3.3 Relevansi Tema Terhadap Kasus Proyek
3.3.1 Studi sindrom gan gg
uan autis Istilah autisme dikemukakan oleh Dr Leo Kanner pada 1943. Ada banyak
definisi yang diungkapkan para ahli. Chaplin menyebutkan: “Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri,
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri”.
Pakar lain mengatakan: “Autisme adalah ketidaknormalan perkembangan yang sampai sekarang tidak ada penyembuhannya dan gangguannya tidak hanya
mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar dan berfungsi di dunia luar tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan hubungan dengan anggota keluarganya.”
Semua masalah perilaku anak autis menunjukkan 3 serangkai gangguan yaitu: kerusakan di bidang sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada anak
autistik adalah: a.
Perkembangan hubungan sosial yang terganggu. b.
Gangguan perkembangan dalam komunikasi verbal dan non-verbal. c.
Pola perilaku yang khas dan terbatas. d.
Manifestasi gangguannya timbul pada tiga tahun yang pertama. Teori awal menyebutkan, ada 2 faktor penyebab autisme, yaitu faktor
psikososial, karena orang tua “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi
Universitas Sumatera Utara
“dingin” pula; dan Teori gangguan neuro-biologist yang menyebutkan gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak.
Gangguan autisme mulai tampak sebelum usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih banyak pada anak laki-laki dengan ciri fungsi abnormal dalam tiga bidang: interaksi
sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang, sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan maupun keinginannya yang mengakibatkan hubungan
dengan orang lain menjadi terganggu. Gangguan perkembangan yang dialami anak autistik menyebabkan tidak belajar dengan cara yang sama seperti anak lain seusianya
dan belajar jauh lebih sedikit dari lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain. Autisme merupakan kombinasi dari beberapa kegagalan perkembangan, biasanya
mengalami gangguan pada: a.
Komunikasi, perkembangan bahasa sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan makna yang
dimaksud. Lebih sering berkomunikasi dengan menggunakan gesture dari pada kata-kata; perhatian sangat kurang.
b. Interaksi Sosial, lebih senang menyendiri dari pada bersama orang lain;
menunjukkan minat yang sangat kecil untuk berteman; response terhadap isyarat sosial seperti kontak mata dan senyuman sangat minim.
c. Gangguan Sensorik, mempunyai sensitifitas indra penglihatan, pendengaran,
peraba, pencium dan perasa yang sangat tinggi atau bisa pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
d. Gangguan Bermain, anak autistik umumnya kurang memiliki spontanitas
dalam permainan yang bersifat imajinatif; tidak dapat mengimitasi orang lain; dan tidak mempunyai inisiatif.
e. Perilaku, bisa berperilaku hiper-aktif ataupun hipo-pasif; marah tanpa sebab
jelas; perhatian yang sangat besar pada suatu benda; menampakkan agresi pada diri sendiri dan orang lain; mengalami kesulitan dalam perubahan
rutinitas. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya menyertai gejala autisme seperti
yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan hidup normal.
Namun intervensi behavioral, biologis, dan edukasional terbukti dapat dijadikan alat untuk mengurangi efek-efek autisme yang merusak.
No Gejala-gejala autis Ilustrasi
1 Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.
2 Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya.
3 Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata.
Tabel 3.1 Gejala-Gejala Autis
Universitas Sumatera Utara
No Gejala-gejala autis Ilustrasi
4 Tidak peka terhadap rasa sakit.
5 Lebih suka menyendiri; sifatnya agak
menjauhkan diri.
6 Suka benda-benda yang berputar memutarkan
benda.
7 Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan.
8 Hiperaktifmelakukan kegiatan fisik secara
berlebihan atau malah tidak melakukan apapun
terlalu pendiam. 9
Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka menggunakan isyarat atau menunjuk
dengan tangan daripada kata-kata.
10 Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin.
Tabel 3.1 Lanjutan
Universitas Sumatera Utara
No Gejala-gejala autis Ilustrasi
11 Tidak peduli bahaya.
12 Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama.
13 Echolalia mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa.
14 Tidak suka dipeluk disayang atau menyayangi.
15 Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli.
16 Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa.
17 Tentrums, suka mengamukmemperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas.
18 Kecakapan motorik kasarmotorik halus yang tidak seimbang seperti tidak mau menendang
bola namun dapat menumpuk balok-balok. Tabel 3.1 Lanjutan
Sumber : www.autis.co.id
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Jenis-jenis terapi autis
Dibawah ini terdapat 10 jenis terapi yang benar-benar diakui dan dilakukan oleh para professional. Terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak
membutuhkan jenis terapi yang berbeda. a.
Applied Behavioral Analysis ABA, sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement hadiahpujian.
b.
Terapi Wicara, membantu anak dengan autisme mempunyai kesulitan
dalam bicara dan berbahasa, individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang, dan mereka yang tidak mampu
untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasiberinteraksi dengan orang lain Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Terapi Wicara Sumber: www. google.com
Universitas Sumatera Utara
c. Terapi Okupasi, sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot