Lingkungan Prognosis Meningoensefalitis Karakteristik Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011

c. Lingkungan

Infeksi meningokokus dan H.influenzae berkolerasi dengan kontak antar individu. Kolonisasi nasofaringeal dari N.meningitidis meningkat jumlahnya jika banyak anak muda wajib dinas militer dikumpulkan di barak-barak. Amuba meningoensefalitis dapat bersangkut paut dengan berenang di danau segar yang mengandung amuba. Infeksi arbovirus terjadi jika ada kontak dengan vektor yang berupa arthropoda yang telah terinfeksi. Binatang peliharaan sering terinfeksi Toksoplasma gondii dan mudah menularkan infeksinya kepada manusia di sekelilingnya. 23 Meningoensefalitis tuberkulosa banyak terdapat pada penduduk dengan keadaan sosio-ekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal atau tidur berdesakan, higiene yang buruk, dan tidak mendapat fasilitas imunisasi. 27

2.7. Prognosis Meningoensefalitis

Prognosis meningoensefalitis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan, di samping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit seperti hidrosefalus, gangguan mental, yang dapat muncul selama perawatan. Bila meningoensefalitis tuberkulosa tidak diobati, prognosisnya jelek sekali. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu. Angka kematian pada umumnya 50. Prognosisnya jelek pada bayi dan orang tua. Prognosis juga tergantung pada umur dan penyebab yang mendasari, antibiotik yang diberikan, hebatnya penyakit pada permulaannya, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat, Universitas Sumatera utara serta adanya kondisi patologik lainnya. 46,27 Tingkat kematian virus mencakup 40- 75 untuk herpes simpleks, 10-20 untuk campak, dan 1 untuk gondok. 37 Penyakit pneumokokus juga lebih sering menyebabkan gejala sisa jangka panjang kurang dari 30 kasus seperti hidrosefalus, palsi nervus kranials, defisit visual dan motorik, serta epilepsi. 36 Gejala sisa penyakit terjadi pada kira-kira 30 penderita yang bertahan hidup, tetapi juga terdapat predileksi usia serta patogen, dengan insidensi terbesar pada bayi yang sangat muda serta bayi yang terinfeksi oleh bakteri gram negatif dan S. pneumoniae. Gejala neurologi tersering adalah tuli, yang terjadi pada 3-25 pasien; kelumpuhan saraf kranial pada 2-7 pasien; dan cedera berat seperti hemiparesis atau cedera otak umum pada 1-2 pasien. Lebih dari 50 pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan dari rumah sakit akan membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implan koklea belum lama ini memberi harapan bagi anak dengan kehilangan pendengaran. 40

2.8. Komplikasi