Proporsi Penderita Meningoensefalitis Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang

6.1.7. Proporsi Penderita Meningoensefalitis Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang

Proporsi penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan pemeriksaan penunjang dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pemeriksaan penunjang yang tertinggi yaitu dengan CT Scan. CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi. CT Scan dapat menunjukkan adanya hidrosefalus, massa tumor, ventrikulitis. 27 Tujuan utama penggunaan CT scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak space occupying lesions SOL, edema serebral dan adanya perubahan struktur otak,mengidentikasi infark ,dan atrofi otak. Keuntungan dengan CT Scan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih sedikit 63.3 40.0 29.2 17.5 10.8

10 20

30 40 50 60 70 CT Scan Rontgen-Thorax MRI Lumbal pungsi EEG P ro p o rs i Pemeriksaan Penunjang Universitas Sumatera utara sehingga tepat untuk pasien emergensi, lebih sedikit menghasilkan klaustrofobia rasa takut akan terkurung pd suatu tempat ruangan yg sempit dan tertutup. 51 6.1.8. Proporsi Penderita Meningoensefalitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi penderita meningoensefalitis rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2007-2011 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa penderita meningoensefalitis lebih banyak yang pulang sembuhberobat jalan dengan proporsi 45,0 dan yang paling rendah yaitu pindah rumah sakit 9,2. Penderita yang sembuhberobat jalan berarti kondisi kesehatannya sudah membaik dan akan melanjutkan pengobatan setelah keluar dari rumah sakit untuk pemulihan kondisi penderita. Penderita yang meninggal menunjukkan penderita atau keluarga mencari pertolongan pengobatan 45,0 32,5 13,3 9,2 Keadaan Sewaktu Pulang Pulang Sembuh Pulang Berobat Jalan Pulang Meninggal Dunia Pulang Atas Permintaan Sendiri Pindah Rumah Sakit Universitas Sumatera utara sudah dalam keadaan parah karena gejalanya seperti flu biasa sehingga terlambat didiagnosa dan mendapat pengobatan yang cepat dan tepat. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri, menghentikan pengobatan di rumah sakit dapat disebabkan karena alasan tidak puas dengan pelayanan rumah sakit, mau berobat kampung, dan sudah menganggap bahwa pelayanan apapun tidak akan dapat menolong dan menyembuhkan penderita. Penderita yang pindah rumah sakit dapat dikarenakan penyakit pada penderita tidak dapat teratasi atau ruang ICU penuh sehingga dokter menyarankan untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. Karakteristik penderita yang meninggal dunia yaitu proporsi tertinggi adalah usia 0-5 tahun 56,4 dengan proporsi laki-laki 38,5 dan perempuan 17,9. Berdasarkan tabel 5.10. proporsi tertinggi berdasarkan sosiodemografi yaitu suku batak 71,8, agama Kristen Protestan 53,8, tidak bekerja 59,0, dari kota Medan 53,8, somnolen 35,9, sensitivitas demam dan kejang pada usia 5 tahun 95,0, yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis berusia 5 tahun yang meninggal terdapat 95 orang yang mengalami demam dan kejang, sensitivitas demam pada usia ≥5 tahun 89,5 yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis berusia ≥5 tahun yang meninggal terdapat 9 0 orang yang mengalami demam, sensitivitas letargi 79,5 yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang meninggal terdapat 80 orang yang mengalami letargi, lama rawatan rata-rata 3,00 hari. Karakteristik penderita yang pulang sembuhberobat jalan yaitu paling tinggi pada kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 28 orang 51,9, berdasarkan jenis kelamin laki-laki 24,1, perempuan 27,8; berdasarkan sosiodemografi yaitu suku batak Universitas Sumatera utara 81,5, agama Kristen Protestan 63,0, tidak bekerja 55,6, berasal dari luar kota Medan 53,7, compos mentis 22,2, sensitivitas demam pada penderita berusia 5 tahun 96,2 yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuhpulang berobat jalan terdapat 96 orang yang mengalami demam, sensitivitas demam pada penderita berusia ≥5 tahun 85,7 yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuhpulang berobat jalan terdapat 86 orang yang mengalami demam, sensitivitas tonus otot lemah dan kaku 70,4 yang berarti dari 100 orang penderita meningoensefalitis yang sembuhpulang berobat jalan terdapat 70 orang yang mengalami tonus otot lemah dan kaku. Prognosis meningoensefalitis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat. 46,27 Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Meningoensefalitis Rawat Inap Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007- 2011 38.5 10.3 15.4 17.9 7.7 10.2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0-5 6-15 15 P ro p o rs i Umur Tahun Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin Universitas Sumatera utara Berdasarkan gambar 6.12. dapat dilihat semakin meningkat kelompok umur, proporsi kematian pada laki-laki semakin rendah. Proporsi kematian pada perempuan cendrung menurun dengan meningkatnya kelompok umur. Pada setiap kelompok umur, proporsi penderita laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan. Proporsi tertinggi penderita yang meninggal dunia yaitu pada kelompok umur 0-5 tahun 56,4, dengan proporsi laki-laki 38,5 dan perempuan 17,9. Penderita yang meninggal disertai dengan hidrocefalus umur 0-5 tahun ada 4 orang, broncopneumonia ada 2 orang, tuberculosis umur 24 tahun ada 1 orang, riwayat dengan hipertensi umur 90 tahun ada 1 orang. Gambar 6.13. CFR Penderita Meningoensefalitis Yang Meninggal Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011 Berdasarkan gambar 6.13. dapat dilihat bahwa CFR pada laki-laki semakin rendah dengan meningkatnya umur. CFR pada perempuan juga semakin rendah dengan meningkatnya kelompok umur. Pada setiap kelompok umur, CFR laki-laki 12.5 3.3 5.0 5.8 2.5 3.3 5 10 15 0-5 6-15 15 P ro p o rs i Umur Tahun Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin Universitas Sumatera utara lebih tinggi dibandingkan perempuan. CFR yang tertinggi yaitu pada laki-laki yaitu kelompok umur 0-5 tahun 12,5 dan CFR pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 0-5 tahun 5,8. Meningoensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering terjadi pada usia 5 tahun. 23 Menurut penelitian Mesranti,M., di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik tahun 2005-2008 tercatat 148 kasus meningitis dengan 71 kasus mengalami kematian CFR=48,0; penderita meningitis serosa 85 kasus 57,4 , sedangkan penderita purulenta 63 kasus 42,6 dan penderita paling banyak yaitu usia 0-5 tahun sebanyak 56 kasus 37,8. 15 Universitas Sumatera utara

6.2. Analisa Statistik