Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Lama Rawatan Rata-Rata hari Mean Standar Deviasi SD 95 Confidence Interval Minimum Maksimum 4,89 1,97 4,57 – 5,21 2 10 Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah 4,89 hari dengan standard deviasi SD 1,97 hari. Lama rawatan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi bervariasi yaitu lama rawatan tercepat 2 hari dan lama rawatan terlama adalah 10 hari.

4.8 Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.

R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Eo.

Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi 1 Pulang Berobat Jalan PBJ 133 89,9 2 Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS 11 7,4 3 Meninggal 4 2,7 Jumlah 148 100 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat distribusi proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan PBJ 89,9 sedangkan proporsi terkecil adalah meninggal 2,7. Universitas Sumatera Utara 4.9 Analisis Statistik 4.9.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan jenis kelamin di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Jenis Kelamin Umur Total ≤40 40 f f f Laki-laki 11 16,7 55 83,3 66 100 Perempuan 11 13,4 71 86,6 82 100 p = 0,580 Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi pada jenis kelamin laki-laki terdapat 11 orang 16,7 pada kelompok umur ≤40 tahun dan 55 orang 83,3 pada kelompok umur 40 tahun sedangkan pada jenis kelamin perempuan terdapat 11 orang 13,4 pada kelompok umur ≤40 tahun dan 71 orang 86,6 pada kelompok umur 40 tahun. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin.

4.9.2 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSUD Dr.

R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Kategori Komplikasi

Umur Total ≤40 40 f f f Komplikasi Akut 4 11,8 30 88,2 34 100 Komplikasi Kronik 12 19,4 50 80,6 62 100 Komplikasi Akut + Kronik 6 11,5 46 88,5 52 100 p = 0,427 Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada kelompok umur ≤40 tahun sebesar 11,8 sedangkan pada kelompok umur 40 tahun sebesar 88,2. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada kelompok umur ≤40 tahun sebesar 19,4 sedangkan pada kelompok umur 40 tahun sebesar 80,6. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut dan kronik pada kelompok umur ≤40 tahun sebesar 11,5 sedangkan pada kelompok umur 40 tahun sebesar 88,5. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

4.9.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Kategori Komplikasi Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan f f f Komplikasi Akut 15 44,1 19 55,9 34 100 Komplikasi Kronik 34 54,8 28 45,2 62 100 Komplikasi Akut + Kronik 17 32,7 35 67,3 52 100 p = 0,060 Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada laki-laki sebesar 44,1 sedangkan pada perempuan sebesar 55,9. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada laki-laki sebesar 54,8 sedangkan pada perempuan sebesar 45,2. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut dan kronik pada laki-laki sebesar 32,7 sedangkan pada perempuan sebesar 67,3. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

4.9.4 Pekerjaan Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi pekerjaan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Kategori Komplikasi Pekerjaan Total Bekerja Tidak Bekerja f f f Komplikasi Akut 17 50 17 50 34 100 Komplikasi Kronik 36 58,1 26 41,9 62 100 Komplikasi Akut + Kronik 26 50 26 50 52 100 p=0,625 Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada yang bekerja maupun yang tidak bekerja sebesar 50. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada yang bekerja sebesar 58,1 dan pada yang tidak bekerja sebesar 41,9. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut dan kronik pada yang bekerja maupun yang tidak bekerja sebesar 50. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara statusjenis pekerjaan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

4.9.5 Kategori Komplikasi Berdasarkan Pengobatan

Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan pengobatan di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Jenis Pengobatan Kategori Komplikasi Total Akut Kronik Akut + Kronik f f f f OHO 16 24,3 27 40,9 23 34,8 66 100 Insulin 12 27,9 15 34,9 16 37,2 43 100 OHO + Insulin 6 15,4 20 51,3 13 33,3 39 100 p = 0,573 Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan OHO terdapat 24,3 yang mengalami komplikasi akut, 40,9 yang mengalami komplikasi kronik, dan 34,8 mengalami komplikasi akut dan kronik. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan insulin terdapat 27,9 yang mengalami komplikasi akut, 34,9 yang mengalami komplikasi kronik, dan 37,2 mengalami komplikasi akut dan kronik. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan OHO dan insulin terdapat 15,4 yang mengalami komplikasi akut, 51,3 yang mengalami komplikasi kronik, dan 33,3 mengalami komplikasi akut dan kronik. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis pengobatan. Universitas Sumatera Utara

4.9.6 Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Keadaan Sewaktu Pulang Kategori Komplikasi Total Akut Kronik Akut + Kronik f f f f PBJ 31 23,3 56 42,1 46 34,6 133 100 PAPS 3 27,3 3 27,3 5 45,4 11 100 Meninggal 3 75 1 25 4 100 p = 0,544 Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang pulang berobat jalan PBJ terdapat 23,3 yang mengalami komplikasi akut, 42,1 yang mengalami komplikasi kronik, dan 34,6 mengalami komplikasi akut dan kronik. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang pulang atas permintaan sendiri PAPS terdapat 27,3 yang mengalami komplikasi akut, 27,3 yang mengalami komplikasi kronik, dan 45,4 mengalami komplikasi akut dan kronik. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang meninggal terdapat 75 yang mengalami komplikasi kronik, 25 yang mengalami komplikasi akut dan kronik, dan tidak ada mengalami komplikasi akut. Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 6 sel 66,7 dengan expected count kurang dari 5. Universitas Sumatera Utara Oleh karena hasil statistik tersebut tidak memenuhi, maka dilakukan penggabungan sel terhadap keadaan sewaktu pulang sehingga kategori keadaan sewaktu pulang menjadi dua yaitu pulang berobat jalan dan pulang atas permintaan sendiri + meninggal. Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Setelah Penggabungan Sel Keadaan Sewaktu Pulang Kategori Komplikasi Total Akut Kronik Akut + Kronik f f f f PBJ 31 23,3 56 42,1 46 34,6 133 100 PAPS + Meninggal 3 20 6 40 6 40 15 100 p = 0,909 Setelah sel digabungkan, analisis statistik dengan menggunakan uji Chi- square diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

4.9.7 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.15 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Kategori Komplikasi E Mean SD Minimum Maksimum Komplikasi Akut 34 3,03 0,83 2 5 Komplikasi Kronik 62 5,48 2,07 2 10 Komplikasi Akut + Kronik 52 5,40 1,61 2 9 p = 0,001 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat dilihat dari 148 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi terdapat 34 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang mengalami komplikasi akut dengan lama rawatan rata-rata 3,03 hari, 62 mengalami komplikasi kronik dengan lama rawatan rata-rata 5,48 hari, dan 52 mengalami komplikasi akut dan kronik dengan lama rawatan rata-rata 5,40 hari. Analisis statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh dengan p0,05 berarti secara statistik ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan kategori komplikasi. Universitas Sumatera Utara 85,1 14,9 Umur tahun 40 tahun ≤40 tahunn BAB V PEMBAHASAE 5.1 Sosiodemografi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi 5.1.1 Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.1 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan umur terdapat pada kelompok umur 40 tahun 85,1 sedangkan proporsi terkecil terdapat kelompok umur ≤40 tahun 14,9. Hal ini berbanding terbalik jika melihat data sosiodemografi kota binjai berdasarkan umur. Berdasarkan data statistik dari BPS kota Binjai, proporsi terbesar penduduk kota Binjai berdasarkan umur adalah Universitas Sumatera Utara umur 40 tahun 71,51. Proporsi terkecil adalah umur ≥40 tahun 28,49 BPS Kota Binjai, 2015. Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM. Pada penelitian ini, jumlah kasus penderita DM tipe 2 meningkat drastis di atas usia 40 tahun. Hasil ini sesuai dengan teori tentang faktor risiko DM yang menyatakan bahwa akan terjadi peningkatan kasus DM diatas umur 40 tahun. Pada kelompok umur tersebut terjadi penurunan fungsi tubuh terutama pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga meningkatkan kejadian intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin. Prevalensi DM akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur terutama pada kelompok umur lansia. Resiko menderita DM bertambah sejalan dengan umur seseorang. Timbulnya resistensi insulin pada lansia disebabkan oleh perubahan komposisi tubuh sehingga massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin. Pada penelitian ini, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi paling banyak berada pada kelompok umur 40 tahun 85,1 karena penderita mencari pelayanan kesehatan setelah terjadi komplikasi. Penderita mengetahui dirinya menderita DM setelah memeriksakan kesehatan karena keluhan komplikasi DM tipe 2 tersebut. Usia maksimum penderita DM tipe 2 dengan komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai tahun 2014 – 2015 adalah 83 tahun sebanyak 1 orang. Pasien Universitas Sumatera Utara 55,4 44,6 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki menderita DM tipe 2 dengan komplikasi hipoglikemia, hipertensi, dan stroke. Pasien dirawat selama 4 hari dan pulang atas permintaan sendiri. Penderita DM yang berumur ≤40 tahun ada sebanyak 22 orang 14,9 dengan komplikasi terbanyak adalah hipertensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tarigan 2011 di RSU Herna yang mendapatkan proporsi DM dengan komplikasi terdapat pada kelompok umur 40 tahun 95,5 dan terkecil pada kelompok umur ≤40 tahun 4,5.

5.1.2 Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 5.2 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin terdapat pada perempuan 55,4 sedangkan proporsi terkecil terdapat pada laki-laki 44,6. Proporsi jenis kelamin perempuan lebih besar dari jenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti perempuan lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak berjenis kelamin perempuan. Hal ini semakin didukung jika melihat data sosiodemografi kota Binjai berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan data statistik dari BPS kota Binjai, proporsi terbesar penduduk kota Binjai berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan 50,09 sedangkan proporsi terkecil adalah laki-laki 49,91 BPS Kota Binjai, 2015. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap DM tipe 2 sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Jika dilihat dari faktor risiko, perempuan lebih berisiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Butar-butar 2013 di RSUD Deli Serdang bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi lebih besar pada perempuan 58,6 dibandingkan pada laki-laki 27,3. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon 2015 di RS. St. Elisabeth Medan menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi lebih banyak pada laki-laki 52,5 dibandingkan perempuan 47,5. Hal ini Universitas Sumatera Utara 35,8 33,1 19,6 11,5 Suku Jawa Batak Melayu Lain-lain menunjukkan bahwa kejadian DM tipe 2 dapat menyerang baik pada laki-laki maupun perempuan.

5.1.3 Suku Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di RSUD Dr.

R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015

Berdasarkan gambar 5.3 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan suku terdapat pada suku Jawa 35,8, diikuti suku Batak 33,1, Melayu 19,6, dan proporsi terkecil terdapat pada suku lain-lain 11,5. Proporsi suku Jawa lebih besar dari suku yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti suku Jawa lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 Universitas Sumatera Utara dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak suku Jawa. Selain itu juga, proporsi suku Jawa lebih banyak 35,8 dari suku yang lainnya karena penduduk kota Binjai mayoritas adalah suku Jawa BPS Kota Binjai, 2015. Hal ini sejalan apabila kita melihat pola hidup dan kebiasaan masyarakat suku Jawa. Masyarakat suku Jawa cenderung mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan glukosa, kandungan lemak yang tinggi. Pola hidup ini sangat bertentangan dengan pola hidup seseorang yang menderita DM yang harus mengonsumsi makanan yang rendah akan glukosa dan lemak namun tinggi akan serat.

5.1.4 Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut ini: Universitas Sumatera Utara 68,2 19,6 8,8 3,4 Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.4 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan agama terdapat pada agama Islam 68,20, diikuti agama Kristen Protestan 19,60, Kristen Katolik 8,80, dan proporsi terkecil terdapat pada agama Hindu 3,40. Proporsi agama Islam lebih besar dari suku yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti agama Islam lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak yang beragama Islam. Proporsi ini sesuai bila dibandingkan dengan proporsi suku yang lebih besar yaitu pada suku Jawa, dimana biasanya suku Jawa mayoritas beragama Islam. Selain itu juga, hal ini terjadi karena mayoritas penduduk kota Binjai beragama Islam BPS Kota Binjai, 2015. Universitas Sumatera Utara 55,4 23 12,2 9,4 Pendidikan SMA Akademisarjana SMP SD Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Butar- butar 2013 di RSUD Deli Serdang yang mendapatkan proporsi agama terbesar adalah agama Islam 75,3.

5.1.5 Pendidikan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.5 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan pendidikan terdapat pada yang berpendidikan SMA 55,4, diikuti akademisarjana 23, SMP 12,2, dan proporsi terkecil terdapat pada yang berpendidikan SD 9,4. Proporsi yang berpendidikan SMA lebih besar dari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti yang berpendidikan SMA lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak yang berpendidikan SMA. Hal ini semakin didukung jika melihat data sosiodemografi kota binjai berdasarkan tingkat pendidikan. Berdasarkan data statistik dari BPS kota Binjai, proporsi terbesar penduduk kota Binjai berdasarkan tingkat pendidikan adalah berpendidikan SMA 32,89. Proporsi terkecil adalah yang berpendidikan akademisarjana 5,10 BPS Kota Binjai, 2015. Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang memiliki pendidikan SD sebanyak 14 orang dengan karakteristik umur ≤40 tahun sebanyak 4 orang dan 40 tahun sebanyak 10 orang. Dari 14 orang tersebut, 11 orang berjenis kelamin perempuan. Pada masa dulu, sangat sulit untuk mendapatkan pendidikan apalagi bagi perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan adat-istiadat yang masih melekat kuat. Semakin tinggi pendidikan seseorang tidak menjamin apakah ia akan terhindar dari penyakit DM atau tidak. Hal ini menunujukkan bahwa kejadian DM khususnya DM tipe 2 tersebar pada semua tingkatan semua pendidikan. Walaupun memiliki pengetahuan tentang faktor risiko diabetes, tidak menjamin seseorang terhindar dari DM. Adanya kesadaran untuk hidup sehat dan dukungan dari keluarga atau lingkungannya sangat diperlukan untuk terhindar dari DM. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tampubolon 2015 di RS Martha Friska yang mendapatkan proporsi DM dengan komplikasi berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pendidikan SMA 64,3. Universitas Sumatera Utara 53,4 46,6 Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

5.1.6 Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan pekerjaan dapat lihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Berdasarkan gambar 5.6 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan pekerjaan terdapat pada yang bekerja 53,4 dan proporsi terkecil terdapat pada yang tidak bekerja 46,6. Proporsi yang bekerja lebih besar dari yang tidak bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa bukan berarti orang yang bekerja lebih berisiko untuk menderita DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai lebih banyak yang bekerja. Diabetes mellitus tipe 2 dapat menyerang semua orang tanpa memandang apakah laki-laki ataupun perempuan, apakah dia bekerja atau tidak. DM tipe 2 Universitas Sumatera Utara 52,7 35,1 25 20,3 19,6 16,2 17,9 17,2 13,5 12,8 12,8 10 20 30 40 50 60 Pr op or si Jenis Komplikasi Hipertensi Penyakit Jantung Koroner Ulkus Diabetik Hipoglikemia Nefropati Retinopati TB Paru Hiperglikemia Neuropati Ketoasidosis Stroke lebih sering terjadi pada kelompok umur 40 tahun dan pada mereka yang tidak bekerja. Hal ini menyebabkan mereka kurang melakukan aktivitas fisik sehingga semakin meningkatkan faktor risiko terkena DM tipe 2. Aktivitas fisik yang kurang dapat mengakibatkan kelebihan kalori di dalam tubuh. Namun bukan berarti, seseorang yang bekerja akan memperkecil risikonya terkena DM tipe 2. Baik bekerja maupun tidak bekerja sama-sama akan meningkatkan risiko terkena DM tipe 2 karena status pekerjaan bukan satu-satunya faktor risiko seseorang terkena DM tipe 2 atau tidak.

5.2 Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014 – 2015 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.7 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2014 – 2015 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambar 5.7 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis komplikasi adalah komplikasi penyakit hipertensi 52,7, diikuti oleh penyakit jantung koroner 35,1, ulkus diabetik 25, hipoglikemia 20,3, nefropati 19,6, retinopati 16,2, TB paru 14,9, hiperglikemia 14,2, neuropati 13,5, dan yang terkecil adalah ketoasidosis dan stroke masing-masing 12,8. Pada penelitian ini, komplikasi kronik lebih banyak terjadi pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi dibandingkan dengan komplikasi akut. Penderita sering mengalami komplikasi lebih dari satu penyakit yang biasanya didahului oleh penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu komplikasi kronik DM. Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulinsindrom metabolik dan sering menyertai DM tipe 2 Shahab, 2009. Resistensi insulin yang terjadi dalam waktu yang lama pada penderita DM akan mengakibatkan hipertropi sel otot polos pembuluh darah sehingga mendorong terjadinya hipertensi. Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama pada penderita DM akan memicu terjadinya PJK, stroke, penyakit ginjal, dan kaki diabetik. Risiko terjadinya PJK dan stroke 2x lipat apabila penderita DM juga menderita hipertensi. Untuk mencegah terjadinya komplikasi lain, penderita DM tipe 2 dengan komplikasi harus selalu mengontrol gula darahnya. Selain itu juga, pada penderita DM tekanan darah harus selalu terkontrol. Target tekanan darah berbeda antara subyek dengan DM dan tanpa DM. Pada subyek dengan DM dan penyakit ginjal, target Universitas Sumatera Utara tekanan darah adalah 13080 mmHg sedangkan pada subyek bukan DM targetnya 14090 mmHg. Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama untuk mereka yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat. Pada penyandang DM, rasa nyeri mungkin tidak nyata akibat adanya neuropati yang sering sekali terjadi pada penyandang DM Waspadji, 2009. Komplikasi ulkus diabetik diderita sebanyak 37 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Komplikasi ini menyebabkan borok pada kulit dan infeksi serta dalam kasus-kasus serius menyebabkan nekrosis dan gangren. Oleh karena itu, penderita DM rentan terhadap infeksi kaki dan memerlukan waktu yang lama untuk sembuh dari luka biasa. Sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian. Sampai saat ini, di Indonesia kaki diabetes masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal Waspadji, 2009. Nefropati adalah kerusakan pada ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis dan akhirnya memerlukan hemodialisis. Diabetes mellitus merupakan penyebab paling umum gagal ginjal di negara maju. Angka kejadian nefropati diabetik pada DM tipe 1 dan 2 sebanding, tetapi insidens pada tipe 2 sering lebih besar daripada tipe 1 karena jumlah pasien DM tipe 2 lebih banyak daripada tipe 1. Di Amerika, nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di antara semua komplikasi DM dan penyebab kematian Universitas Sumatera Utara tersering adalah karena komplikasi kardiovaskular. Secara epidemiologis, ditemukan perbedaan terhadap kerentanan untuk timbulnya nefropati diabetik, yang antara lain dipengaruhi oleh etnis, jenis kelamin, serta umur saat diabetes timbul Hendromartono, 2009. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan pada DM. Risiko yang dihadapi pasien DM dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jarikaki. Kondisi inilah yang menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan kematian yang berakibat pada meningkatnya biaya pengobatan pasien DM dengan neuropati diabetik. Mengingat terjadinya neuropati diabetik merupakan rangkaian proses yang dinamis dan bergantung pada banyak faktor, maka pengelolaan atau pencegahan neuropati diabetik pada dasarnya merupakan bagian dari pengelolaan diabetes secara keseluruhan Subekti, 2009. Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding non diabetes. Risiko mengalami retinopati diabetik pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya diabetes Pandelaki, 2009. Hipoglikemia pada pasien DM tipe 2 merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati normal Soemadji, 2009. Komplikasi hiperglikemia dan hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada penderita DM tipe 2 yang Universitas Sumatera Utara 41,9 35,1 23 Kategori Komplikasi Komplikasi Kronik Komplikasi Akut dan Kronik Komplikasi Akut menimbulkan komplikasi akut berupa koma hipoglikemia dan hiperglikemia ketoasidosis maupun non ketoasidosis Soewondo, 2007. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon 2015 di RS. St. Elisabeth Medan yang mendapatkan proporsi terbesar komplikasi DM tipe 2 adalah komplikasi hipertensi 17,7 diikuti oleh penyakit jantung koroner 14,2.

5.3 Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi