manis otak tidak lagi dijadikan alat ukur yang dapat diandalkan untuk mengatur konsumsi energi. Otak akan mengabaikan rasa manis dalam memprediksi
kandungan energi dari makanan Salma, 2012. Pengabaian otak ini yang terjadi pada peminum soda diet, memiliki
korelasi langsung dengan peningkatan risiko obesitas. Setelah terbiasa mengonsumsi pemanis buatan, otak tidak lagi mengaktifkan reseptor manis.
Selain itu, pemanis buatan membingungkan kemampuan otak untuk mengambil kalori atau energi darinya, menyebabkan seseorang untuk terus mengonsumsinya
melampui ambang kenyang. Konsumsi makanan dan minuman secara berlebihan inilah yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan Salma, 2012.
5.2.1 Sakarin
Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang pertama kali menentang penggunaan sakarin karena dianggap merugikan
kesehatan adalah Harvey Wiley. Menurut Wiley, sakarin memiliki rasa manis seperti gula pasir biasa, namun karena struktur kimianya yang menyerupai tar batu
bara maka seharusnya tidak dikonsumsi. Pernyataan Wiley terus dibantah keras oleh presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore Roosevelt karena sejak pertama
kali diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sampai saat itu, belum ada efek buruk sebagai akibat konsumsi sakarin. Sejak saat itu, keamanan penggunaan
sakarin terus diperdebatkan sampai sekarang Dokumen Tips, 2011. Sakarin banyak digunakan untuk pengganti pemanis pada makanan dan
minuman karena nilai kemanisannya lebih tinggi dibandingkan pemanis jenis lain namun mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari
Universitas Sumatera Utara
proses sintesis. Sakarin digunakan secara luas karena mempunyai sifat yang stabil dan memiliki nilai kalori yang rendah. Disamping itu, harga sakarin lebih murah
di pasaran sehingga produsen lebih memilih untuk menggunakannya. Meskipun masih diperbolehkan untuk pemanis makanan dan minuman, akan tetapi
penggunaannya harus dibatasi. Pada pembungkus produk bahan pemanis yang mengandung sakarin harus dibubuhi kalimat peringatan Cahyadi, 2009.
Bahaya sakarin yang akan muncul dalam jangka panjang diantaranya ialah kanker kandung kemih. Hasil penelitian FDA pada tahun 1958 melalui percobaan
yang dilakukan terhadap tikus menghasilkan kanker kandung kemih dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Namun FDA mengizinkan pemakaian sakarin
dengan syarat ada label peringatan pada kemasan makanan. Risiko kanker kandung kemih tetap tinggi untuk manusia. Hal ini disebabkan karena reaksi
sakarin yang bertemu dengan kalsium fosfat, kalsium dan pH yang tinggi dalam tubuh. Karena itulah risiko kanker kandung kemih dalam jangka panjang tetap ada
Halo Sehat, 2015. Hasil pemeriksaan sakarin
secara kualitatif pada “saus gejrot tahu dangdut” yang ada di kawasan USU diperoleh hasil bahwa dari ketujuh “saus
gejrot” yang diperiksa, tidak ada satupun yang mengandung sakarin. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan warna menjadi hijau kotor pada
“saus gejrot” yang diperiksa.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Siklamat