5.2.2 Siklamat
Siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi non-nutritive untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas sehingga
sering digunakan dalam pangan yang diproses dengan suhu tinggi seperti pangan dalam kaleng dan saus yang dimasak. Siklamat tidak memiliki rasa pahit dan
memiliki tingkat kemanisan 30 kali dari sukrosa Azizah, 2013. Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM masih mengizinkan
penggunaan pemanis siklamat pada sejumlah makanan dan minuman tertentu yang diproduksi di Indonesia dengan dosis yang dibatasi sesuai ketentuan. Namun
siklamat tidak boleh digunakan untuk makanan bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Siklamat termasuk zat pemanis tambahan yang terdaftar pada CODEX
Alimentarius, yaitu badan dunia untuk keamanan produk makanan dan minuman dibawah WHO dan FAO. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Jepang
sudah tidak menggunakan siklamat, namun menggunakan pemanis tambahan stevia, yang di Indonesia tidak diizinkan karena belum ada kajian yang bisa
membuktikan dampaknya. Oleh karena itu, Indonesia juga melarang produk makanan dan minuman yang mengandung stevia masuk ke Indonesia, karena
termasuk zat tambahan yang belum diizinkan Azizah, 2013. Hasil pemeriksaan siklamat secara kualitatif terhadap “saus gejrot tahu
dangdut” yang ada di kawasan USU diperoleh hasil bahwa dari ketujuh “saus gejrot” yang diperiksa, semuanya mengandung pemanis buatan jenis siklamat. Hal
ini dapat diketahui dari terbentuknya endapan putih pada semua “saus gejrot”
yang diperiksa yang menandakan bahwa positif mengandung siklamat. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk hasil pemeriksaan secara kuantitatif dapat diketahui bahwa kadar ketujuh “saus gejrot” tersebut masih di bawah batas maksimal penggunaan pada saus yaitu
3 gkg. Kadar siklamat terendah ter dapat pada “saus gejrot” yang dijual di Pajus
yaitu 0,1 328 gkg dan kadar siklamat tertinggi terdapat pada “saus gejrot” yang
dijual di Pintu 1 yaitu 0,2960 gkg. Menurut SNI 2004, ADI Acceptable Daily Intake untuk zat pemanis buatan jenis siklamat ialah 0-11 mgkg berat badan.
Nilai ADI Acceptable Daily Intake dihitung menggunakan standar berat badan sesuai kelompok umur berdasarkan standar FAO-WHO dalam Handbook
on Human Nutrition requirements 1974 yaitu : 1.
Berat badan standar anak-anak 0-9 tahun adalah 17 kg 2.
Berat badan standar remaja laki-laki 10-19 tahun adalah 42 kg 3.
Berat badan standar remaja perempuan 10-19 tahun adalah 41 kg 4.
Berat badan standar dewasa laki-laki 20-60 tahun ke atas adalah 55 kg 5.
Berat badan standar dewasa perempuan 20-60 tahun ke atas adalah 47 kg Sediaoetomo, 2008.
Jika dilihat dari segi ADI Acceptable Daily Intake yaitu jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan
efek merugikan bagi kesehatan, semua “saus gejrot” dapat dikonsumsi di atas 3 gram
. “Saus gejrot” yang relatif aman dikonsumsi setiap harinya dengan jumlah paling tinggi adalah
“saus gejrot” yang dijual di Pajus yaitu sebanyak 22,778 gram untuk dewasa laki-laki dan jumlah paling sedikit yang dapat dikonsumsi
adala h “saus gejrot” yang dijual di Pintu 1 yaitu 3,152 gram pada anak-anak.
Semakin tinggi nilai ADInya, berarti kandungan siklamatnya semakin rendah.
Universitas Sumatera Utara
J umlah maksimum “saus gejrot” yang masih aman dikonsumsi setiap hari
berdasarkan kandungan siklamat yang sesuai dengan batas ADI Acceptable Daily Intake menurut kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 13.
Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM Sumatera Utara menyatakan bahwa hasil uji sampel dari 300 lebih sampel makanan, yakni sekitar 5
mengandung pemanis buatan berupa siklamat. Sampel tersebut diperoleh dari petugas melalui mobil keliling di beberapa tempat di Sumatera Utara. Siklamat
juga ditemukan pada jajanan makanan di Ramadhan Fair Medan Bisnis Daily, 2011.
Penelitian Thamrin dkk 2014 tentang analisis zat pemanis buatan sakarin dan siklamat pada pangan jajanan di SD Kompleks Lariangbangi Kota
Makassar menunjukkan bahwa dari 6 sampel yang diuji secara kualitatif terdapat 2 sampel yang mengandung pemanis buatan berupa siklamat. Namun, kadar
siklamat yang digunakan masih dibawah ambang batas yang direkomendasikan BPOM RI. Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari 2011 tentang analisis
kandungan pemanis buatan sakarin dan siklamat pada jamu gendong di Pasar Gubug Grobogan yang menunjukkan bahwa dari 32 sampel jamu gendong yang
diuji terdapat 23 sampel yang mengandung siklamat. Sebanyak 16 jenis jamu kadarnya melebihi ambang batas normal 3 gL dan 7 jenis jamu yang kadarnya
di bawah ambang batas normal. Penelitian Ginting 2004 tentang analisis kandungan siklamat pada
minuman limon yang dijajakan di beberapa pasar Kota Medan tahun 2004 menyatakan bahwa dari 12 minuman limon yang diperiksa dengan 4 jenis rasa
Universitas Sumatera Utara
semuanya mengandung pemanis buatan jenis siklamat dengan kadar terendah yaitu 0,154 gr100 ml pada rasa Sarsaparilla dan Rasbbery yang berasal dari Pusat
Pasar dan kadar tertinggi yaitu 0,21 gr100 ml pada rasa Rasbbery yang berasal dari Pasar Petisah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus yang diberikan siklamat dapat menimbulkan kanker kandung kemih. Hasil metabolisme siklamat yaitu
sikloheksamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, eksresinya melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian lain menunjukkan bahwa
siklamat dapat menyebabkan atrofi, yaitu terjadi pengecilan testitular dan kerusakan kromosom. Akan tetapi, penelitian ini belum dapat dibuktikan pada
manusia. Oleh karena itu, siklamat masih diizinkan penggunaannya sampai saat ini hampir di semua negara Cahyadi, 2009.
Efek yang ditimbulkan natrium siklamat tidak langsung tampak, namun harus menunggu dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian. Tetapi bagi anak-
anak sebaiknya dihindari, selain tidak mengandung energi siklamat juga tidak memiliki nilai gizi Takayama S, 2009.
Untuk meningkatkan pengawasan terhadap keamanan pangan terutama Pangan Jajan Anak Sekolah PJAS, pada tahun 2013 Pemerintah Kota Medan
menyerahkan 2 unit Mobil Laboratorium Keliling kepada Dinas Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan, khususnya untuk memeriksa jajanan anak yang dijual
di sekolah-sekolah. Mobil Laboratorium Keliling ini juga dapat dimanfaatkan untuk pemeriksaan makanan dan minuman di pasar-pasar tradisional, serta
Universitas Sumatera Utara
produsen atau pengrajin PJAS, sehingga pangan yang akan dikonsumsi aman, bermutu, dan bergizi seimbang BPOM RI, 2013.
Pengawasan pemasaran produk makanan dalam kemasan termasuk saus dilakukan oleh BPOM Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk pembinaan
usaha, terutama usaha kuliner Pangan Industri Rumah TanggaPIRT dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Setiap usaha pangan yang didaftarkan
untuk dipasarkan harus mencantumkan bahan baku pembuatan produknya. Namun terkadang karena pembinaan yang tidak rutin dilakukan, pelaku usaha
melakukan penyimpangan pada bahan baku yang digunakan. Untuk itu, setelah memberikan izin kepada usaha pangan, sebaiknya ada bentuk pengawasan terus
menerus yang terjadwal dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Metro Siantar, 2015.
Selain program Mobil Laboratorium Keliling, juga ada program Kabupaten dan Kota Sehat. Namun program ini perlu direvitalisasi secara
sungguh-sungguh dan bermakna dengan melibatkan lintas sektoral terkait dan melaksanakan rujukan teknis bilamana diperlukan. Program ini terutama
ditujukan bagi Kabupaten Kota yang merasa kewalahan sehingga tidak mampu secara optimal dalam rangka membina dan mengendalikan para produsen
makanan siap saji karena mereka berpindah-pindah tempat Syafei, 2010.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN