Perilaku Pencarian Informasi Model Perilaku Pencarian Informasi

penghargaan dari atasannya stimulus baru, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. p:133 Menurut Noatoatmodjo 2007, dilihat dari respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua. 1. Perilaku tertutup covert behaviour. Respons atau reaksi terhadap stimulus yang masih tebatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebuat dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka overt behaviour Respons terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.” p.134. Yusup 2009 menyatakan, “Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitar.” p.274. Maksudnya ialah, manusia merekam setiap pengaruh dari luar kedalam dirinya. Winch dalam Yusup 2009, juga menjelaskan bahwa: “perilaku manusia bisa diprediksi sebab orang dalam bertindak selalu mempunyai tujuan-tujuan dalam berbagai pilihan…Perilaku tersebut memang dipilih oleh seseorang guna mencapai tujuan- tujuannya.” p.181. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian perilaku adalah reaksi atau tindakan yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap efek yang ditimbulkan oleh lingkungan disekitarnya yang secara langsung ataupun tidak langsung menimbulkan pengaruh pada diri individu tersebut.

2.3.1 Perilaku Pencarian Informasi

Rasa ingin tahu seseorang timbul karena keinginan untuk berusaha menambah pengetahuannya dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Krech, Crutchfield, dan Ballachey dalam Yusup 2009, menjelaskan bahwa “karena adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah sosial maka seseorang termotivasi untuk mencari pengetahuan bagaimana caranya dapat memecahkan masalah tersebut.” p.339. Universitas Sumatera Utara Wilson 1999 mempublikasikan tentang pencarian informasi dalam sebuah artikel. Agar lebih mudah dipahami, Wilson mengemasnya dalam bentuk gambar. Tujuan dari model ini adalah untuk menguraikan secara singkat berbagai area yang tercangkup dalam perilaku pencarian informasi, sebagai suatu alternatif kepada kebutuhan informasi umum. Model tersebut menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi muncul sebagai konsekuensi suatu kebutuhan yang dirasa oleh seorang pengguna informasi, yang dalam rangka mencukupi kebutuhan itu, membuat permintaan atas jasa atau sumber informasi formal atau informal, yang mengakibatkan sukses atau gagal untuk menemukan informasi yang relevan. Jika sukses, individu kemudian menggunakan informasi yang ditemukan dan boleh secara penuh atau sebagian dirasa cukup mencukupi kebutuhan, atau jika gagal harus mengulangi pernyataan proses pencarian. Model juga menunjukkan bahwa bagian dari perilaku pencarian informasi boleh melibatkan orang lain melalui pertukaran informasi dan bahwa informasi yang dirasa bermanfaat mungkin diberikan kepada orang lain, seperti halnya digunakan atau sebagai ganti digunakan dengan orang atau dirinya. Gambar berikut adalah model perilaku pencarian informasi, suatu variasi dari model yang diciptakan Wilson pada 1981. Gambar 5: Model perilaku pencarian informasi yang diciptakan Wilson pada 1981. Sumber: Wilson 1999 Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Model Perilaku Pencarian Informasi

Model menurut KBBI, artinya pola contoh, acuan, ragam, dsb dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Jadi model perilaku pencarian informasi dapat diartikan sebagai pola kegiatan pokok yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang tertentu yang memiliki rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi berbagai infomasi. Membahas tentang model pencarian informasi, perilaku memiliki banyak teori, yakni: Model Kuhlthau pada tahun 1991, model langkah-langkah perilaku pencarian information model of the stages of information-seeking behavior Model yang diciptakan Wilson pada tahun 1981 model perilaku pencarian informasi model of information-seeking behavior, dan Model Wilson 1996 model yang memperluas model 1981 nya melalui suatu analisa literatur selain dari ilmu pengetahuan informasi. Model Ellis yang diciptakan tahun 1989 dan 1993, model perilaku strategi pencarian informasi behavioural model of information seeking strategies, dan model Limberg: Teori Phenomenographic pembelajaran Phenomenographic learning theory.

2.3.2.1 Model Kuhlthau

Langkah-Langkah dari Model Kuhlthau dalam Thomas 2009 adalah inisiasi initiation, pemilihan selection, explorasi exploration, perumusan formulation, koleksi collection dan presentasi presentation. Gambar 6: Model Pencarian Informasi Kuhlthau Sumber: Thomas 2009:31 Universitas Sumatera Utara Tahap pertama yang dirumuskan Kuhltau dalam ISP information search process adalah “Inisiasi.” Tahap ini adalah ketidak-pastian atau kebimbangan, terutama sekali ketika seseorang kekurangan pengetahuan pokok materi dan suatu pemahaman tentang suatu informasi sehingga dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Tahapan kedua adalah “tahap seleksi.” Tahapan ini adalah titik pada proses ketika seseorang memilih satu pertanyaan untuk dieksplorasi atau satu topik dimana mereka punya ketertarikan. Seseorang umumnya mengalami perasaan optimis selama langkah ini. Tahap selanjutnya adalah “eksplorasi,” ketika seseorang memulai pencarian informasi pada satu topik yang mereka sedikit diketahui, kebingungan adalah sesuatu yang khas, terutama ketika memasuki ketidak-tetapan dan ketidak-cocokan informasi dengan ide dan pengertian mereka tentang topik yang telah mereka kuasai. Tantangan pada langkah ini adalah bagaimaan membuat informasi menjadi masuk akal, beberapa mungkin bertentangan dengan pengetahuan awal atau gagasan dugaan sebelumnya. Ketika menghadapi informasi ketidaktetapan dan ketidakcocokan informasi dengan harapan mereka, mereka biasanya mulai meragukan kesesuaian topik, keakutan dari sumber informasi, dan kemampuan mereka sendiri. Tahap keempat adalah “formulasi fokus”, pada tahap ini seseorang mempersempit atau memperbaiki ulang topik mereka untuk menunjukkan dengan tepat informasi yang diperlukan dalam mempersiapkan aktivitas koleksi yang selanjutnya. fokus ini memungkinkan untuk menciptakan pernyataan disertasi sebaik mungkin untuk merumuskan satu segi pandangan pribadi sekitar topik. Pada langkah ini proses pencarian menunjukkan peningkatan daya tarik berhubungan dengan topik dan proyek. Selama proses tahap koleksi tahap ke lima, seseorang mempelajari tentang tugas pengumpulan informasi, kemudian di presentasikan pada tahap presentasi. Tahap terakhir adalah tahap presentasi. Saat seseorang mempersiapkan untuk mengorganisir informasi mereka, untuk membuat hubungan antara beberapa gagasan, dan untuk menyajikan tugas mereka pada format terpilih, mereka merasa bebas bahwa pencarian selesai dan mereka terpuaskan atau kecewa dengan hasil pencarian. p.33 Universitas Sumatera Utara

2.3.2.2 Model Wilson

Model kedua adalah model Wilson yang diciptakan pada tahun 1981, dalam Wilson 1999, didasarkan dua dalil utama: pertama, kebutuhan informasi itu bukanlah suatu kebutuhan utama, tetapi suatu kebutuhan sekunder yang muncul keluar dari kebutuhan terhadap sesuatu yang lebih dasar; dan kedua, yaitu didalam usaha untuk menemukan informasi untuk mencukupi suatu kebutuhan, penelusur mungkin bertemu dengan penghalang dari macam yang berbeda. Wilson mengusulkan bahwa kebutuhan dasar dapat digambarkan sebagai fisiologis, kognitif atau afektif. Ia juga mencatat bahwa konteks tentang salah satu dari kebutuhan ini mungkin adalah diri seseorang, atau permintaan peran dari pekerjaan seseorang atau kehidupan seseorang, atau lingkungan politik, ekonomi, teknologi, dll. dimanapun kehidupan atau pekerjaan itu berlangsung. Ia kemudian menyatakan bahwa penghalang yang merintangi pencarian informasi akan muncul keluar dari satuan konteks yang sama. Model ini ditunjukkan dalam suatu versi yang disederhanakan, yang juga menunjukkan perilaku pencarian seperti yang pernah digambarkan oleh Ellis. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 7. Dalam Model Wilson pada tahun 1996, Model kerangka dasar yang diciptakan pada tahun 1981 tetap berlaku. Ciri yang khas dalam model ini adalah adanya variable perantara yang mendukung penggunaaan informasi, yakni: - keadaan psikologis seseorang - situasi demografis seperti kelas sosial seseorang dan budaya lingkungan tempat tinggal pencari informasi. Misalnya, siswa yang tinggal di desa berbeda perilaku pencarian informasinya, juga media informasinya. interpersonal atau kepribadian maupun karakter individu, ataupun posisi seseorang tersebut di masyarakat - lingkungan hidup dan kebiasaan-kebiasan dilingkungan sekitar - karakteristik sumber informasi: Karakter media informasi yang digunakan berkaitan dengan kondisi demografis dan interpersonal seseorang. Universitas Sumatera Utara Gambar 7: Model Perilaku Pencarian Informasi dari Wilson Sumber: Wilson 1999 Gambar berikut menjelaskan tantang modifikasi model yang diciptakan Wilson pada tahun 1996. Gambar 8: Model Wilson 1996 Sumber : Wilson 1999 Universitas Sumatera Utara

2.3.2.3 Ellis

Willson 1999 Menjelaskan model ciptaan Ellis sebagai berikut: Dimulai dari starting, pada tahap ini seseorang telah mengidentifikasi informasi apa yang ia butuhkan Pencari informasi kemudian melanjutkannya pada tahap kedua yang terdiri dari tiga rangkaian yang saling berhubungan yaitu: browsing pencarianpenelusuran, chaining rangkaian dan monitoring pengawasan. Browsing adalah mencari informasi secara langsung pada jajaran rak buku perpustakaan atau menelusur di internet. Chaining rangkaian artinya menelusur catatan kaki atau bahan rujukan referensi yang membahas informasi yang sama. Dan Monitoring adalah melakukan pengawasan pada informasi yang tersedia, apakah informasi tersebut berasal dari sumber terpercaya dan juga kemutakhiran informasi tentu saja ikut diperhatikan. Setelah selesai dari tahapan ke-dua, maka dilanjutkan pada tahap ketiga yaitu tahap differentiating atau memilah-milah informasi yang terkumpul, dan menghimpun informasi yang cukup relevan sesuai dengan kebutuhan. Tahap selanjutnya adalah tahap Extracting, dimana pencari informasi mengekstrak informasi, meringkas, mengambil intisari atau memotong bagian-bagian terpenting dari suatu informasi untuk lebih mudah dibaca dan dipahami. Tahap ke-empat adalah tahap verifikasi, pemeriksaan ulang terhadap informasi yang terkumpul, apakah informasi tersebut akurat, berasal dari pakar atau sumber terpercaya dan apakah informasi tersebut bias diterima oleh akal atau tidak. Tahap terakhir adalah Ending, pada tahap ini pencari informasi menghentikan pencarian karna informasi yang terkumpul telah dirasa cukup dan sesuai dengan kebutuhan. Gambar 9: Model Ellis Sumber: Willson 1999 Universitas Sumatera Utara

2.3.2.4 Teori Limberg

Teori Limberg dalam Yususp 2009 tentang “Phenomenographic learning theory adalah contoh teori belajar yang menjelaskan pengalaman menelusur atau mencari informasi dalam belajar. Hasilnya antara lain adalah ditemukannya tiga pengalaman utama yang meliputi: a fact-finding penemuan fakta, b balancing information in order to make correct choices pemilihan informasi secara tetap, dan c scrutizing and analyzing pendalaman dan analisa. Teori belajar ini sangat kental dengan model-model pencarian informasi di perpustakaan dan internet. p.238

2.4 Media Layanan Jasa Pencarian Informasi untuk Tunanetra

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

6 79 143

Pubertas Pada Anak Tunanetra (Studi Etnografis Mengenai Masa Pubertas Anak Tunanetra di Sekolah Karya Murni, Medan Johor)

3 83 134

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

Perilaku Mahasiswa Tunanetra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Akademik

0 7 115

Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta

0 4 167

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA TUNANETRA (SLB-A) Budaya Belajar Matematika Pada Siswa Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB-A) (Studi Etnografi Di SLB-A YKAB Surakarta).

0 4 14

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENGGUNA TUNANETRA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR.

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 9

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tunanetra di Sekolah Luar Biasa/A (SLB/A) Karya Murni Medan Johor

0 0 13

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI PENYANDANG TUNANETRA DALAM MENGAKSES INFORMASI MENGGUNAKAN KOMPUTER BERBICARA (SOFTWARE NVDA) DI PERPUSTAKAAN SLB–A (SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA) PRPCN (PANTI REHABILITASI PENYANDANG CACAT NETRA) PALEMBANG (Skripsi) -

0 3 204