103
3.1.1 Qanun Provinsi Aceh Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Pengelolan Sumber Daya Alam
Dalam Qonun Aceh nomor 19 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam pasal 3 menyebutkan bahwa Pengelolaan Sumber Daya Alam
bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang
berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat”. Hal ini merupakan sebuah tujuan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk mencapai kebaikan
bersama baik dalam hal menjaga kelestarian lingkungan serta menjamin kesejahterahan masyarakat dari hasil pengelolaan sumber daya alam di Provinsi
Aceh. Dalam arti lain kebijakan pengelolaan sumber daya alam merupakan kebijakan yang diorientasikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan
tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat
87
. Kemudian dalam pasal 4 dijelaskan bahwa sasaran pengelolaan sumber
daya alam diarahkan pada tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam,terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan
generasi sekarang dan generasi meatang, terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan terarahnya kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah
87
Hessel Nogi S. Tangkilisan, Locc.cit
Universitas Sumatera Utara
104 provinsi berwenang mengelola sumber daya alam di provinsi yang menjadi
kewenangannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga mengelola sumber daya alam yang dilimpahkan menjadi tugas perbantuan.
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pemerintah Provinsi berwenang untuk mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka
pengelolaan sumberdaya alam mengatur pengendalian, peruntukan dan penggunaan
sumberdaya alam;
mengendalikan kegiatan-kegiatan
yang mempunyai dampak dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan mengembangkan
pendanaan bagi upaya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan Sumber
Daya Alam sebagaimana dimaksud, pemanfaatan secara sektoral akan diatur dengan Qanun tersendiri.
Pengelolaan Sumber Daya Alam wajib dilakukan secara terpadu sebagai suatu sistem ekologi Pengelolaan Sumber Daya Alam dilakukan secara terpadu
oleh instansi Pemerintah Provinsi sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta pelaku pembangunan lainnya. Keterpaduan dalam
pengelolaan Sumber Daya Alam sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab dalam pengendalian lingkungan
hidup. Artinya dalam hal ini pemerintah provinsi yang menjadi actor utama dalam melakukan proses penyusunan kebijakan terkait pengelolaan sumber daya alam di
daerah administrative provinsi Aceh. Sedangkan untuk pengelolaan lanjutan, akan
Universitas Sumatera Utara
105 melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah kabupatenkota. Senada dengan
pendapat sekretaris daerah Kabupaten Aceh Singkil menyatakan : “Mengenai Proses Penyusunan Qanun pemerintah daerah kabupaten tidak
memilki wewenang sehingga dalam proses penyusunannya juga pemerintah daerah kabupaten tidak bisa melakukan penjabaran. Yang
berwenang untuk melakukan proses penyusunan Qanun adalah pemerintah provinsi. Hal inilah yang membedakan provinsi Aceh berbeda dengan
pemerintah daerah lainnya di Indonesia
88
.” Kemudian tentang persyaratan pengelolaan sumber daya alam dijelaskan
bahwa Pengelolaan di Provinsi merupakan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi Pemerintah KabupatenKota dan masyarakat. Sumber Daya
Alam merupakan unsur lingkungan hidup yang harus dikelola secara arif dan bijaksana sehingga mampu mendukung dan menjamin kelangsungan kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Adapun beberapa rangkuman persyaratan pengelolaan sumber daya alam yang terdapat dalam bab ke-3 pasal 9-14 adalah
sebagai berikut : 1.
Pengelolaan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara seimbang dan selaras antara upaya pemanfaatan dan upaya pelestariannya. Pengelolaan
Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya
dukung untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
88
Hasil wawancara dengan sekretaris daerah Aceh Singkil Drs.Azmi Pada tanggal 3-01-2017 di kantor sekretaris daerah pada pukul 11.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
106 2.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui non renewable harus dilakukan secara effisien sehingga dapat memungkinkan
ketersediaannya dan upaya pemanfaatannya berlangsung dalam waktu relatif lama. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dapat dipulihkan
renewable harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana sesuai dengan potensi dan daya dukungnya dengan tetap menjaga kondisi ekosistem dan
lingkungannya yang layak sehingga memungkinkan Sumber Daya Alam tersebut memperbaharui dirinya.
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang terdapat pada suatu kawasan
lindung dilarang, bila mengganggu fungsi lindung. Pengelolaan Sumber Daya Alam pada suatu kawasan harus dilaksanakan dengan mengakui dan
melindungi hak - hak masyarakat adat atau masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku pada kawasan tersebut.
Kemudian dalam hal perijinan pengelolaan sumber daya alam dijleaskan bahwa setiap orang dalam lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama atas
pemanfaatan Sumber Daya Alam. Setiap usaha danatau kegiatan pemanfaatan Sumber Daya Alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pemberian izin terhadap setiap usaha danatau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menerbitkan
izin melakukan usaha danatau kegiatan wajib diperhatikan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
107 1.
Rencana tata ruang; 2.
Pendapat masyarakat; dan 3.
Pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan usaha danatau kegiatan tersebut.
Keputusan izin melakukan usaha danatau kegiatan wajib diumumkan kepada masyarakat. Tata cara penerbitan izin untuk setiap sektorjenis
sumberdaya alam diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan
perusakan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya. Pemerintah Provinsi dapat menetapkan
kawasan lindung danatau suaka alam untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dan mempertahankan keanekaragaman hayati serta kelestarian plasma
nutfah. Pengelolaan terhadap daerah kawasan lindung dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin terlaksananya pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan aturan dan prosedur yang ada maka dalam Qanun ini dicantumkan tentang
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan proses pengelolaan sumber daya alam berjalan dengan baik. Adapun pengawasan yang
dimaksus yaitu : 1.
Gubernur dapat menetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan, Untuk melaksanakan tugasnya, pengawas berwenang
melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari
Universitas Sumatera Utara
108 dokumen danatau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat
tertentu untuk mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi, serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas
usaha danatau kegiatannya. 2.
Penanggungjawab atas usaha danatau kegiatan yang dimintai keterangan sebagaimana dimaksud dalam diatas wajib memenuhi permintaan petugas
pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pengawasan dapat melibatkan Masyarakat.
3. Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas danatau tanda
pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan tersebut. Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengelolaan
Sumber Daya Alam secara adil, demokratis dan berkelanjutan sesuai dengan kearifan tradisional.
4. Pemerintah Provinsi berkewajiban mendorong peran serta masyarakat
dalam kegiatan pengelolaan Sumber Daya Alam sebagai bagian dari penyelenggaraan negara yang baik. Dalam melakukan kegiatan
pengelolaan Sumber Daya Alam, masyarakat dapat secara langsung bekerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
KabupatenKota danatau pihak lain. Masyarakat di sekitar lokasi Sumber Daya Alam memiliki prioritas utama
untuk berperan seluas-luasnya dalam pengelolaan Sumber Daya Alam. Setiap kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
109 pengelolaan sumberdaya alam yang berdampak terhadap lingkungan hidup wajib
dipertanggungjawaban kepada publik. Kemudian pihak pelaksana wajib mensosialisasikan maksudnya kepada
masyarakat adat danatau masyarakat setempat guna mendapatkan masukan sebagai bahan pengambilan Keputusan baik bagi pelaksana maupun bagi pejabat
yang berwenang. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 untuk menjelaskan kerugian yang akan dialami dan keuntungan yang akan diperoleh
masyarakat sejak perencanaan hingga pasca operasi. Pada waktu pemberitahuan pihak perencana wajib menyertakan wakil dari instansi yang mengelola dampak
lingkungan, legislatif dan organisasi lingkungan hidup. Masukan dari masyarakat adat danatau setempat harus dinilai secara objektif dan rasional baik melalui
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan pengelolaan Sumber daya alam wajib evaluasi sedikitnya sekali dalam 2 dua tahun. Monitoring dapat
dilakukan setiap saat, bila diperlukan. Setiap evaluasi wajib menyertakan masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar lokasi kegiatan pengelolaan
Sumber Daya Alam. Pemegang izin usaha danatau kegiatan pemanfaatan danatau eksploitasi
danatau eksplorasi Sumber Daya Alam wajib mengganti kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas
tanah di dalam lingkungan daerah kegiatan usaha maupun di luarnya dengan tidak memandang apakah perbuatan itu dilakukan dengan atau tidak sengaja, maupun
yang dapat atau tidak dapat diketahui terlebih dahulu. Besarnya nilai ganti rugi
Universitas Sumatera Utara
110 ditentukan bersama antara pemegang izin usaha danatau kegiatan dengan yang
berhak
,
atas tanah atas dasar musyawarah dan mufakat. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kata mufakat tentang ganti rugi maka penentuan diserahkan
kepada Gubernur dengan memperhatikan basil musyawarah dan mufakat antara pihak pemegang izin usaha danatau pemegang hak atas tanah. Wewenang dapat
dilimpah kepada Bupatiwalikota, Jika yang bersangkutan tidak dapat menerima penentuan Gubernur tentang ganti rugi maka penentuannya diserahkan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah atau wilayah yang bersangkutan. Ganti rugi beserta segala yang berhubungan dengan itu, dibebankan
kepada pemegang izin usaha yang bersangkutan. Untuk memastikan adanya kesamaan hak atas akses sumber daya alam
maka dalam Qanun ini juga dijelaskan bahwa masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan danatau melaporkan ke penegak hukum
terhadap kerusakan dan pencemaran Sumber Daya Alam yang merugikan kehidupan masyarakat. Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan terhadap
pengelolaan Sumber Daya Alam yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat
kerusakan danatau pencemaran Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat, maka instansi Pemerintah
Provinsi yang bertanggungjawab di bidangnya dapat melakukan gugatan untuk kepentingan masyarakat. Dalam rangka tanggungjawab pengelolaan Sumber Daya
Alam organisasi yang bergerak di bidang itu berhak mengajukan gugatan untuk
Universitas Sumatera Utara
111 kepentingan pelestarian fungsi Sumber Daya Alam. Organisasi bidang Sumber
Daya Alam yang berhak mengajukan gugatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : berbentuk badan hukum; organisasi tersebut dalam anggaran
dasarnya dengan tugas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi sumberdaya alam; dan telah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, maka gugatan melalui pengadilan dapat, dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa
Sumber Daya Alam di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam Qanun ini. Penyelesaian sengketa Sumber Daya Alam
di luar pengadilan dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, danatau mengenai tindakan tertentu
yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi Sumber Daya Alam. Aturan mengenai pengelolaan sumber daya alam berdasarkan Qanun
provinsi Aceh nomor 21 tahun 2002 memang menjelaskan secara umum tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Aceh, akan tetapi dalam
proses pelaksanaanya kurang dijelasakan penjabarannya tentang bagaimana tindak lanjut dari pengelolan sumber daya alam tersebut, seperti hubungan antara
pemerintah, pengusaha, dan masyarakat, kemudian tidak dijabarkan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
112 hubungan pemerintah kabupaten dengan pemerintah provinsi. Hanya dalam
bagian pemberian sanksi administratif terdapat peran kepala daerah secara rinci, sementara
kewenangan bupatiwalikota
tidak dijabarkan
batas-batas kewenangannya, baik pengelolaan dan pengawasan. Senada dengan penjelasan
Sekretaris daerah kabupaten Aceh Singkil menyatakan : “Seharusnya pemerintah Provinsi Aceh harus mengeluarkan kebijakan
yang lebih tajam, sehingga dalam kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam yang terdapat dalam Qanun Aceh nomor 21 tahun 2002 dapat
lebih dijabarkan dan lebih terperinci. Dan dalam pengelolaan kebijakan sumber daya alam di daerah tingkat kabupaten tidak ada , karena
pemerintah kabupaten tidak memiliki kewenangan kebijakan daerah sendiri tentang pengelolaan sumber daya alam. Sehingga pemerintah
kabupaten tidak dapat membuat penjabaran secara terperinci untuk mengelola sumber daya alam
89
. Kemudian penjelasan Qanun diatas dapat dilihat bahwa dalam
pengelolaan sumber daya alam ditujukan untuk kepentingan semua lapisan dalam masyarakat baik pemerintah, masyarakat , pengusaha, masyarakat adat, dan juga
untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dalam mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan peran semua pihak agar tidak terjadi pelanggaran terhadap
pengelolaan sumber daya alam yang dapat merugikan manusia maupun kerusakan alam. Dilihat dari pengelolaan sumber daya alam di Aceh terdapat potensi yang
besar untuk meningkatkan roda perekonomian di Aceh, hal tersebut dilihat dari Di bidang industri, daerah Aceh memiliki potensi cukup besar terutama industri
hasil hutan, perkebunan, dan pertanian, seperti minyak kelapa sawit, atsiri, karet, kertas, serta industri hasil pengolahan tambang yang belum berkembang secara
89
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
113 optimal. Jenis industri yang ada meliputi industri makanan, minuman, dan
tembakau; industri tekstil dan pakaian jadi; industri kayu, bambu, rotan, dan sejenisnya; industri kertas dan barang-barang dari kertas; industri kimia dan
barang-barang dari kimia; industri logam dan barang-barang dari logam. Hasil produksi komoditas industri utama berupa semen, pupuk, kayu
gergajian, moulding chips, plywood, dan kertas
90
. Kebijakan Pengelolaan sumber daya alam yang optimal dan bersifat distributif seharusnya mampu meningkatkan
kesejahterahan masyarakat Aceh dikarenakan sumber daya alam yang sangat melimpah, dan dibutuh pengalokasian yang merata kepada seluruh elemen
masyarakat di Aceh. Disisi lain dalam pelaksanaannya pengusaha, perkebunan khususnya sawit di kabupaten Aceh Singkil menyatakan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam berdasarkan Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2002 sudah dijalankan mereka sesuai dengan tujuan, azaz, dan prinsip Qanun tersebut.
Sementara kendala diluar prosedur yang perusahaan jalankan adalah tanggung jawab pemerintah, karena pemerintah adalah yang mengeluarkan regulasi. Dalam
hal ini perusahaan hanya sebagai pihak yang mengikuti aturan. Hal itu sesuai dengan tanggapan ADM PT.Socfindo :
“Yang membuat Qanun itu kan pemerintahan daerah, akan tetapi kami sebagai pihak perusahaan kami sudah menjalankan sesuai dengan isi
Qanun tersebut. Kalau pemerintah yang tidak menjalankan kami tidak tahu, bisa di cek nanti ke pemerintah daerah
91
. ”
90
Sumber Daya Alam Di Aceh dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Adat diakses dari http:maa.acehprov.go.id
pada tanggal 12-01-2017 pukul 12.35 Wib
91
Hasil wawancara dengan ADM PT.Socfindo Erikson Ginting, SP Pada tanggal 3-01-2017 di kantor perusahan PT.Socfindo pada pukul 11.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
114 Tanggapan perusahaan yang menyatakan pelaksanaan Qanun provinsi
Aceh nomor 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam sudah berjalan dengan baik berbanding terbalik dengan pendapat salah satu tokoh masyarakat yang
menilai dari kinerja yang dilakukan pemerintah tentang tujuan dari Qanun tersebut tentang pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian perkebunan sawit
yang belum terealisasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu tokoh masyarakat Aceh Singkil, Bahtiar Hasugian, A.ag, MM, menyatakan :
“Saya melihat sejauh ini sangat minim dukungan dari pemerintah baik dalam memberikan bimbingan maupun fasilitas pendukung untuk
meningkatkan produksi masyarakat. Maka tak heran kita melihat sangat rendah pemahaman masyarakat dalam pengolahan sawit ini.
Seharusnya pemerintah harus merealisasikan hal ini kepada masyarakat, jangan sampai Aceh Singkil terkenal dengan produksi
sawitnya yang besar akan tetapi kehidupan petani sawitnya tidak sejahtera
92
. ”
Hal ini membuktikan bahwa penyelenggaraan kebijakan Qanun provinsi Aceh tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam masih berdampak atau
keuntungan pada segelintir orang dalam hal ini adalah perusahaan. Sedangkan pihak lain yaitu masyarakat masih belum merasakan dampak dari kebijakan
pengelolaan tersebut bagi peningkatan kesejahteraannya.
3.1.2 Qanun Kabupaten Aceh Singkil Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Tugas dan Fungsi Dinas Perkebunan