Konsep Ruang Terapi Fisik Kriteria Perancangan Ruang Terapi One-on-One

4.4 Konsep Ruang Terapi Fisik

Dari proses desain yang telah dijabarkan pada Bab III maka diperoleh konsep untuk perancangan ruang terapi fisik, yaitu sebagai berikut: h. bukaan pencahayaan alami lebih diutamakan Gambar 4.21. i. Penggunaan elemen-elemen yang dapat meransang sensor fisik dan motorik anak, seperti peralatan fisioterapi Gambar 4.22. Bukaan berada pada sisi utara dan selatan ruang untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke bangunan. Gambar 4.21 Konsep Bukaan dan Pencahayaan Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.22 Peralatan Fisioterapi Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara j. Transparansi yang jelas pada ruang sehingga anak merasa aman karena merasa diawasi Gambar 4.23. k. warna-warna yang dibutuhkan adalah warna pastel dengan intensitas tidak penuh Gambar 4.24. Gambar 4.23 Transparansi pada Dinding Ruang Spsehingga Anak Merasa Diawasi Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Gambar 4.24 Contoh Warna Pastel Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 RUMUSAN KRITERIA PERANCANGAN FISIK

5.1 Kriteria Perancangan Ruang Terapi One-on-One

5.1.1 Kebutuhan ruang Kapasitas ruangan adalah untuk 2 orang yaitu 1 terapis dan 1 anak-anak. Layout ruang sederhana, hanya berisi 1 meja, 2 kursi, 1 lemari penyimpanan. Berikut tabel tentang kebutuhan ruang terapi Tabel 5.1. Tabel 5.1 Kriteria Luasan Ruang Terapi One-on-One Jenis Ruang Kapasitas pemakai Perabotan Sirkulasi Luas Ruang Ruang terapi one- on-one 2 orang: 1,2m x 2 = 2,4m 1 Meja 2 1m x 1m = 1m 40 x 2,4m 2 2 + 1m 2 + 0,5m 2 + 1,25m 2 = 2,06m 7,21 m 2 2 2 Kursi 0,5m x 0,5m = 0,25m 2 2 = 0,5m 2 1 storage 2,5m x 0,5m = 1,25m 2 Sumber: Analisa pribadi, 2013 5.1.2 Bentuk dan dimensi perabotan Perabotan yang diperlukan pada ruang terapi ini adalah 1 meja, 2 bangku dan 1 lemari penyimpanan. a. Meja. Meja berbentuk persegi dengan ukuran 1m x 1m, dengan tinggi 0,5m. Terbuat dari material yang ringan dan tidak licin seperti bahan plastic. Sudut-sudut meja dibuat tidak tajam untuk keamanan anak dan menghindari luka Gambar 5.1. Gambar 5.1 Dimensi dan Bentuk Meja Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara b. Bangku. Kursi berbentuk persegi dengan ukuran 0,5m x 0,5m, dengan tinggi 0,3m. Terbuat dari material yang ringan dan tidak licin seperti bahan plastik. Sudut-sudut kursi dibuat tidak tajam untuk keamanan anak dan menghindari luka Gambar 5.2. 5.1.3 Pencahayaan ruang Pencahayaan ruang menggunakan pencahayaan buatan dengan sistem indirect lighting pada plafon sehingga tidak mengurangi konsentrasi anak yang disebabkan oleh silau yang diberikan oleh pencahayaan langsung. 5.1.4 Penggunaan warna dan material di ruangan Pada lantai menggunakan material yang tidak keras, tidak bertekstur kasar maupun tidak licin. Material yang cocok digunakan adalah vinyl. Hal ini disebabkan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan anak dan mengurangi efek luka yang disebabkan oleh material lain jika anak terjatuh Gambar5.3. Gambar 5.2 Dimensi dan Bentuk Bangku Sumber: Hasil Perancangan, 2013 Universitas Sumatera Utara Pada dinding menggunakan finishing berupa sound absortion panel panel penyerap suara yang dimaksudkan untuk mengurangi kebisingan dari luar ruangan sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus anak saat melakukan terapi. Material akustik tersebut adalah busa yang dilapisi bahan kulit sehingga tidak tajam, keras dan aman untuk anak-anak Gambar 5.4. Sedangkan untuk warna, sebaiknya menghindari warna mencolok karena akan menimbulkan kegelisahan dan keinginan anak untuk selalu marah. Warna-warna lembut dan monokromatik dapat diaplikasikan ke dinding ruangan. Hijau pastel adalah warna yang cocok digunakan karena memiliki efek psikologis warna yaitu menyeim b an g kan ener g i tu b uh, mem b antu proses penyem b uhan Gambar 5.5. Gambar 5.3 Material Vinyl untuk Lantai dan Contoh Pemakaian pada Lantai Sumber: www.google.com Universitas Sumatera Utara 5.1.5 Posisi ruang dalam bangunan Ruang terapi one-on-one tidak memerlukan pencayaan alami, sehingga ruangan tersebut memerlukan dinding masif dan tidak memiliki bukaan-bukaan. Ruangan sebaiknya diletakkan pada area yang tidak berbatasan dengan sumber kebisingan dari luar bangunan seperti jalan raya, maupun dari dalam bangunan seperti ruang penerima, ruang tunggu dan kafetaria Gambar 5.6. Akses dalam bangunan manuju ke ruangan menggunakan akses sirkulasi linear dengan saru pintu masuk yang tidak membingungkan bagi anak-anak Gambar 5.7. Gambar 5.4 Material Sound Absortion Panel untuk Dinding Sumber: www.google.com Gambar 5.5 Pilihan Warna untuk Dinding Sumber: www.google.com Universitas Sumatera Utara

5.2 Kriteria Perancangan Ruang Terapi Bermain