120
3.2 Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Sektor Perkebunan
Sawit Terhadap
Peningkatan Kesejahterahan
Sosial Masyarakat Di Kabupaten Aceh Singkil
Aceh singkil merupakan salah satu kabupaten penghasil komoditas sawit terbesar di Provinsi Aceh, hal ini dikarenakan luas areal lahan perkebunan sawit
di Aceh Singkil sangat besar. Menurut data yang diperoleh dari dinas kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2015 terdapat 77.902,02 ha lihat tabel pada lampiran
yang terdiri dari 30.100,10 ha yang dikuasai 11.710 petani dan 47.801,92 ha yang dikuasai oleh 12 perusahaan atau pihak swasta dengan produktivitas mencapai
357.593 ton pada tahun 2015
96
. Hal inilah yang menjadi potensi yang sangat besar untuk mengelola lahan perkebunan sawit secara maksimal. Dalam Qanun Provinsi
Aceh pasal 2 dikatakan bahwa pengelolaan sumber daya alam berdasarkan atas kemanfaatan, keadilan, keefisienan, kelestarian, kerakyatan, kebersamaan,
keterbukaan dan keterpaduan. Pengelolaan Sumber Daya Alam bertujuan untuk menjamin kelestarian fungsi Sumber Daya Alam dan keseimbangan lingkungan
sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan kesejahteraan Masyarakat. Kemudian dalam Pasal 4 Sasaran
pengelolaan Sumber Daya Alam diarahkan pada : tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan alam; terjaminnya fungsi
sumber daya alam bagi kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang; terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan terarahnya kebijakan dalam
96
Data dikutip dari dokumen Dinas Kehutan dan perkebunan Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015
Universitas Sumatera Utara
121 pengelolaan sumber daya alam. Dari Qanun diatas dapat dikaji bahwa pengelolaan
sumber daya alam dalam hal ini adalah perkebunan sawit di Aceh Singkil harus didasarkan pada prinsip keadilan, keterbukaan,kerakyatan, dan keterpaduan guna
peningkatan kesejahterahan masyarakat. Dari uraian yang dipaparkan diatas dapat dilihat keberpihakan pemerintah
lebih dominan terhadap pihak swasta dibandingkan masyarakat, sehingga hal ini mengindikasikan adanya ketimpangan akses atas lahan perkebunan sawit
kabupaten Aceh Singkil. Sementara dalam melakukan kerjasama pengelolaan lahan
97
dengan pihak swasta wewenang pemerintah Aceh Singkil hanya berada pada luas areal 200 ha, sementara untuk luas areal 200 ha keatas merupakan
wewenang pemerintah Provinsi Aceh. Sehingga terjadi tumpang tindih secara langsung tentang wewenang pengelolaan perkebunan sawit yang nantinya akan
berdampak pada administrasi, pengawasan dan pendapatan daerah kabupaten Aceh Singkil terhadap pemerintah provinsi Aceh. Hal ini dibenarkan oleh
sekretaris daerah Aceh Singkil Drs.Azmi yang menyatakan : “Pengelolaan sumber daya alam perkebunan di Aceh Singkil merupakan
kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil dan Pemerintah Provinsi Aceh, dalam hal ini ketika melakukan kemitraan dengan pihak perusahaan
dengan luas areal 200 ha kebawah adalah kewenangan pemerintah kabupaten Aceh Singkil, sementara luas areal diatas 200 ha adalah
kewenangan pemerintahan Provinsi Aceh. Sehingga perlu dilakukan peninjauan kelapangan untuk memastikan tidak terjadinya tumpang tindih
dengan masyarakat, memastikan kawasan dengan melihat peta wilayah kabupaten Aceh Singkil supaya nantinya tidak terjadinya masalah
penguasaan lahan. Maka perlu memastikan perijinan dari dalam kabupaten sebelum mengirim perijinan diluar kabupaten. Perijinan yang tidak
97
Aceh singkil Dalam Angka 2015.Pdf. Op Cit. hal 21
Universitas Sumatera Utara
122 mengalami masalah akan langsung diproses kemitraannya dengan
pemerintah
98
. ”
Dalam melakukan kerjasama dengan perusahaan terjadi permasalahan dalam melaksanakan amanah dari Qanun no.21 tahun 2002 tentang pengelolaan
sumber daya alam. Hal ini dikarenakan Qanun tersebut tidak mencakup secara terperinci dan khusus tentang pengelolaan sumber daya alam khususnya
perkebunan sawit, sehingga yang terjadi yaitu penguasaan lahan perkebunan sawit lebih didominasi oleh perusahaan swasta, sementara perkebunan milik pemerintah
daerah tidak ada. Dampaknya pemerintah kesulitan untuk mengalokasikan keuntungan dari perkebunan sawit untuk masyarakat. Kemudian dalam lanjutan
wawancara dengan sekretaris daerah kabupaten Aceh Singkil menyatakan. “Seharusnya pemerintah provinsi Aceh harus memperhatikan tentang
pengelolaan perkebunan sawit dengan agenda yang berkelanjutan, dan mengeluarkan aturan yang lebih terperinci tentang pelaksanaan Qanun
provinsi Aceh nomor 21 tahun 2000, supaya kedepannya pemerintah daerah mampu memiliki saham perkebunan sawit didaerah Aceh Singkil.
Seyogyanya pemerintah harus mengambil tindakan ketika terjadi perpanjangan HGU perusahaan yang telah habis, dengan catatan
pemerintah mendapat jatah pengelolaan sedikitnya 25-30 . Sehingga ketika terjadi pengurusan ijin HGU dengan tahapan sebanyak 4 kali
pemerintah daerah dapat memiliki saham sampai 100 atas perkebunan sawit.
Dengan begitu
pemerintah daerah
akan lebih
mudah mengalokasikan pendapatan dari perkebunan sawit untuk masyarakat
99
. Di sisi lain salah satu perusahaan di Aceh Singkil menganggap Qanun
kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah baik dan upaya pemerintah kabupaten Aceh Singkil dalam melaksakannya sudah baik khususnya dalam hal
kerjasama dengan perusahaan. Sementara bentuk kerja sama yang dilakukan oleh
98
Drs.Azmi, Op.Cit
99
Ibid,.
Universitas Sumatera Utara
123 pemerintah kabupaten Aceh dengan perusahaan untuk pengembangan dan
pelestarian perkebunan meliputi perijinan, perpanjangan HGU, laporan kegiatan perusahaan, dan pembayaran pajak baik pajak perpanjangan HGU, Pajak Bumi
BangunanPBB, redistribusi daerah maupun pajak kendaraan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Admintrasi ADM PT. Socfindo Cabang Aceh Singkil
mengakatakan: “Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 sudah berjalan
dengan baik dengan adanya dukungan yang dilakukan oleh pemerintah Aceh Singkil dalam pengembangan dan pelestarian kelapa sawit melalui
pelayanan perijinan akses lahan, perpanjangan Hak Guna Usaha HGU, pembayarang pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, redistribusi daerah.
serta dukungan moril dalam pengembangan usaha perkebunan sawit di Aceh Singkil
”
100
.
Jika dianalisis dari hasil wawancara diatas yang menjadi pendapatan utama bagi pemerintahan daerah dari perkebunan sawit berasal dari biaya
admintrasi dan biaya pajak dari perusahan, Karena menurut Sekretaris daerah Aceh Singkil ,pemerintah daerah tidak terlibat langsung dengan pengelolaan sawit
di Aceh Singkil karena lebih didominasi perusahaan dan sebagian lagi masyarakat. Sangat disayangkan dengan potensi perkebunan sawit yang begitu
besar pemerintahah daerah hanya mendapatkan dana ditahun 2015 sebesar Rp 900.000.000,00 dari sektor perkebunan, padahal jika dibandingkan dengan
pengelolaan sawit secara langsung diluar dari biaya admintrasi dan pajak oleh pemerintah maka nilainya pasti akan lebih besar lagi. Hal itu seharusnya menjadi
100
Erikson Ginting, SP, Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
124 prioritas pemerintah dalam mengelola sumber daya alam karena pemerintah
sebagai stake holder utama dalam penyelenggaraan kebijakan tersebut, sesuai dengan Qanun provinsi Aceh Pasal 6 ayat 1-4 dikatakan pemerintah mempunyai
wewenang terhadap pengembangan, pengendalian, pendanaan, dan pelestarian sumber daya alam. Maka dalam hal ini pengelolaan perkebunan swasta oleh
perusahaan dapat dibatasi atau pungutan daerah terhadap perusahaan dapat ditingkatkan guna meningkatkan pendapatan daerah juga.
Merujuk dari amanat dari Qanun kabupaten Aceh Singkil no.19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan dalam mengelola perkebunan
didalamnya tercantum bahwa : Dinas perkebunan kabupaten mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang perkebunan
yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah atau pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sementara
fungsi dinas perkebunan Aceh Singkil pada pasal 4 ayat 1-7 dijelaskan: a.
Melakukan pembinaan berdasarkan kebijaksanaan yang di tetapkan bupati;
b. Melakukan bimbingan tehnis dibidang perkebunan;
c. Melaksanakan pengawasan dan pemberian dan pembinaan usaha
perkebunan sesuai dengan pokok; menyelenggarakan pelaksanaan penyuluhan; melaksanakan pengkajian penerapan tekhnologi di
tingkat usaha tani;
Universitas Sumatera Utara
125 d.
Melaksanakan urusan
umum, perlengkapan
kepegawaian, keuangan serta ketatausahaan dinas perkebunan;
e. Melakukan pengawasan dan bimbingan unit pelaksanaan teknis
dinas dan cabang dinas di bidang perkebunan kabupaten. Menurut pemerintah kabupaten Aceh Singkil melalui dinas perkebunan,
bahwa pelaksaan tugas dan fungsi dinas perkebunan sudah berjalan dengan baik dan sudah merealisasikan amanat dari Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19
tahun 2002. Pelaksanaan teknisnya juga sudah semakin membaik dengan menempatkan 1 pegawai dinas perkebunan per kecamatan. Hal ini dilakukan guna
memberikan sosialisasi dan penyuluhan terkait pengelolaan perkebunan sawit terhadap masyarakat. Pengelolaan perkebunan sawit yang semakin membaik
berdampak pada pengelolaan lahan yang semakin unggul dan berkualitas. Akan tetapi meskipun seperti itu ketersediaan sarana dan prasarana terhadap masyarakat
masih belum maksimal dibandingkan perusahaan yang lebih jauh kualitasnya. Seperti dikutip dari hasil wawancara dengan kepala dinas perkebunan kabupaten
Aceh Singkil menyatakan: “Pengolahan perkebunan sawit sudah semakin membaik, artinya
masyarakat sudah lebih baik dalam hal penanaman, kualitasnya juga sudah unggul. Dulunya masyarakat masih belum efektif dalam mengelola
perkebunan sawit, ketika ada lahan asal tanam sehingga hasilnyapun tidak memuaskan dikemudian harinya. Ini berimbas pada pendapatan
masyarakat yang tidak meningkat secara signifikan
”
101
. Dari hasil wawancara diatas dapat kita kaji bahwasanya peran dari dinas
perkebunan sendiri dibutuhkan untuk memberikan sosialisasi dan penyuluhan
101
Abdul Haris, SP, MM. Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
126 begitu juga penyediaan saran dan prasarana untuk meningkatkan produksi dari
perkebunan yang diolah masyarakat. Karena dengan prinsip keadilan, kesejahateraan, keterbukaan, kemanfaatan dan kerakyatan yang terdapat pada
Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2002, pemerintah harus terlibat andil dalam membantu masyarakat dalam mengolah perkebunan sawit dengan baik, sehingga
kesenjangan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat tidak timpang. Untuk melihat tingkat keberhasilan pemerintah kabupaten Aceh Singkil
dalam melaksanan Qanun Provinsi Aceh Nomor 21 tahun 2002 tentang pengolahan sumber daya alam dan Qanun Nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan
fungsi dinas perkebunan maka perlu dikaji tanggapan masyarakat yang merupakan sasaran dari kebijakan tersebut. Dalam hal ini masyarakat bisa membuktikan
secara objektif tentang penyelenggaraan kedua Qanun diatas. Jika diasumsikan kondisi lahan perkebunan sawit baik dalam penguasaan lahan, pengolahan, dan
juga produktivitas masih terjadi persoalan seperti ketimpangan antara masyarakat dan perusahaan perkebunan sawit. Kemudian dalam pelaksanaannya dilapangan
masih belum merata masih ada kecamatan dan desa yang juga belum tersentuh dalam hal sosialisasi tentang pengolahan lahan yang baik dari dinas perkebunan.
Seperti dikutip dari wawancara dengan kepala desa Blok 7 Sutardi menyatakan : “pengelolaaan perkebunan sawit masih tergolong biasa saja, karena dalam
mengolah perkebunan sawit tergantung pada modal yang dimiliki, kalo enggak ada modal apa yang mau dimasukan contohnya memupuk. Yang
bagi mereka yang punya modal la yang bisa maju. Kalo peran pemerintah dalam memberikan bantuan dan sosialisasi tidak ada. Paling kami satu
desa lah melakukan rapat tentang apa aspirasi masyasrakat desa. Kalau dari pemerintahan daerah tidak ada turun kesini, bantuan pun tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
127 Kalau meminta bantuan ke dinas perkebunan seperti bibit, egrek,dll harus
membuat proposal secara individu. Pengelolaan perkebunan sawit yang dilakukan oleh pemerintah yang untuk kepentingan sendiri jarang untuk
kepentingan masyarakat desa ini ”.
102
Kemudian persoalan lain yang muncul dalam pengelolaan perkebunan sawit masyarakat selain ketimpangan adalah tidak ada agenda yang berkelanjutan
dari pemerintah dalam memberikan penyuluhan terhadap masyarakat. Ketika bantuan sudah diberikan dalam bentuk bibit sawit, akan tetapi tidak ada
kelanjutannya seperti bagaimana penanaman, perawatan, sehingga masyarakat tidak bisa sepenuhnya mengaplikasikannya. Hal tersebut senada dengan pendapat
dari kepala desa kampung baru kecamatan Singkil Utara menyatakan: “Terkait peran pemerintah dalam pengembangan perkebunan sawit
masyarakat dengan dengan bantuan-bantuan berupa bibit dan paket pestisida. Dan itupun jarang didapatkan. Paling peran saya sebagai kepala
desa adalah menyampaikan aspirasi untuk disampaikan kepada pemerintah daerah salah satunya membuat proposal meminta bantuan. Proposal yang
diajukan kadang tembus kadang tidak, tetapi banyakan yang tidak
tembusnya”
103
. Kemudian dalam melaksanakan kegiatan kegiatan untuk pengembangan
dan pelestarian perkebunan sawit, pemerintah daerah Kabupaten Aceh Singkil mencatat ada sekitar 609 ha lahan yang menjadi sasaran alokasi kegiatan dinas
perkebunan pada tahun 2015
104
dimana sumber dana dari kegiatan tersebut berasal dari Anggaran pendapatan dan belanja provinsi Aceh sebanyak 8 kecamatan yaitu
Singkil, Singkil Utara, Pulau Banyak Barat, Gunung Meriah, Simoang Kanan,
102
Hasil wawancara dengan kepala desa blok 7 Kecamatan Simpang Kanan kabupaten Aceh Singkil Sutardi Pada tanggal 5-01-2017 di Kantor kepala desa pada pukul 19.30 Wib
103
Hasil wawancara dengan kepala desa kampung baru kecamatan singkil utara Arwis Pada tanggal 6-01- 2017 di Kantor kepala desa pada pukul 20.00 Wib
104
Dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten Aceh Singkil tahun 2015. Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
128 Suro, Singkohor, Kuta Baharu pihak perusahaan, antara lain Dana bagi Hasil
DBH Migas sebanyak 6 kecamatan, anggaran pendapatan belanja negara APBN sebanyak 4 kecamatan dan Anggaran pendapatan dan Belanja Kabupaten
sebanyak 1 kecamatan. Dari data diatas dapat kita kaji bahwasanya dana dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dinas kehutanan dominan bersumber
dari Provinsi Aceh dan DBH migas. Sementara pendanaan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten sangat minim yaitu hanya di satu kecamatan Danau Paris.
Fenomena tersebut dapat dikaitkan dengan pendapatan daerah yang sangat rendah dari perkebunan sawit.
Selain itu dalam pengelolaan perkebunan sawit pemerintah kabupaten Aceh Singkil juga terdapat koperasi yang menjadi usaha bersama masyarakat di
perkebunan sawit. Hal ini didasarkan oleh Qanun kabupaten Aceh Singkil nomor 19 tahun 2002 pasal 4 ayat 3 tentang pembinaan dan pengembangan usaha
perkebunan. Terdapat 20 Koperasi yang ada di kabupaten Aceh Singkil yang berdiri dari tahun 1998-2010 yang tersebar di 8 kecamatan dan 8 desa. Sementara
terdapat 11 kecamatan dan 120 desa di kabupaten Aceh Singkil. Persebaran koperasi yang menjadi sarana dan prasarana yang mampu mendorong usaha
komoditas masyarakat juga masih belum terjangkau secara menyeluruh bahkan dapat dikatakan sangat minim.
Universitas Sumatera Utara
129
Tabel 3.1 Data Koperasi PerkebunanKopbun Kabupaten Aceh Singkil, Posisi
Juni 2016
No NAMA
KOPERASI JENIS
USAHA KOMODITI
BADAN HUKUM ALAMAT
NOMOR TANGGAL
DESA KECAMATAN
1 SAWITA MERIAH
SAWIT
01BHKdk.1.51X1998 09-09-1998
Rimo Gunung meriah
2 SAWIT LESTARI
73BHKdkV1999 20-04-1999
Gunung Lagan
Gunung Meriah
3 MALUMTENDI
117BH?Kdk1.51VII1999 10-07-1999
Pemuka Singkil
4 BINTANG
HARAPAN 262BH?Kdk1.51?X2000
29-10-2000 Teluk
Nibung Pulo Banyak
5 SAMO TADA
45BHDK.1.11VI2002 03-06-2002
Asantola Pulo Banyak
6 SEPAKAT DANAU
PARIS 52BHDK.1.11VI2002
03-06-2002 Biskang
Danau Paris
7 MAJU BERSAMA
66BHDK.1.11II2004 18-02-2004
Srikayu Singkohor
8 UDEP SAREE
95BHDK1.11III2007 15-03-2007
Srikayu Singkohor
9 SURO TANI
12BH1.42008 10-04-2008
Bulu ara Suro
10 MAKMUR TANI
13BH1.42008 10-04-2008
Biskang Danau Paris
11 SERASI
14BH1.42008 30-06-2008
Lae Gombar Kuta baharu
12 AL-HIDAYAH
16BH1.42008 30-06-2008
Lae Pinang Singkohor
13 MEKAR SARI
17BH1.42008 30-06-2008
Mukti lincir Kuta baharu
14 PERKASA TANI
18BH1.42008 30-06-2008
Rimo Gunung Meriah
15 MITRA SAROKA
19BH1.42008 27-10-2008
Napagaluh Danau Paris
16 SADA SUNGKUN
20BH1.42008 27-10-2008
Lae Sipola Singkohor
17 LAE OBI
21BH1.42008 27-10-2008
Situbuh- tubuh
Danau Paris
Universitas Sumatera Utara
130
18 KARYA MANDIRI
25BH1.42009 02-06-2009
Bukit Harapan
Gunung Meriah
19 MAJU BERSAMA
27BH1.42009 20-10-2009
Lae Cikala Suro
20 TANGGA MAK
TUAN 37BH1.42010
10-12-2010 Telaga
Bhakti Singkil Utara
Sumber :Data Dikutip Dari Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Aceh Singkil.
Dari pemaparan diatas dapat dilihat bahwa pengolaan perkebunan sawit belum sepenuhnya merata, pengelolaan terhadap perkebunan sawit masih
mengalami kesenjangan, kemudian kontribusi pemerintah masih sangat minim dalam memberikan sosialisasi, penyuluhan, dan pemdanaan terhadap masyarakat.
Peran dinas perkebunan untuk menyeimbangkan hal tersebut sangat di perlukan karena hak masyarakat dan pihak-pihak lain seperti perusahaan adalah sama
sesuai dengan prinsip yang diamanatkan oleh Qanun provinsi Aceh nomor 21 tahun 2002 tentang pengelolaan sumber daya alam dan Qanun kabupaten Aceh
Singkil nomor 19 tahun 2002 tentang tugas dan fungsi dinas perkebunan.
3.3 Dampak Pengelolaan Perkebunan Sawit Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat