Klasifikasi Ketunanetraan Pengertian Tunanetra

Menurut Somantri, dari kondisi-kondisi diatas umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Dari penjabaran diatas, penulis mendefeniskan tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan visual sebagai saluran penerima informasi baik sebagianterbatas low vision maupun tidak sama sekali total blind sehingga mempengaruhi kehidupannya sehari-hari dibandingkan dengan orang awas. Dalam pengertiannya, penulis menarik kesimpulan bahwa tunanetra tidaklah sepenuhnya atau kedua-duanya indera penglihatannya tidak berfungsi tetapi keterbatasan visualisasi juga dapat dikelompokkan sebagai tunanetra.

2.2.1 Klasifikasi Ketunanetraan

Tunanetra, ialah berkekurangan dalam segi fisik, khususnya penglihatan. Sesungguhnya gradasi kekurangan penglihatan pada setiap anak tidak sama. Sesuai dengan kenyataan yang ada dewasa ini seorang disebut tunanetra ialah yang telah betul- betul tidak dapat melihat. Klasifikasi ketunanetraan menurut Pradopo 1977, secara garis besarnya dapat juga dibagi dua yaitu: Pertama: Waktu terjadinya kecacatan, yakni sejak kapan anak menderita tunanetra. 1. Penderita tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. 2. Penderita tunanetra sesudah lahir atau pada usia kecil, yang sudah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. 3. Penderita tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja. Kesan-kesan visual meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. 4. Penderita tunanetra pada usia dewasa, yang dengan segala kesadaran masih mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. Kedua : Pembagian berdasarkan kemampuan daya lihat Universitas Sumatera Utara 1. Penderita tunanetra ringan devective visionlow vision, yakni mereka yang mempunyai kelainan atau kekurangan daya penglihatan, seperti penderita rabun, juling, myiopia ringan. 2. Penderita tunanetra setengah berat partially sighted, yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan. Mereka hanya bisa membaca tulisan- tulisan berhuruf tebal dengan menggunakan kacamata pembesar. 3. Penderita tunanetra berat totally blind, mereka yang sama sekali tidak dapat melihat, atau yang oleh masyarakat disebut “buta”. p.12-13 Menurut Somantri 2007,: “lebih sederhana menggolongkan tunanetra dalam dua kelompok, yakni: 1. Buta Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar visusnya= nol 2. Low Vision Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 621, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar” p.66. Slayton French dalam Pradopo 1977 menggolongkan para penderita tunanetra sebagai berikut: 1. Buta total, ialah mereka yang sama sekali tidak dapat membedakan antara gelap dan terang. Indera penglihatannya demikian rusak atau kedua matanya sama sekali telah dicabut. 2. Penderita tunanetra yang masih sanggup membedakan antara gelap dan terang, dalam wujud bayangan obyek, melalui sinar langsung atau reflek cahaya. 3. Penderita tunanetra yang masih sanggup membedakan terang dan gelap serta warna, sampai ke tingkat pengenalan bentuk dan gerak obyek, melalui sinar langsung atau reflek cahaya. 4. Penderita tunanetra yang kekurangan daya penglihatan defective vision, di mana mereka dengan pertolongan alat atau kacamata masih mampu memperoleh pengalaman visuil yang cukup. 5. Buta warna, yakni mereka yang mengalami gangguan penglihatan sehingga tidak dapat membedakan warna-warna tertentu. p.13. Universitas Sumatera Utara Menurut Howard dan Orlansky dalam Kasim 2009,: “klasifikasi didasarkan pada kelainan-kelainan yang terjadi pada mata, yaitu: Kelainan ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada mata. Hal ini terjadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain : - Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa negatif. - Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif. - Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.” Berdasarkan pandangan di atas, penulis bisa menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang indra penglihatannya sebagian masih mampu menerima rangsang cahaya atau kedua-duanya sama sekali tidak bisa berfungsi untuk kegiatan visual apapun.

2.2.2 Kebutuhan Informasi Penyandang Cacat

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

6 79 143

Pubertas Pada Anak Tunanetra (Studi Etnografis Mengenai Masa Pubertas Anak Tunanetra di Sekolah Karya Murni, Medan Johor)

3 83 134

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik

0 7 115

Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

0 4 167

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENGGUNA TUNANETRA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR.

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 9

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 13

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENYANDANG TUNANETRA DALAM MENGAKSES INFORMASI MENGGUNAKAN KOMPUTER BERBICARA (SOFTWARE NVDA) DI PERPUSTAKAAN SLB–A (SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA) PRPCN (PANTI REHABILITASI PENYANDANG CACAT NETRA) PALEMBANG (Skripsi) -

0 3 204