“...Bisa bertanya kepada orang, bisa mendengar dari televisi atau radio gitu kak trus membaca buku Kak... Setelah itu, meminta orang mencari di internet
Kak...” “...Bertanya pada yang lebih mahir kak, dari internet jarang kak Minta tolong
pada orang awas...”
Jenis cara pencarian yang lain yang dilakukan seorang pencari informasi adalah pencarian informasi secara mandiri tanpa melibatkan orang lain maupun sumber
informasi lainnya sebagai alat bantu penemuan informasi yang dibutuhkan. Si pencari informasi hanya melakukan pencarian informasi dengan satu cara dan tidak melakukan
pencarian informasi lanjutan. Menurut pengamatan penulis di lapangan, ada dua kemungkinan mengapa seseorang melakukan pencarian informasi jenis ini.
Kemungkinan pertama adalah, si pencari informasi sudah yakin bahwa pasti menemukan informasi di lokasi ia mencari informasi dan informasi yang akan ia
temukan akurat, kemungkinan ke dua adalah si pencari informasi memiliki minat yang rendah terhadap informasi yang sedang dicari ataupun memiliki rasa ingin tahu yang
tidak cukup tinggi untuk mendorongnya melakukan pencarian informasi aktif. Salah seorang contoh pencari informasi jenis ini adalah I
12
, sesuai dengan pernyataannya: “...cari di buku cetak Kak...di kelas...”
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa perilaku informan dalam mencari informasi semuanya hampir sama. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan informan dalam mencari informasi adalah mencari di internet, bertanya kepada guru, alumni, teman dan orang awas orang normal dan mencari informasi
dengan mendengarkan TV dan atau radio.
4.2.5 Hambatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi
Tunanetra sebagai salah satu kelompok masyarakat pencari dan pengguna informasi tentu saja mengalami beberapa hambatan dalam usaha pemenuhan kebutuhan
informasinya. Sebagai masyarakat yang telah mengenal pemanfaatan teknologi informasi, mereka pun mengalami kendala ketika menggunakan teknologi. Beberapa
Universitas Sumatera Utara
masalah umum yang mereka alami adalah seperti yang disampaikan i1, i3, i5, i6, i7, i8, dan I9 berikut:
“...mmm...kalo nggak connect kak...”
“...tapi kadang-kadang komputernya lola gitu...” “...kendalanya...kadang loadingnya lama, nggak semua yang dicari dapat...”
“...pernah... ya, masalah nggak ketemulah, masalah...”
“...nggak dapat... komputernya nggak connect...” “...dari komputer, sering nggak bagus internetnya...”
“...jaringan kadang susah, giliran udah mau dapat terputus lagi...” Ternyata setelah di amati, kendala utama tunanetra dalam kegiatan pencarian
informasi dengan menggunakan media komputer dan menelusur internet adalah masalah koneksi jaringan internet yang mengalami gangguan. Dan masalah kedua berkaitan
dengan pemanfaatan teknologi informasi komputer adalah ke-tidak relevan-an informasi yang di dapatkan dengan yang informasi yang di maksudkan oleh tunanetra, hal ini
secara langsung digambarkan oleh pernyataan I
2,
I
6,
dan I
9
berikut ini: “...ya, terkadang yang kita cari belum tentu dapat kak, lain yang dicari, lain
yang didapat...” “...pernah kak...masalah nggak ketemulah...”
“...aku cari di internet juga nggak ketemu...” Kendala lain yang dialami oleh pencari informasi adalah keterbatasan waktu dan
tempat bagi mereka untuk mengakses informasi, jadi mereka tidak bisa mengakses informasi dengan sebebas-bebasnya, kendala inilah yang dialami oleh I
3
, I
4
, dan I
7
seperti pernyataan mereka berikut ini: “...kendalanya, dimana aku ada waktu mencari informasi itu kan saya sudah
rencanakan pertama, tapi kadang-kadang ada yang manggil atau ada yang harus saya kerjakan, jadinya terhambat, itulah yang sering terjadi... Kalo dari
bukunya nggak ada kak...”
Universitas Sumatera Utara
“...kalo komputer, ya misalnya sedang dipake pas pelajaran komputer...” “...kami nggak bebas keluar...”
Kendala yang hampir sama juga dialami oleh I9 ketika ingin memanfaatkan
informasi dengan menggunakan radio: “...cari informasi di radio misalnya, radio itu kadang mati, ada gangguan
radionya signal radio...”
Keterbatasan sumber informasi tercetak juga ternyata dialami oleh tunanetra di perpustakaan, hal ini menyebabkan tidak terjawabnya kebutuhan informasi tunanetra
karna minimnya buku atau sumber bacaan tercetak lainnya yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pernyataan I
4
, I
6
, I
7
, I
9
, dan I
10
berikut: “...ketika mencari informasi itu misalnya mencari buku, susahnya buku itu
nggak ada, jadi saya tidak bisa mendapat informasi...” “...atau bukunya belum ada...”
“....trus kalo bukunya nggak ada...” “...kalo di perpustakaan kan ada namanya majalah Gema Braille, nah disitu
kan nggak semuanya ada, cuma beberapa aja yang ada...” “...aku cari di perpustakaan nggak ada...”
Biaya yang dibutuhkan juga merupakan salah satu pertimbangan bagi pencari informasi untuk mengakses informasi. Biaya yang mahal bisa jadi hambatan bagi
seseorang untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, hal ini sesuai dengan pernyataan I
9
: “...kalo internet kan, termasuklah itu biaya, kan internetan di HP...”
Informan orang yang ditanyai informasi yang tidak memiliki cukup informasi untuk diberikan juga merupakan kendala bagi pencari informasi sehingga pencari
informasi merasa tidak puas terhadap keterangan yang diterima. “...pernah, waktu itu kan pernah ada tugas, aku tanya-tanya sama orang tapi
keterangannya nggak lengkap...”
Universitas Sumatera Utara
Tata ruang perpustakaan yang buruk juga mempengaruhi minat pencari informasi berkunjung ke perpustakaan atau menggunakan sumber literatur tercetak,
seperti yang disampaikan oleh i11 berikut: “...Kalo di perpus susah dapatnya Kak, kan banyak kali buku disitu...”
4.2.6 Perilaku Penerimaan Informasi