Kebutuhan Informasi Teori Informasi

o Informasi disajikan dengan lengkap tanpa pengurangan, penambahan, dan pengubahan.  Tepat waktu o Infomasi harus disajikan secara tepat waktu, karena menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.  Relevansi o Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi, jika Informasi tersebut dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.  Mudah dan murah o Apabila cara dan biaya untuk memperoleh informasi sulit dan mahal, maka orang menjadi tidak berminat untuk memperolehnya, atau akan mencari alternatif substitusinya. p.16-17. Penulis menambahkan bahwa bukan hanya pada benda atau tempat tercipta informasi tetapi juga pada setiap individu. Manusia mampu menciptakan, mengelola, mengembangkan, menyebarkan, mengaplikasikannya bahkan menjadikan sesuatu menjadi informasi yang spektakuler melalui media komunikasi untuk melayani kebutuhan informasi masyarakat luas maupun khusus, seperti peneliti atau ilmuwan. Dengan kata lain, individu adalah sumber sekaligus saluran utama informasi. Hasil karya cetak dan karya rekam tersebut seperti yang dituliskan dalam Undang-Undang No. 41990 diserahkan di perpustakaan nasional sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keputusan ini menjadikan perpustakaan sebagai satu-satunya pusat informasi yang tiada bandingnya.

2.1.2 Kebutuhan Informasi

Informasi dewasa ini telah menjadi kebutuhan utama manusia. Dalam segala aspek kehidupan, hampir semuanya membutuhkan informasi. Menurut Yusup 2009, “Tujuan utama pemerolehan informasi adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan konsisten dari aspek-aspek kegiatannya dengan pengadaan biaya yang relatif murah.“ p.346. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa ketidaktahuan. Semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah Universitas Sumatera Utara pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sekarang, orang praktisi tidak dapat hidup tanpa informasi. Dikaitkan dengan lingkungan yang merangsang timbulnya kebutuhan, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai sumber penampung informasi, atau media komunikasi informasi, Katz, Guerevitch, dan Haas yang dikutip oleh Tan, dalam Yusup 2009 mengusulkan: “ada banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, antara lain: 1. Kebutuhan Kognitif Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya yang kemudian dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang. 2. Kebutuhan Afektif Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media dalam hal ini juga sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. 3. Kebutuhan Integrasi Personal Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. 4. Kebutuhan Integrasi Sosial Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. 5. Kebutuhan Berkhayal Escapist Needs Kebutuhan berkhayal escapist needs dikaitkan dengan kebutuhan- kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan diversion.” p.338. Memang harus diakui bahwa tingkat kebutuhan setiap manusia akan terus bertambah apalagi menyangkut kebutuhan informasi. Seorang anak kecil cenderung hanya memikirkan hal yang sederhana tentang dirinya sendiri, misalnya makanan ataupun mainan favorit, namun ketika ia semakin dewasa ia berusaha untuk mencari jati dirinya yang sebenarnya yakni menggapai cita-citanya yang sebisa dia lakukan. Ketika berkeluarga, kebutuhan informasi orang tersebut bertambah yakni bagaimana memajukan taraf kehidupan keluarga istrisuami dan anak-anaknya. Setelah tua, orang tersebut pun masih memikirkan bagaimana kelanjutan kehidupannya di masa tua, juga kehidupan yang lebih baik bagi anak cucunya. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dikemukakan oleh, Katz, Gurevich, dan Has dalam Tan yang dikutip oleh Yusup 2009, melalui penelitian mereka menemukan bahwa “orang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.” p.339. Jadi bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kehidupan seseorang maka semakin tinggi kebutuhan yang diperlukan dan semakin kompleks juga masalah- masalah yang dihadapi dan perlu dipecahkan serta tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Ini menandakan bahwa tanpa kita sadari kebutuhan informasi akan terus bertambah dari waktu ke waktu dan sumber informasi di dunia ini pun terus bertambah. Begitu juga dengan seorang penyandang cacat, sekalipun memiliki keterbatasan dalam segi fisik, seorang penyandang cacat juga pasti memiliki kebutuhan informasi. Belkin dalam Thomas 2004 menyatakan, “information needs can more usefully be addressed if they are considered information “problem”. These problems arise whenever a person realizes that “his or her state of knowledge” is not sufficient in quantity or quality to make a decision or reach goal.” p.65. Artinya: Kebutuhan informasi dapat lebih berfungsi dan terarah jika mereka mempertimbangkan “masalah” informasi. Masalah ini muncul ketika seseorang menyadari bahwa “keberadaan dari pengetahuannya” tidaklah cukup dalam hal kuantitas maupun kualitas untuk membuat sebuah keputusan atau mencapai suatu sasaran.” Dari penjelasan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kebutuhan informasi adalah relatif. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda begitu juga dengan kelompok tertentu dikarenakan masalah-masalah sosial yang berbeda diantara satu sama lain. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, sebagai penunjang kegiatannya, dan sebagai pemenuhan kebutuhannya. Grover dalam Thomas 2009, mengemukakan empat langkah untuk mengetahui kebutuhan akan informasi yang dikenal dengan istilah: “model for diagnosing information needs” yaitu terdiri dari : diagnosis diagnosa, prescription instruksi, treatment perawatan, dan evaluation evaluasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 2: model for diagnosing information needsBy: Grover Sumber: Thomas 2009 Menurut penjelasan Grover, yang dikutip oleh Thomas 2009 tentang langkah- langkah untuk mengetahui kebutuhan informasi adalah: Dalam tahap Diagnosa, Penyedia informasi harus menanyakan “apa”, “dimana”, dan “kapan” dari pengguna topik informasi atau kebutuhan. Bagaimanapun pertanyaan utama yang harus dijawab adalah “siapa”. Menurut Grover, faktor untuk mempertimbangkan mencakup level pengetahuan bahasa individu, taraf pengembangan, gaya kognitif, wawasan, format prefence, budaya dan keterampilan teknologi. Umur, gender, gaya komunikasi, dan kecakapan Bahasa Inggris juga boleh menjadi berhubungan erat pada fase diagnose. Informasi ini kemudian digunakan dalam tahapan kedua atau tahap instruksi dari model penentuan relevansi dan kesesuaian dari sumber yang spesifik tersedia pada koleksi, online, atau pada perpustakaan lain yang akan bertemu dengan kebutuhan pengguna. Pencari informasi dan sumber informasi diidentifikasikan oleh pustakawan yang mana digabungkan pada siklus tahapan perlakuan; pada tahapan evaluasi, pustakawan mengkaji proses pelayanan untuk kepuasan pengguna dengan sumber informasi yang tersedia. Pertanyaan penting untuk dijawab pada tahap evaluasi adalah, bagaimanapun, berhubungan dengan kebutuhan informasi diungkapkan pada awalnya. Apakah Universitas Sumatera Utara masalah pengguna telah dipecahkan? ” kalau jawaban ke pertanyaan ini adalah tidak, proses mulai berakhir lagi dan diulangi hingga pengguna terpuaskan.” p.63 Bagi siswa, peranan guru sangatlah penting. Untuk menjadikan informasi berfaedah besar bagi siswa, maka salah satu hal yang bisa dilakukan adalah memberikan instruksi pelayanan kebutuhan informasi. Apapun informasi yang diterima akan mempengaruhi kepribadian siswa, Oleh sebab itu informasi harus benar-benar dipastikan diperoleh dengan baik. Informasi akan hanya menjadi sekedar informasi dan bahkan hanya menjadi pengetahuan belaka, tidak ada faedahnya ketika tidak diaplikasikan bagi kehidupan. Seorang tunanetra akan menjadi luar biasa, berbeda dari tunanetra lainnya ketika adanya peranan para stakeholders yang memiliki kepedulian dan sungguh-sungguh mengajari mereka. Intinya ialah, semua orang tanpa kecuali baik orang awas maupun penyandang cacat termasuk tunanetra membutuhkan informasi, kedua-duanya punya hak yang sama dalam mendapatkan informasi karena informasi adalah kebutuhan mutlak setiap individu.

2.1.3 Pencarian Informasi

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

6 79 143

Pubertas Pada Anak Tunanetra (Studi Etnografis Mengenai Masa Pubertas Anak Tunanetra di Sekolah Karya Murni, Medan Johor)

3 83 134

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik

0 7 115

Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

0 4 167

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENGGUNA TUNANETRA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR.

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 9

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 13

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENYANDANG TUNANETRA DALAM MENGAKSES INFORMASI MENGGUNAKAN KOMPUTER BERBICARA (SOFTWARE NVDA) DI PERPUSTAKAAN SLB–A (SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA) PRPCN (PANTI REHABILITASI PENYANDANG CACAT NETRA) PALEMBANG (Skripsi) -

0 3 204