Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi Pendidikan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak suku Jawa. Selain itu juga, proporsi suku Jawa lebih banyak 35,8 dari suku yang lainnya karena penduduk kota Binjai mayoritas adalah suku Jawa BPS Kota Binjai, 2015. Hal ini sejalan apabila kita melihat pola hidup dan kebiasaan masyarakat suku Jawa. Masyarakat suku Jawa cenderung mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan glukosa, kandungan lemak yang tinggi. Pola hidup ini sangat bertentangan dengan pola hidup seseorang yang menderita DM yang harus mengonsumsi makanan yang rendah akan glukosa dan lemak namun tinggi akan serat.

5.1.4 Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut ini: Universitas Sumatera Utara 68,2 19,6 8,8 3,4 Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.4 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan agama terdapat pada agama Islam 68,20, diikuti agama Kristen Protestan 19,60, Kristen Katolik 8,80, dan proporsi terkecil terdapat pada agama Hindu 3,40. Proporsi agama Islam lebih besar dari suku yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti agama Islam lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak yang beragama Islam. Proporsi ini sesuai bila dibandingkan dengan proporsi suku yang lebih besar yaitu pada suku Jawa, dimana biasanya suku Jawa mayoritas beragama Islam. Selain itu juga, hal ini terjadi karena mayoritas penduduk kota Binjai beragama Islam BPS Kota Binjai, 2015. Universitas Sumatera Utara 55,4 23 12,2 9,4 Pendidikan SMA Akademisarjana SMP SD Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Butar- butar 2013 di RSUD Deli Serdang yang mendapatkan proporsi agama terbesar adalah agama Islam 75,3.

5.1.5 Pendidikan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.5 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan pendidikan terdapat pada yang berpendidikan SMA 55,4, diikuti akademisarjana 23, SMP 12,2, dan proporsi terkecil terdapat pada yang berpendidikan SD 9,4. Proporsi yang berpendidikan SMA lebih besar dari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti yang berpendidikan SMA lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak yang berpendidikan SMA. Hal ini semakin didukung jika melihat data sosiodemografi kota binjai berdasarkan tingkat pendidikan. Berdasarkan data statistik dari BPS kota Binjai, proporsi terbesar penduduk kota Binjai berdasarkan tingkat pendidikan adalah berpendidikan SMA 32,89. Proporsi terkecil adalah yang berpendidikan akademisarjana 5,10 BPS Kota Binjai, 2015. Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang memiliki pendidikan SD sebanyak 14 orang dengan karakteristik umur ≤40 tahun sebanyak 4 orang dan 40 tahun sebanyak 10 orang. Dari 14 orang tersebut, 11 orang berjenis kelamin perempuan. Pada masa dulu, sangat sulit untuk mendapatkan pendidikan apalagi bagi perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan adat-istiadat yang masih melekat kuat. Semakin tinggi pendidikan seseorang tidak menjamin apakah ia akan terhindar dari penyakit DM atau tidak. Hal ini menunujukkan bahwa kejadian DM khususnya DM tipe 2 tersebar pada semua tingkatan semua pendidikan. Walaupun memiliki pengetahuan tentang faktor risiko diabetes, tidak menjamin seseorang terhindar dari DM. Adanya kesadaran untuk hidup sehat dan dukungan dari keluarga atau lingkungannya sangat diperlukan untuk terhindar dari DM. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tampubolon 2015 di RS Martha Friska yang mendapatkan proporsi DM dengan komplikasi berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pendidikan SMA 64,3. Universitas Sumatera Utara 53,4 46,6 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

5.1.6 Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi