun 3. 15 tahun Universitas Sumatera utara b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita meningoensefalitis seperti yang tercatat pada kartu status yang dibedakan atas: 1. Laki-laki 2. Perempuan c. Suku adalah etnik yang melekat pada diri penderita sesuai yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas: 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Lain-lain d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita meningoensefalitis sesuai yang tercatat pada kartu status yang dikategorikan atas: 1.Islam 2.Kristen Protestan 3.Kristen Katolik 4.Hindu 5.Budha e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita meningoensefalitis setiap hari sesuai yang tercatat di kartu status yang dibedakan atas: 1. Tidak bekerja 2. Pegawai Negeri Sipil PNSTNIPolri 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta Petani, Nelayan, Pedagang, Supir 5. PelajarMahasiswa f. Tempat tinggal adalah tempat tinggal penderita meningoensefalitis yang tercatat di kartu status yang dibedakan atas: 1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan Universitas Sumatera utara 3.2.3. Keadaan sewaktu datang adalah keadaan penderita sewaktu datang berobat ke RS.Santa Elisabeth yang tercatat di kartu status yang dibedakan atas 31 : 1. Compos mentis 2. Apatis 3. Delirium 4. Somnolen 5. Sopor 6. Coma Untuk analisa statistik, keadaan sewaktu datang dibagi atas: 1. Compos mentis Sadar penuh 2. Incompos mentis Apatis, Delirium, Somnolen, Sopor, Coma 3.2.4. Gejala Subjektif adalah gejala yang dirasakan oleh penderita meningoensefalitis saat datang berobat sesuai dengan yang tercatat di kartu status. 3.2.5. Gejala subjektif pada umur 5 tahun dibedakan atas: 1. Demam 2. Batuk 3. Mual 4. Muntah 5. Kejang 6. Nafsu makan berkurang 7. Nyeri kepala 8. Gangguan pernafasan 3.2.6. Gejala subjektif pada umur ≥5 tahun dibedakan atas: 1. Demam 2. Batuk 3. Mual 4. Muntah 5. Kejang 6. Nafsu makan berkurang 7. Nyeri kepala 8. Gangguan pernafasan Universitas Sumatera utara 3.2.6. Gejala objektif adalah gejala yang terdapat pada penderita meningoensefalitis berdasarkan hasil pemeriksaandiagnosa dokter yang tercatat di kartu status yang dibedakan atas: 1. Kaku Kuduk + 2. Dehidrasi 3. Tonus otot lemah dan kaku 4. Letargi 5. Sianosis 3.2.7. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita menjalani perawatan di rumah sakit, dihitung sejak tanggal mulai dirawat sampai dengan tanggal keluar seperti tercatat dalam kartu status 3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita meningoensefalitis sewaktu keluar atau pulang dari Rumah sakit Santa Elisabeth Medan yang dibedakan menjadi: 1. Pulang Sembuh Pulang Berobat Jalan 2. Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS 3. Pulang Meninggal Dunia 4. Pindah Rumah Sakit Universitas Sumatera utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian