Konsep Ruang Terapi Bermain Konsep Ruang Terapi Sosial

4.2 Konsep Ruang Terapi Bermain

Dari proses desain yang telah dijabarkan pada Bab III maka diperoleh konsep untuk perancangan ruang terapi bermain, yaitu sebagai berikut: a. Penggunaan sudut-sudut ruangan yang sering tidak terpakai sebagai area imajinasi anak Gambar 4.8. Gambar 4.8 Konsep Pembagian Zoning Area Ruang Bermain Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara b. Bukaan pencahayaan alami lebih diutamakan Gambar 4.9. c. Penggunaan elemen-elemen yang lembut dan dapat meransang sensor fisik dan motorik anak, seperti kursi beanbag, sofa busa, karpet, permainan- permainan Gambar 4.10. Bukaan berada pada sisi utara dan selatan ruang untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke bangunan. Gambar 4.9 Konsep Bukaan dan Pencahayaan Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.10 Beanbag, Sofa dan Permainan-Permainan Puzzle Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara d. Ruang kelas imajinatif Gambar 4.11. e. Transparansi yang jelas pada ruang sehingga anak merasa aman karena merasa diawasi Gambar 4.12. Gambar 4.11 Ruang Kelas Imajinatif Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.12 Transparansi pada Dinding Ruang sehingga Anak Merasa Diawasi Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara f. Warna-warna yang dibutuhkan adalah warna pastel dengan intensitas tidak penuh Gambar 4.13.

4.3 Konsep Ruang Terapi Sosial

Dari proses desain yang telah dijabarkan pada Bab III maka diperoleh konsep untuk perancangan ruang terapi sosial, yaitu sebagai berikut: j. Ruang yang dapat memusatkan perhatian Gambar 4.14. Gambar 4.13 Contoh Warna Pastel Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Ruang memiliki pola orientasi terpusat untuk memusatkan perhatian anak Gambar 4.14 Konsep pola orientasi ruang terpusat Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara k. Ruang yang dibutuhkan tidak terlalu besar, cukup untuk 3 anak dan 2 terapis lengkap dengan meja dan kursi Gambar 4.15. l. Tidak ada bukaan seperti jendela kaca yang dapat mengganggu konsentrasi ketika sedang melakukan kegiatan terapi. Pencahayaan yang tidak langsung, agar mereka merasa lebih nyaman Gambar 4.16. Gambar 4.15 Konsep Kebutuhan Kursi dan Meja pada Ruang Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.16 Konsep Pencahayaan dalam Ruang Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara m. Lay out anak dibuat berbentuk huruf ā€˜U’ dengan terapis berada di tengah-tengah mereka agar kegiatan terapis dan anak autis untuk melakukan kontak mata, konsentrasi dapat berjalan dengan baik Gambar 4.17. n. Sirkulasi ruang sederhana Gambar 4.18. Gambar 4.17 Layout Perletakan Kursi dan Meja dalam Ruang Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.18 Konsep Sirkulasi dalam Ruang Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara o. Penggunaan bahan-bahan yang tidak mengandung racun, non toksik, aman, tidak licin, bentuk tidak tajam, dan lembut Gambar 4.19. p. Warna-warna yang dibutuhkan adalah warna pastel dengan intensitas tidak penuh Gambar 4.20. Gambar 4.19 Contoh Penggunaan Perabot dalam Ruang Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.20 Contoh Warna Pastel Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara

4.4 Konsep Ruang Terapi Fisik