Defenisi Konsep .1 Kesejahteraan Sosial
31 memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi
sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuangan lokasi yang khusus atas lingkungan.Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik,
penelitian area ini menggambarkan bagaimana para petani yang miskin dan masyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas
kehidupannya.Ketiga, penelitian area ini menjelaskan jaringan politik dari perubahan lingkungan atas hubungan sosio-ekonomi dan politik.
43
1.7 Defenisi Konsep 1.7.1 Kesejahteraan Sosial
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang untuk pertama kalinya ditetapkan oleh para
pendiri negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagai hukum dasar, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan hanya merupakan
dokumen hukum tetapi juga mengandung aspek lain seperti pandangan hidup, cita-cita, dan falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur dan menjadi landasan
dalam penyelenggaraan negara. Sebagai sumber hukum tertinggi, Undang-Undang Dasar itu hendaknya menjadi panduan dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara dan kehidupan berbangsa, serta pedoman dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di bawahnya.Sebagai tolak ukur dalam pencapaian
43
Ibid. hlm.10.
Universitas Sumatera Utara
32 kesejahteraan. Ada enam 6 UUD 1945 yang mengatur tentang pencapaian
kesejahteraan masyarakat, yaitu:
44
1. UUD dasar pasal 23 ayat 1 yang berbunyi “anggaran pendapatan dan
belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. 3.
UUD 1945 pasal 28C ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”. Pasal 28D ayat 1 dan 2 yang
berbunyi 1 “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum,2 “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja”. 4.
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
44
Majelis Permusyawaaratan Rakyat Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
Universitas Sumatera Utara
33 5.
UUD 1945 pasal 33 ayat 1- 3 yang berbunyi 1” Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”, 2 “Cabang- cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”, 3 “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan diper
gunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”.
6. UUD 1945 pasal 34 ayat 1 “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara. Dengan begitu indikator dari kesejahteraan menurut UUD 1945 adalah
tercapainya segala kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan hajad hidup masyarakat, jaminan sosial, keamanan dan hak-hak yang dimiliki masyarakat serta
jaminan pendidikan yang baik. Kes
ejahteraan berasal dari kata “sejahtera”.Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sanskerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,
kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” payung adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,
ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “socious” yang berarti kawan, teman,
dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
34 suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi
dengan lingkunganya secara baik.
45
Banyak pengertian kesejahteraan sosial yang dirumuskan, baik oleh para pakar pekerjaan sosial maupun PBB dan badan-badan di bawahnya, di antaranya:
1. Friedlander 1980, mengatakan kesejahteraan sosial adalah sistem yang
terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna
mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan
kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan- kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.
2. Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan
yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka.
3. UU No. 6 tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin, yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
45
Adi Fahrudin.2012. pengantar kesejahteraan sosial. Bandung.PT Refika Aditama.hal.8.
Universitas Sumatera Utara
35 4.
UU No. 11 tahun 2009, UU Nomor 6 tahun 1974 kemudian diganti dengan UU No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
46
Terdapat perbedaan yang signifikan pengertian kesejahteraan sosial dalam UU Nomor 6 tahun 1974 dan UU Nomor 11 tahun 2009. Perbedaan yang menyolok
terletak pada cara pemenuhan kesejahteraan sosial di mana dalam UU Nomor 6 tahun 1974 sangat tegas dinyatakan dengan tetap menjunjung hak-hak asasi dan
pancasila, namun dalm UU Nomor. 11 tahun 2009 tidak dijelaskan dalam pengertian kesejahteraan sosial.
● Tujuan Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan yaitu: 1.
untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan
relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya. 2.
Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya, misalnya
dengan menggali
sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
47
46
Ibid. hal.9-10.
47
Ibid. hal.10.
Universitas Sumatera Utara
36
● Indikator kesejahteraan Sosial
48
1. Kependudukan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terbesar. Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBB, jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun,walaupun jika dibanding dengan negaranegara di dunia, jumlah
penduduk Indonesia menempati urutan keempat setelah Cina, India,dan Amerika Serikat. Menurut PBB, pada tahun2015 jumlah penduduk Indonesia
mencapaisekitar 257,56 juta orang atau sekitar 3,50persen dari keseluruhan jumlah pendudukdunia ini. Negara dengan jumlah pendudukterbesar yaitu
Tiongkok sebesar 1,38 miliarorang 18,72 persen, India sebesar 1,31 miliar17,84 persen, dan Amerika Serikat sebesar 321,77 juta orang 4,38
persen. Jumlah penduduk Indonesia mengalahkan negara-negara yang luas wilayahnya jauh lebih luas daripada luas wilayah Indonesia. Selanjutnya,
berdasarkan data BPS dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah penduduk Indonesia selama kurun waktu 5 tahun terakhir
menunjukkan semakin bertambah. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia mencapai 241,99 juta orang dan terus mengalami peningkatan
hingga tahun 2015 menjadi 255,46 juta orang. Hal ini juga dapat dilihat dari laju pertumbuhan pendudukyang menunjukkan angka yang positif meskipun
mengalami kecenderungan laju pertumbuhan yang menurun yaitu dari 1,45 persen pada tahun 2011 menjadi 1,30 persen pada tahun 2015. Meningkatnya
48
Riyadi, Sri Hartini dan Dkk. 2015.Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik BPS. hal.76.
Universitas Sumatera Utara
37 jumlah penduduk tentunya akan berdampak pada munculnya permasalahan
dalam hal kependudukan. Semakin banyak jumlah penduduk, maka dalam penentuan kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan dalam hal
penyediaan berbagai sarana dan prasarana atau fasilitas-fasilitas umum agar kesejahteraan pendudukterjamin.
2. Kesehatan.Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat
kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negarawilayah semakin baik. Pada
akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian adalah tingkat produktivitas penduduk suatu wilayah dapat diwujudkan. Berkaitan dengan pembangunan
kesehatan, pemerintah sudah melakukan berbagai program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya memberikan
kemudahan akses pelayanan publik, seperti puskesmas yang sasaran utamanya menurunkan tingkat angka kesakitan masyarakat, menurunkan
Angka Kematian Ibu dan Bayi, menurunkan Prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang, serta meningkatkan Angka Harapan Hidup. Upaya pemerintah
melalui program-program pembangunan yang telah dilakukan diantaranya meningkatkan akses masyarakat
terhadap fasilitas kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata
serta terjangkau, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin; menyediakan sumber daya kesehatan yang kompeten dan
Universitas Sumatera Utara
38 mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah,
meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas, rumah sakit, polindes dan posyandu serta menyediakan obat-
obatan yang terjangkau oleh masyarakat.
3. Pendidikan. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan
dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pembangunan. Pemerataan, akses dan
peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.Dalam
beberapa tahun ke depan pembangunan pendidikan nasional masih dihadapkan pada berbagai tantangan serius, terutama dalam upaya meningkatkan kinerja
yang mencakup :
1. Pemerataan dan perluasan akses, 2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,
3. Penataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra public, 4. Peningkatan pembiayaan.
Beberapa indikator output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara lain Angka Melek Huruf AMH, Tingkat Pendidikan, Angka
Partisipasi Sekolah
APS, Angka
Partisipasi Kasar
APK dan
AngkaPartisipasi Murni APM. Indicator input pendidikan salah satunya adalah fasilitas pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
39 4. Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah terbesar
yang menjadi perhatian pemerintah, dimana masalah ketenaga kerjaan ini merupakan masalah yang sangat sensitive yang harus diselesaikan dengan
berbagai pendekatan agar masalah tersebut tidak meluas yang berdampak pada penurunan kesejahteraan dan keamanan masyarakat. Berbagai masalah bidang
ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah antara lain tingginya tingkat pengangguran, rendahnya perluasan kesempatan kerja yang terbuka,
rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak. Data dan informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi penyusunan
kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan dalam rangka pembangunan nasional dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. Beberapa indikator yang
menggambarkan ketenagakerjaan antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
TPAK, Tingkat
Pengagguran Terbuka
TPT, persentase
pengangguran menurut tingkat pendidikan,persentase penduduk yang bekerja menurut kelompok lapangan usaha, persentase pekerja menurut kelompok
upahgajipendapatan bersih dan persentase pekerja anak. 5. Taraf dan pola konsumsi. Pola konsumsi penduduk juga merupakan salah satu
indikator sosial ekonomi masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat. Budaya dan perilaku lingkungan akan membentuk pola
kebiasaan tertentu pada kelompok masyarakat. Data pengeluaran dapat mengungkapkan pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan
indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Komposisi
Universitas Sumatera Utara
40 pengeluaran rumah tangga dapat dijadikanukuran untuk menilai tingkat
kesejahteraanekonomi penduduk. Pengeluaran rumah tangga merupakansalah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan
penduduk.Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan dan non makanan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan terjadi
pergeseran pola pengeluaran, yaitu dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Hal ini terjadi karena elastisitas permintaan
terhadap makanan pada umumnya rendah, begitu pula sebaliknya permintaanakan barang bukan makanan pada umumnya meningkat atau tinggi.
Dari segi budaya, pergeseran ini dikhawatirkan menjadi pertanda bahwa masyarakat semakin menyukai hal-hal yang bersifat instan dan praktis. Selain
itu, dari segi keamanan pangan, ada beberapa isu yang harus menjadi perhatian. Makanan jadi banyak digemari karena kepraktisannya. Namun
disisi lain teknologi pangan akan menyebabkan semakin tumbuhnya kekhawatiran akan tingginya resiko tidak aman bagi makanan yang
dikonsumsi. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan rakyat adalah jumlah dan persentase penduduk miskin.
Berkurangnya jumlah penduduk miskin mencerminkan pendapatan penduduk yangmeningkat, sedangkan meningkatnya jumlahpenduduk miskin memberi
indikasi menurunnyapendapatan penduduk. 6. Perumahan dan Lingkungan. Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer,
kebutuhan yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
Universitas Sumatera Utara
41 manusia sekaligus merupakan faktor penentu indicator kesejahteraan rakyat.
Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial seseorang, yang berhubungan positif dengan kualitaskondisi rumah.Selain itu
rumahjuga merupakan sarana pengamanan dan pemberian ketentraman hidup bagi manusia dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan rumah
tinggal mempengaruhi status kesehatan penghuninya. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman mencantumkan bahwa salah
satu tujuan diselenggarakannya perumahan dan kawasan permukiman yaitu untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Definisi perumahan itu sendiri merupakan kumpulan rumah
sebagai bagiandari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana,sarana, dan fasilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang
berhubungan positif dengan kualitaskondisi rumah. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan
tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. 7. Sosial lainnya. Globalisasi telah mendorong perubahan pola hidup masyarakat.
Teknologi yang semakin canggih seolah membuat akses dunia tanpa batas. Tingkat kebutuhan mulai mengalami pergeseran, dari kebutuhan sekunder atau
tersier menjadi kebutuhan primer, seperti berlibur atau berwisata, eksistensi di
Universitas Sumatera Utara
42 tengah masyarakat, dan mengakses teknologi informasi dan komunikasi.
Pertukaran informasiyang cepat antar daerah dan negara menjadi kebutuhan utama yang tidak terhindarkan dalam menunjang keberlangsungan hidup orang
banyak. Semakin derasnya arus globalisasi antar negara tentu semakin membuka
kesempatan bagi
setiap negara
untuk mengembangkan
perekonomiannya. Namun dalam lima tahun terakhir, perekonomian dunia cenderung melambat, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2014, ekonomi
Indonesia tumbuh 5,02 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Kondisi ini terus berlangsung hingga triwulan II 2015.
Perlambatan ekonomi terjadi seiring dengan peningkatan persentase penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2015 sebesar11,
22 persen atau mencapai 28,59 juta orang. Ekonomi yang melambat dan kemiskinan yang meningkat berdampak pada beberapa indikator sosial budaya
seperti persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, memiliki akses teknologi informasi dan komunikasi, menerima kredit usaha, jaminan
pelayanan kesehatan, dan persentase penduduk yang menjadi korban tindak kejahatan.
1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Metode Penelitian