yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
d. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. Konsumsi kalori lebih
dari yang dibutuhkan tubuh akan menyebabkan sebagian kalori disimpan dalam bentuk lemak. Pada orang obesitas, respon sel pankreas terhadap peningkatan
glukosa darah berkurang. Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah.
Pada derajat kegemukan dengan Indeks Massa Tubuh IMT 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi ≥200 mgdl. Bila IMT
seseorang yang mengalami obesitas mencapai 30, maka akan 30 kali lebih mudah terkena DM tipe 2 daripada orang dengan berat badan normal IMT = 22. Bila
IMT 35, kemungkinan terkena diabetes menjadi 90 kali lipat Tandra, 2008.
e. Faktor kehamilan
Pada saat seorang wanita hamil terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan
menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemia. Resistensi insulin juga dapat terjadi akibat adanya hormon esterogen, progesteron, prolaktin, dimana hormon-
Universitas Sumatera Utara
hormon tersebut dapat mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga menekan kerja insulin Riyadi, 2008.
f. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
g. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik seperti pergerakan badan atau olahraga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan
dan obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita DM tipe 2 semakin kecil. Pada waktu bergerak, otot-otot memakai lebih banyak glukosa daripada waktu
tidak bergerak, dengan demikian kadar gula darah menurun. Melalui pergerakan badan yang cukup, cara kerja insulin juga akan diperbaiki, sehingga glukosa dapat
dengan mudah masuk kedalam sel-sel otot yang dibakar.
h. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2
Glukosa terbentuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kemudian glukosa akan diserap melalui dinding
usus dan disalurkan dalam darah. Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan
Universitas Sumatera Utara
meningkat melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi tubuh. Glukosa dalam darah yang tinggi akan merangsang sel pankreas untuk
mensekresikan insulin. Insulin merupakan hormon anabolik utama yang mendorong penyimpanan zat gizi yaitu penyimpanan glukosa sebagai glikogen di
hati dan otot, perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di hati dan penyimpanannya di jaringan adiposa serta penyerapan asam amino dan sintesis
protein di otot rangka. Kadar tertinggi insulin terjadi sekitar 30 – 45 menit setelah makan makanan tinggi karbohidrat. Kadar insulin kembali ke tingkat basal seiring
dengan penurunan kadar glukosa darah sekitar 120 menit setelah makan. Pada dasarnya resistensi insulin dapat terjadi akibat perubahan-perubahan
yang mencegah insulin untuk mencapai reseptor prareseptor, perubahan dalam pengikatan insulin atau transduksi sinyal oleh reseptor, atau perubahan dalam
salah satu tahap kerja insulin pascareseptor. Pada keadaan patologis, jika insulin kurang atau tidak disekresikan oleh sel pankreas seperti pada kasus DM tipe 1
dan sel reseptor insulin yang kurang karena otot dan sel lemak yang merupakan cadangan energi menjadi resisten terhadap insulin seperti pada kasus DM tipe 2,
hal ini mengakibatkan glukosa tidak dapat diubah menjadi energi, glikogen, dan lemak. Hal inilah yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Jika
konsentrasi glukosa darah meningkat melewati ambang batas ginjal, glukosa akan dikeluarkan melalui urin. Sebenarnya ginjal dapat mencegah setiap glukosa
agar tidak masuk ke dalam urin karena ginjal telah menyaring, tetapi jika kadar glukosa terlalu tinggi maka ginjal tidak mampu menyaring semua glukosa
sehingga glukosa dibuang melalui urin.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2