27
1.6.2 Teori Politik Lingkungan
Politik lingkungan adalah suatu kerangka politis yang memandang lingkungan secara instrumental, sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi
demi penciptaan nilai-nilai pemanfaatan yang berikutnya didistribusikan di antara masyarakat dan umat manusia secara umum.
36
Politik lingkungan tidak lepas dari makna keadilan demi pemerataan mutu dan dampak lingkungan hidup.Persoalan
tentang pemerataan
ini, tentunya
sudah pasti
berciri ruang
yang mempertimbangkan sifat material alam dan keragaman lingkungan pada skala
lokal, regional dan global. Lingkungan hidup yang baik bagi umat manusia tidak serta-merta
merupakan lingkungan hidup yang baik bagi makhluk hidup non-hayati.Namun Marx dan Engels menyebutkan buruknya lingkungan hidup yang diciptakan
secara manusiawi yang pada hakikatnya tidak manusiawi.Seperti, kotor, limbah dan padatnya rumah-rumah miskin di kota-kota industry. Lingkungan hidup yang
manusiawi, dengan umat manusia dan makhluk non-manusia di dalamnya, merupakan lingkungan hidup yang menjadi tempat pemenuhan kebutuhan mereka
dan dapat berkembang biak secara optimal.Marx dan Engels juga mengatakan “jika pencerahan kepentingan diri merupakan prinsip dari semua moralitas, maka
kepentingan pribadi manusia harus diselaraskan dengan kepentingan umat
36
Nicholas Low, Brendan Gleeson. 1998. Politik Hijau: kritik terhadap politik konvensional menuju politik berwawasan
lingkungan dan keadilan.Bandung: Nusa Media. hal.148.
Universitas Sumatera Utara
28 manusia.Jika manusia dibentuk oleh lingkungannya, maka lingkungannya harus
dibentuk lebih manusiawi”.
37
Mutu lingkungan merupakan inti kesejahteraan bagi individu dan masyarakat,
dan dengan
demikian menjadi
persoalan pokok
keadilan.Sebagaimana halnya dengan dimensi kesejahteraan lainnya, mutu lingkungan mengandung unsur yang baik sekaligus buruk yang tersebar di dalam
masyarakat, negara dan bumi. Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai sosial memainkan peran penting dalam menentukan cara penyebaran tersebut sekaligus
kepuasan kita. Ulrich Beck menjelaskan bagaimana modernitas kapitalis dan logika
prometheannya telah menimbulkan berbagai dapak buruk industrial yang mengancam kehidupan umat manusia dan non-manusia di semua tingkat
geografis.Terlebih-lebih lagi, zat-zat berbahaya yang baru berikut pemanfaatan tanah yang terkait dengan produksi, penyimpanan dan perusakan zat-zat tersebut,
dialokasikan secara sosial dan geografis, memunculkan tuntutan baru untuk berjuang
menegakkan keadilan
distribusi kebaikan,
dan keburukan
lingkungan.Harus diakui bahwa ketidakramahan masyarakat-masyarakat lokal di negara-negara barat terhadap fasilitas-fasilitas pembuangan limbah telah
mendorong perdagangan internasional yang berupaya untuk membuang produk limbah industri di negara-negara
berkembang. „lalu lintas resiko‟ ini membahayakan kesejahteraan penduduk miskin di negara-negara berkembang
37
Ibid. hal.146-147
Universitas Sumatera Utara
29 sekaligus berpeluang menimbulkan ketidakadilan pembangunan global yang
timpang.
38
Politik lingkungan acapkali disamakan pengertiannya dengan ekologi politik. Beberapa definisi tentang ekologi politik yang asumsinya adalah sama
yaitu: “environmental change and ecological conditions are to some extent the product of political processes
”
39
. Jika produk lingkungan adalah produk dari proses-proses politik, maka tidak terlepas pula dalam hal ini adalah keterlibatan
proses-proses dialektika dalam politik ekonomi.Perhatian tertentu difokuskan pada konflik yang di timbulkan karena adanya akses lingkungan yang
dihubungkan ke sistem politik dan hubungannya dengan ekonomi. Menurut Vandana Silva 1993, akar krisis ekologi terletak pada kelalaian
pihak penguasa dalam menyingkirkan hak-hak komunitas lokal untuk berpartisipasi secara aktif dalam kebijakan lingkungan.
40
Paterson mengatakan bahwa politik lingkungan adalah suatu pendekatan yang menggabungkan masalah
lingkungan dengan politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang dinamik antara lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yang bermacam-
macam di dalam masyarakat dalam skala dari individu lokal kepada transnasional secara keseluruhan.
41
38
Ibid. hal.148.
39
Sansen Situmorang. 2008. Ekologi Politik: Gagasan CSR Dalam Meredam Gejolak Sosial Masyarakat Lokal. hlm.
40
Umar Syadat Hasibuan. 2008. Green Politics dan Penyelesaian Persoalan Hidup di Indonesia. Melalui http:www.unisosdem.orgarticle diakses tanggal 16 November 2016 pukul 17.10 wib
41
Herman Hidayat. 2008. Politik Lingkungan: Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm.9.
Universitas Sumatera Utara
30 Sementara menurut Bryant, politik lingkungan boleh didefinisikan sebagai
usaha untuk memahami sumber-sumber politik, kondisi dan menjadi suatu jaringan dari pergantian lingkungan.Bryant memusatkan kajian politik lingkungan
dengan meneliti operasional dalam pengelolaan hutan dalam kasus Indonesia.Dari definisi di atas, jelaslah bahwa definisi Bryant yang menekankan bahwa politik
hal yang pertama atas politik lingkungan, yang berbasis aspek pembangunan dan berwawasan lestari.Ada dua alasan rasional untuk kondisi ini.Pertama, bahwa
tekanan politik dan ekonomi dari pemerintah Soeharto mewarnai secara mendalam dalam pengelolaan hutan sejak tiga dekade pemerintahannya 1966-
1998.Kedua, implikasi dari tekanan politik dan ekonomi atas perspektif lingkungan telah diabaikan oleh birokrat kehutanan, yang pada akhirnya
menyebabkan kerusakan hutan.
42
Mengamati skala sosial dan lingkungan yang berbeda, politik lingkungan menjelaskan sekurangnya tiga penelitian area yang berbeda.Pertama, penelitian ke
dalam sumber yang kontekstual perubahan lingkungan yang menguji pengaruh lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan antar negara, dan
kapitalisme global.Judul ini merefleksikan dampak yang tumbuh dari kekuatan nasional dan transnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah
ketergantungan, baik secara politik dan ekonomi.Kedua, area penelitian mencari tahu suatu lokasi dari aspek-aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan,
yaitu dengan studi suatu konflik atas akses sumber-sumber lingkungan.Ilmuan
42
Ibid. hlm.9.
Universitas Sumatera Utara
31 memperoleh pandangan bagaimana kontekstual pelaku berpengaruh atas kondisi
sosio-lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuangan lokasi yang khusus atas lingkungan.Mengambil, baik sejarah maupun dinamika konflik,
penelitian area ini menggambarkan bagaimana para petani yang miskin dan masyarakat lokal tanpa kekuasaan berperang melindungi fondasi lingkungan atas
kehidupannya.Ketiga, penelitian area ini menjelaskan jaringan politik dari perubahan lingkungan atas hubungan sosio-ekonomi dan politik.
43
1.7 Defenisi Konsep 1.7.1 Kesejahteraan Sosial