2.1.1 Kerangka Cybernetic
Kerangka cybernetic akan menawarkan wawasan yang kuat tentang masalah kontrol dan komunikasi dalam situasi yang kompleks dan bantuan metodologis untuk
mendukung kerja dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah, seperti yang tersirat di atas, adalah penemuan dan produksi perubahan yang layak dan diinginkan untuk
mencapai stabilitas dalam interaksi interpersonal. Stabilitas dirasakan oleh pengamat, tidak ada stabilitas obyektif dan independen dari pengamat tertentu. Secara
metodologis, fokus ini menyoroti bahwa dalam pemecahan masalah adalah penting untuk menetapkan sudut pandang yang tepat dan sifat mekanisme komunikasi
mereka. Cybernetics menawarkan kerangka konseptual yang kuat untuk tujuan
tersebut.
Foerster, dalam buku Arsitektur dan Perilaku Manusia 2004,
Elemen-elemen yang terdapat dalam pendekatan desain cybernetics adalah:
menjelaskan bahwa dalam sistem pendekatan sibernetik dibuat evaluasi perbandingan antara apa
yang dihayati atau dialami pengguna dengan apa yang menjadi kriteria kinerja yang diinginkan atau yang menjadi sasaran klien ataupun yang disusun secara eksplisit
oleh arsitek. Proses umpan balik cybernetics ini bertujuan memberi koreksi sebagai
hasil evaluasi bagi perencanaan.
a. Keinginan klien, dikelompokkan ke dalam tiga tingkat kinerja sejalan
dengan kebutuhan pengguna, yaitu tingkat kesehatan atau keselamatan dan
Universitas Sumatera Utara
keamanan, tingkat fungsi dan efisiensi, dan tingkat kenyamanan dan kepuasan psikologis.
b. Setting, yaitu elemen-elemen yang termasuk dalam kerangka penghunian.
c. Penghuni, dibedakan berdasarkan siklus kehidupan, misalnya anak-anak,
remaja, orang tua, atau penyandang cacat fisik dan cacat mental. Masing- masing kelompok mempunyai kebutuhan tersendiri.
d. Kebutuhan lain, seperti kebutuhan budaya dan adat.
Tujuan adanya elemen-elemen di atas adalah untuk mengetahui serinci mungkin kebutuhan lingkungan yang harus dipenuhi, yaitu dengan mengetahui
bagaimana pribadi yang berbeda beraksi berbeda pula terhadap lingkungan yang beragam misalnya perbedaan perilaku penghuni dan pengunjung sebuah sekolah
terapi autis dengan sekolah biasa, bagaimana kombinasi tertentu antara individu dan setting-nya misalnya siapa yang berkunjung ke sebuah sekolah terapi autis
berinteraksi menghasilkan berbagai pola perilaku tertentu. Hal-hal yang disebutkan di atas dapat dicapai dengan mengadakan survey langsung dan pemetaan perilaku pada
sebuah pusat terapi autis yang telah ada di Medan. Pemetaan tersebut berisi perilaku para terapis, anak-anak, orang tua murid dan lain-lain pada saat berlangsungnya terapi
dan sesudah terapi selesai. Dengan demikian, kerangka penghunian ini dapat menghubungkan lingkungan
fisik dengan manusia pengguna dan kebutuhannya secara lebih tepat atau lebih sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Metodologi Desain Cybernetics