Analisis pengaruh simpanan masyarakat jumlah pinjaman yang diberikan, dan investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas bank umum yang go public di Bei periode 2007-2009

(1)

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN MASYARAKAT,

JUMLAH PINJAMAN YANG DIBERIKAN DAN INVESTASI

PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK

UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI

PERIODE 2007-2009

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh : Nama : Jaenal Abidin NIM : 105081002431

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak satu dasawarsa ini, industri perbankan merupakan industri yang mengalami kemajuan yang paling pesat dibandingkan industri yang lainnya. Hal ini disebabkan deregulasi yang dilakukan pemerintah mengenai perbankan pada tahun 1983, deregulasi ini sangat mempengaruhi pola dan strategi perbankan baik dari sisi aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan depresi sektor keuangan dan sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan semarak. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Semua bank berlomba menghimpun dana dari masyarakat yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat bagi yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Karena bagi bank dana merupakan persoalan yang paling utama tanpa adanya dana bank tidak akan berfungsi sebagaimana layaknya.

Dalam persaingan yang ketat inilah bank harus dapat menjaga eksistensinya agar tidak tergilas. Eksistensi bank akan dilihat minimal pada aspek permodalan, kualitas asset produktif, faktor manajemen, aspek earning power dan


(3)

2

likuiditas. Aspek-aspek tersebut harus didukung oleh pemenuhan moneter yang lain misalnya mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, Net Open Position,

ketentuan KUK dan sebagainya. Untuk memenuhi kondisi yang diinginkan di atas, bank harus dapat bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi serta selalu memelihara kepercayaan masyarakat. Disamping itu bank harus mampu mengembangkan produk dan jasa perbankan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya.

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola bank.

Menurut Kasmir (2003:268), Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun faktor Likuiditas yang dinilai dalam analisa CAMEL ini adalah rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR). LDR (Loan to Deposito

Ratio) ini menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan

yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya.


(4)

3

Menurut Dendawijaya (2005:116), LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to

deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Almilia dan Herdiningtyas (2003) dengan judul “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode

2000-2002” yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, dua bank yang mengalami kebangkrutan dan enam bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.


(5)

4

Memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang sangat pelik bagi suatu bank. Bank harus melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam mengelola likuiditas bank harus menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan tersedianya dana pada saat dana itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui.

Bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau akan ditarik oleh nasabah. Memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang sangat pelik bagi suatu bank. Bank harus melakukan perkiraan kebutuhan dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Dalam mengelola likuiditas bank harus menyesuaikan antara dana yang dibutuhkan dan tersedianya dana pada saat dana itu dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, untuk memenuhi semua penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui.

Bank dalam melaksanakan kegiatan operasi akan tercermin pada beberapa hal diantaranya: seberapa banyak sumber dana yang berupa simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun, penempatan dana yang berupa pinjaman yang mampu diberikan kepada nasabah, serta investasi aktiva tetap. Simpanan masyarakat yang


(6)

5

berupa giro, tabungan dan deposito merupakan sumber dana utama bank yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional bank, sehingga peningkatan dan penurunan simpanan masyarakat akan memberikan pengaruh pada kemampuan likuiditas bank (Sinungan, 1999). Hal ini sesuai dengan Frida Anisawati (2006), meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi likuiditas dengan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT. BRI (Persero) Tbk.

Cabang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan deposito, simpanan giro dan jumlah pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR PT. BRI (Persero) Tbk. Cabang Malang.

Penempatan dana dalam bentuk pinjaman (loans) merupakan aktiva bank

yang memiliki porsi besar untuk menghasilkan pendapatan sehingga peningkatan atau penurunan pinjaman akan mampu mempengaruhi likuiditas bank (Reksoprayitno, 1992). Hal ini sesuai dengan penelitian Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/

LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah. Pinjaman yang diberikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan likuiditas BPD. Hal ini disebabkan karena dari sejumlah pinjaman yang diberikan terhadap porsi kredit macet sebesar 24,74%. Sehingga aliran kas masuk yang berupa cicilan pokok dan penerimaan bunga terganggu. Hal ini akan menggerogoti likuiditas BPD.


(7)

6

Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris (Dahlan Siamat, 2001).

Sehingga penempatan dana pada aktiva yang merupakan penempatan dana jangka panjang juga akan mempengaruhi likuiditas bank. Sebab peningkatan jumlah investasi pada aktiva ini akan mengurangi porsi penempatan dana pada aktiva lancar. Hal ini sesuai dengan Solikah Nurwati (2000), menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa simpanan masyarakat, pinjaman yang diberikan, jumlah nasabah, cadangan primer, biaya operasional, investasi aktiva tetap dan jumlah aset secara serempak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio/ LDR) Bank Pembangunan

Daerah (BPD) di Kalimantan Tengah

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Simpanan Masyarakat,

Jumlah Pinjaman yang diberikan dan Investasi pada Aktiva Tetap Terhadap Likuiditas Bank Umum di BEI Periode 2007-2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penyusunan penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan, yakni :

1. Apakah terdapat pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan masyarakat, jumlah pinjaman yang diberikan, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to


(8)

7

Deposit Ratio (LDR) secara individu (parsial) dan secara bersama-sama

(simultan) pada bank umum yang go public di BEI Periode 2007-2009?

2. Variable independent manakah yang paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum yang go public di BEIperiode 2007-2009?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Menganalisis pengaruh peningkatan atau penurunan jumlah simpanan, jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas dengan menggunakan pendekatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara

individual (parsial) dan secara bersama-sama (simultan) pada bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009?

b) Menganalisis variable independent yang paling dominan mempengaruhi likuiditas bank umum yang go public di BEI periode 2007-2009.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh variable-variabel jumlah simpanan, jumlah pinjaman, serta investasi pada aktiva tetap terhadap likuiditas bank umum yang go public.


(9)

8

b) Bagi lembaga perbankan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan obyek penelitian.

c) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi, untuk keperluan penelitian lebih lanjut mengenai likuditas


(10)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembanga Perbankan 1. Pengertian Bank

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika, dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun Amerika.

Jika kita telusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antarkerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal nama dengan pedagang valuta asing (money changer).

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan berlanjut lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masarakat


(11)

10

akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. (Kasmir, 2008, 25).

Salah satu aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah funding. Pengertian

menghimpun dana maksudnya adalah mengumpilkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak


(12)

11

perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya.

Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima

kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank

yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan, pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama


(13)

12

2. Jenis-Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 dengan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 1967 terdapat beberapa perbedaan. Namun, kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya.

Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis perbankan juga dibagi ke dalam bagaimana cara bank tersebut menentukan harga jual dan harga beli. Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari beberapa segi antara lain :

1. Dari Segi Fungsi

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, dan Bank Pegawai. Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan


(14)

13

keluarnya Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari :

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai berubah fungsi menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang Undang No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah opersinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.


(15)

14

2. Dari Segi Kepemilikannya

Selain dari segi fungsinya, bank juga dapat dilihat dari segi kepemilikan, maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah :

a. Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain adalah Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara, dan Bank Mandiri. Di samping itu, terdapat pula Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh pemda masing-masing tingkatan. Contoh BPD yang ada sekarang ini adalah BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD DI Yogyakarta, BPD Riau, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sulawesi Selatan, BPD Bali.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta


(16)

15

nasional antara lain Bank Bumi Putra, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Nusa Internasional, Bank Permata, Bank Universal.

c. Bank Milik Koperasi

Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).

d. Bank Milik Asing

Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikan bank ini dipegang oleh pihak asing (luar neegri) di Indonesia. Contoh bank asing yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Chase Manhattan Bank, Deutshe Bank, European Asian Bank, Hong Kong Bank, Standart Chartered Bank.

e. Bank Milik Campuran

Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh dua pihak, yaitu pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Inter Pacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, Sumitomo Niaga Bank, Paribas BBD Indonesia, Sanwa Indonesia Bank.


(17)

16

3. Dari Segi Status

Jenis bank ini merupakan jenis bank yang dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayananya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula.

Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Bank Devisa

Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negri, travellers cheque,

pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi lainnya.

Persyratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. b. Bank Non Devisa

Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.


(18)

17

4. Dari Segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli dibagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu :

1) Menetapakan bunga sebagai harga, baik untuk produk yang disimpan seperti giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread

based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari pada suku

bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan konvensional mengunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun, di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah, bank


(19)

18

yang berdasarkan prinsip syariah ini sudah berkembang pesat sejak lama. Keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga konvensional tahun 2003 memperkuat kedudukan bank syariah. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2) Pembiayaan berdsarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa

dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Pengertian dan klasifikasi bank di atas memberikan penjelasan bahwa bank dalam melakukan usahanya memiliki kegiatan utama yakni menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga kegiatan bank harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat banyak dan ini menjadi komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.


(20)

19

3. Kegiatan Bank Umum

Kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan. Sama halnya seperti pedagang atau perusahaan lainnya, kegiatan perbankan secara sederhana antara lain meliputi kegiatan membeli uang (menghimpun dana) dan menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum. Dalam melaksanakan kegiatannya, bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari pada bank perkreditan rakyat. Artinya, produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih banyak dan beragam. Hal ini disebabkan karena bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannya lebih sempit. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)

Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini juga dikenal dengan kegiatan funding. Kegiatan

membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang


(21)

20

Secara umum, jenis simpanan yang ada di bank adalah simpanan giro, tabungan, dan deposito.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending)

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan

lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui

pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai macam jenis, tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Sebelum kredit diberikan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah selisih dari bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum kredit-kredit yang ditawarkan adalah kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit perdagangan, kredit produktif dan kredit profesi.

3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini memberikan


(22)

21

konstribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi misalnya keuntungan dari Spread based semakin mengecil, bahkan

cendrung negative spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga kredit).

Adapun jasa-jasa bank yang ditawarkan adalah kliring, inkaso, transfer,

Letter of Credit (L/C), Safe Deposit Box, Bank Card, Bank Notes (valas),

Bank Garansi, Bank Draft, menerima setoran-setoran,

pembayaran-pembayaran, pasar modal dan jasa-jasa lainnya.

Fungsi yang terakhir ini dilaksanakan dengan membentuk suatu trust

departemen yang secara umum berfungsi sebagai berikut :

1. Bertindak sebagai pelaksana (executor) dalam pengaturan dan pengawasan harta benda/milik perorangan yang telah meninggal dunia, sepanjang orang tersebut membuat surat wasiat dan menyerahkan/mempercayakan pelaksanaanya kepada bank.

2. Trust departement memberikan berbagai macam jasa kepada perusahaan-perusahaan, seperti pelaksanaan rencana-rencana pensiun dan pembagian keuntungan yang tumbuh dengan pesat akhir-akhir ini.

3. Bertindak sebagai wali dalam hubungan dengan penerbitan obligasi, dan sebagai transfer agents serta pendaftaran untuk perusahaan-perusahaan.

4. Mengurus/mengelola dana-dana yang dikumpulkan oleh pemerintah, perusahaan dari sumber (sinking funds) dan kegiatan-kegiatan lain sehubungan


(23)

22

4. Neraca Bank

Untuk mengetahui profil keuangan suatu perbankan adalah dengan melihat komposisi neraca (the balance-sheet approach) dan laporan rugi laba. Neraca

menggambarkan jumlah dan komposisi sumber dana (input keuangan) bank yang dialokasikan untuk pemberian kredit, investasi, sekuritas, dan berbagai penggunaan yang lain (output keuangan). Untuk mempermudah pemahaman bagaimana bank beroperasi, perlu dipahami sebagaimana halnya dalam neraca perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan dari :

Aset merupakan dana yang dapat dialokasikan bank untuk cadangan kas, kredit, investasi, pembelian alat-alat kantor, dll. Sedangkan utang dan modal merupakan sumber-sumber dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank, seperti giro, tabungan, deposito, laba yang dibagi, dan lain-lain. Secara umum, ada 3 tahap dalam mengelola neraca bank yakni :

a. Tahap pertama, menyangkut manajemen aset, manajemen utang, dan manajemen modal.

b. Tahap kedua, di posisi aktiva menyangkut manajemen posisi cadangan, manajemen likuiditas, manajemen investasi, manajemen kredit, dan manajemen aktiva tetap. Sedangkan di posisi pasiva menyangkut manajemen utang posisi cadangan (reserve position liability), manajemen

utang posisi kredit (loan position liability management), manajemen utang

jangka panjang, dan manajemen modal.

c. Tahap ketiga, menyangkut perhitungan laba atau rugi bank yang diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya bunga, biaya overhead dan pajak.


(24)

23

5. Penilaian Kinerja Bank

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja perbankan sendiri dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisis perbankan membuat pemerintah memberikan kebijakan pengaturan dan pengawasan bank semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting dan peran strategis sektor perbankan dalam suatu perekonomian. Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang, masih didominasi oleh lembaga perbankan. Di Indonesia, misalnya, menurut Yunus Husein (2003), industri perbankan menguasai sekitar 93% dari total industri keuangan. Dalam kondisi yang demikian, apabila lembaga perbankan tidak sehat dan tidak befungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada terganggunya kegiatan perekonomian.

6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang keuangan dan perbankan membawa perubahan yang cukup berpengaruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan bank.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Sama seperti manusia


(25)

24

yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.

Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung evektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonominan secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai kebutuhan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketetentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

Penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia


(26)

25

selaku pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan untuk membuat laporan baik yang bersifat rutin atau secara berkala tentang seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian kesehatan bank ini dilakukan setiap tahun untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatan bank.

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank. Berdasarkan pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan sensitivitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Dalam perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai berikut :


(27)

26

1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.

2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.

3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank Indonesia No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu bank didasarkan atas :

1. Faktor Permodalan 2. Faktor Kualitas Aktiva

3. Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan Manajemen Resiko.

4. Faktor Rentabilitas 5. Faktor Likuiditas

6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank.

Peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian faktor CAMEL atau sering disebut Analisis CAMEL yakni :


(28)

27 1. Capital

Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk:

1) Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan,

2) Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain,

3) Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan

4) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal

minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio ini dirimuskan sebagai berikut:

Modal

CAR = X100% ATMR


(29)

28

2. Asset Quality

Kualitas asset atau aktiva yang produktif sangat erat kaitannya dengan kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu manajemen bank dituntut untuk memantau dan menganalisis kualitas aset atau aktiva produktif. Aktiva produktif dapat berupa penanaman dana dalam bentuk kredit, SBI, dan penanaman dana pada bank lain, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Kualitas aktiva produktif dinilai atas dasar penggolongan kolektibilitas yang terdiri dari aktiva lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

3. Management

Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam mengelola bank. Kualitas manusia juga dilihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. 4. Earning

Earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan

bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang telah ditetapkan.


(30)

29

Penilaian earning meliputi hal-hal seperti:

a. ROA

Untuk mengetahui apakah suatu bank dikelola dengan baik, diperlukan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan bank adalah imbal hasil atas asset (Return on Asset- ROA), laba bersih sebelum

pajak dibagi asset.

EBIT

ROA = X100% Total Asset

b. ROE

Pemilik bank (pemegang saham) biasanya mengharapkan berapa besar penerimaan bank dari investasi ekuitasnya. Informasi ini diberikan oleh pengukuran keuntungan bank yaitu imbal hasil atas ekuitas (Return on Equity-

ROE), laba bersih setelah pajak dari ekuitas (modal) bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

EAT

ROE = X100% Modal Inti

c. BOPO (Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional)

Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat dan distribusi biaya operasional bank dalam menghasilkan pendapatan operasionalnya. Rasio ini menunjukkan prosentase efisiensi usaha dalam menghasilkan pendapatan dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin kecil nilai rasio di bawah 100% akan semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:


(31)

30

Beban Operasional

BOPO = X100% Pendapatan Operasional

e. Liquidity

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana kredit. Perbankan umunya memiliki modal sendiri yang cukup. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Krediit yang diberikan

LDR = X100% Dana yang diterima

Unsur Capital

1. Capital Asset Ratio- CAR = 8% - 9,9 % (minimum). Unsur Asset

2. Rasio aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang produktif mencapai 0,55-3,35%.

3. Rasio cadangan aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang diklasifikasikan mencapai 54%-66%.

Unsur Manajemen

4. Manajemen umum 10%. 5. Manajemen risiko 15%. Unsur Earning


(32)

31

7. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 92%-93,52%.

Unsur Liquidity

8. Rasio call money terhadap aktiva lancar mencapai maksimum 19%.

9. Loans to deposit ratio, maksimum mencapai 89,75%.

Di samping dengan penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi oleh hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :

1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Pelaksanaan Kredit Ekspor.

2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit.

3. Pelanggaran Posisi Devisa Neto. B. Sumber-Sumber Dana Bank

Menurut Dahlan Siamat (1993:84), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan dapat digunakan setiap waktu. Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dahulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan.


(33)

32

Dana untuk membiayai operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Di samping itu, untuk membiayai operasinya maka dana dapat juga diperoleh dengan modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham baru kepada pemilik baru. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut.

Kemampuan bank dalam memperoleh sumber-sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber-sumber dana bank harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan untuk memperolehnya, jangka waktu sumber dana, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. Dalam praktiknya, dana yang tersedia sangat beragam dengan berbagai persyaratan pula. Dalam hal ini, bank harus pintar menentukan untuk apa dana tersebut digunakan, seberapa besar dana yang dibutuhkan, sehingga tidak salah dalam menentukan pilihan.

Adapun jenis-jenis sumber dana tersebut antara lain :

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri (dana pihak I).

Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Maksud dari modal sendiri ini adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk


(34)

33

melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal.

Dalam neraca bank, dana modal sendiri terdiri atas :

 Modal setor, yakni uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri.

 Agio saham, yakni nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan pemegang saham baru dibandingkan nominal saham. Cadangan-cadangan bank, yakni sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari.

 Laba di tahan, yakni laba milik para pemegang saham yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan (deviden), namun dimasukkan kembali sebagai modal kerja bank.

2. Dana yang bersumber dari lembaga lain (dana pihak II).

Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana. Pencarian dari sumber dana ini relatif mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan utuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana ini dapat diperoleh antara lain dari :

 Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.


(35)

34

 Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi.  Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh

perbankan dari pihak luar negeri.

Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

3. Dana yang berasal dari masyarakat luas (dana pihak III).

Sumber dana yang ketiga ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Sumber dana dari pihak ketiga ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat dan persyaratan untuk mencarinya tidaklah sulit. Jika bank dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik maka bank dapat dengan mudah menarik dana dari sumber ini.

Pembagian jenis simpanan ke dalam beberapa jenis dimaksudkan agar para penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa keuntungan, kemudahan atau keamanan uangnya. Contohnya, tujuan utama menyimpan uang dalam bentuk rekening giro adalah untuk kemudahan dalam melakukan


(36)

35

pembayaran, terutama bagi mereka yang berada dalam dunia bisnis dan biasanya pemegang rekening giro tidak begitu memperhatikan bunganya. Sedangkan bagi mereka yang menyimpan uangnya di rekening tabungan disamping memiliki kemudahan untuk mengambil uangnya juga dapat memperoleh bunga yang lebih besar dibandingkan dengan rekening giro. Sedangkan bagi mereka yang menyimpan uangnya di rekening deposito memiliki tujuan untuk memperoleh bunga yang lebih besar. Hal ini disebabkan bunga deposito yang diberikan kepada deposan paling tinggi dari simpanan lainnya.

Dari ketiga sumber dana bank diatas, yang merupakan sumber utama dana bank berasal dari dana-dana masyarakat (dana pihak III). Secara umum, dana pihak ketiga ini dibagi ke dalam tiga jenis yaitu :

1) Simpanan Giro (Demand Deposit)

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Simpanan ini dapat ditarik setiap saat maksudnya adalah bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan bahwa dana yang tersedia masih mencukupi. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini

digunakan juga untuk menata usahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang


(37)

36

bersangkutan. Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya.

Salah satu segi yang amat penting dalam peningkatan jumlah pemegang giro adalah kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut dan pelayanan

(service) yang menyenangkan nasabah. Disamping itu, karamah tamahan pekerja

bank juga merupakan syarat penting dan melalui pelayanan yang baik serta menyenangkan dan tempat/ruangan nasabah yang nyaman akan sangat menguntungkan bank karena dana giro yang dianggap sebagai dana besar yang termurah akan terus berkembang dan bertambah secara meyakinkan.

2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Tabungan ini mempunyai ciri diantara giro dan deposito. Pada tabungan dapat dilakukan penyetoran sewaktu-waktu dan penarikan dananya oleh nasabah dengan tidak perlu memperhatikan jatuh waktunya seperti pada deposito. Motif masyarakat mempunyai tabungan yaitu untuk menanamkan dananya dan untuk berjaga-jaga atau untuk menghimpun dana dalam mencapai


(38)

37

maksud tertentu setelah dananya mencukupi akan ditarik kembali oleh para penabung yang bersangkutan.

Program tabungan yang pernah diperkenalkan pemerintah sejak tahun 1971 adalah tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dll. Akan tetapi, adanya deregulasi di bidang perbankan seperti Paket Juni 1983 dan Paket Oktober 1988 menyebabkan semua bank memiliki berbagai jenis tabungan dengan nama yang khusus serta memberikan rangsangan bagi nasabahnya. Semua jenis bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia), seperti diperkenalkannya tabungan harian (dengan tingkat bunga yang dihitung harian secara rata-rata), adanya penarikan undian berhadiah, kemudian untuk menyetor maupun menarik dana, serta berbagai fasilitas lainnya. (Lukman Dendawijaya, 2000: 58).

Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat, yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kwitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atau tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro,


(39)

38

besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro.

3) Simpanan Deposito (Time Deposit)

Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari.

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Artinya, jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir atau disebut dengan jatuh tempo.

Sesuai dengan namanya yaitu simpanan berjangka maka bentuk deposito ini juga dapat dibedakan dengan jangka waktu jatuh temponya, masing-masing bank mempunyai pembagian jangka waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya waktu tersebut diatur dalam bentuk 1 bulan, 3 bulan,6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan seterusnya. Tingkat suku bunga antara deposito yang berjangka waktu pendek dengan jangka waktu yang lebih panjang juga sering berbeda-beda. Secara normal suku bunga deposto yang berjangka waktu lebih panjang biasanya mempunayi tingkat suku bunga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan deposito yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek.


(40)

39

Mengingat jangka waktu jatuh tempo dari deposito ini sudah pasti dapat diperkirakan, maka pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito ini tentu lebih stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak bank juga menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai jangka waktu yang relatif lebih panjang, dan sudah tentu suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada para deposannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang rekening giro. Apabila ditinjau dari segmen pasarnya maka deposito lebih banyak dimiliki oleh perorangan, lembaga non-profit, yayasan-yayasan sosial, dan sejenisnya untuk sarana penanaman modal.

C.Alokasi Dana Bank

Menurut Dahlan Siamat (2001:132) penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar :

1. Prioritas penggunaan dana.

Alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas :

a. Cadangan primer (primary reserve), merupakan prioritas pertama dan

yang paling utama dalam alokasi dana bank.

b. Cadangan sekunder (secondary reserve), merupakan prioritas kedua dan

sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer.

c. Penyaluran kredit, merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder. d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank


(41)

40

penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu.

2. Sifat aktiva

Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu :

a. Penanaman dana dalam aktiva produktif.

Aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal.

b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif.

Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap

dan inventaris. D.Penyaluran Kredit 1. Pengertian Kredit

Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan). Sedangkan manajemen perkreditan pada dasarnya


(42)

41

merupakan proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit. Sebagai lembaga pemberi kredit, kebijaksanaan yang ditempuh bank sangat terkait erat dengan line of bussiness

bank tersebut, bentuk dan sifat kredit yang dapat diberikan, pengaturan rencana kredit, pengaturan wewenang kredit, analisis krcdit, penetapan plafond kredit,

pengaturan administrasi kredit, pembinaan kredit dan terakhir adalah pengamanan atas kredit yang berjalan. Dari sumber-sumber dana yang tersedia, sebagian besar dialokasikan untuk kredit. Karena bunga atas kredit-kredit yang dinikmati nasabah merupakan sumber pendapatan bank yang terbesar.

Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini, telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan pengamanan kredit lebih digalakkan, di samping peningkatan sistem pembinaan nasabah. Kesemua ini adalah untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan pembiayaan masyarakat. Aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung atau pun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya demikian juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi pembayaran dari relasi nasabah juga akan menggunakan jasa-jasa perbankan, demikian juga kegiatan keuangan lain seperti L/C, inkaso dan sebagainya.


(43)

42

2. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan (profit)

yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan bank, yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan. Kredit yang aman (safe) akan memberikan dampak yang

positif bagi bank sehingga kepercayaan masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitability dan safety akan berjalan beriringan.

3. Fungsi Kredit

Secara garis besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatkan daya guna (utility) dari uang,

(2) Meningkatkan daya guna (utility) dari barang,

(3) Meningkatkan peredaran danlalu lintas uang, (4) Sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi,

(5) Akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat,

(6) Sebagai jembatan untukmeningkatkan pendapatan nasional, dan (7) Sebagai alat hubungan ekonomiinternasional.

4. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.


(44)

43

b. Kesepakatan

Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka Waktu

Setiap krcdit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko

Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama faktor kerugian yang

diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar kreditnya padahal mampu. Kedua, risiko kerugian yang ditimbulkan oleh

unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana alam.

5. Jenis-jenis Kredit

Pada prinsipnya, kredit itu hanya ada satu macam saja, yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu “kontra prestasi” berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, yaitu antara lain berdasarkan: sifat penggunaan, keperluan, jangka waktu, dan jaminan atas kredit yang diberikan bank.

a. Jenis Kredit Menurut Sifat Penggunaannya.


(45)

44

1) Kredit Konsumtif.

Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila kita tinjau dan segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang memenuhi

kebutuhan hidupnya. Misalnya kredit untuk rnembeli rumah, barang-barang keperluan rumah tangga dan lain-lainnya.

2) Kredit Produktif.

Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui kredit produktif inilah suatu utility uang dan barang dapat dilihat dengan

nyata. Peranan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

b. Jenis Kredit Menurut Keperluannya

Jenis kredit menurut keperluannya adalah sebagai berikut: 1) Kredit Produksi Eksploitasi.

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualilalif yaitu peningkatan kualitas/mutu hasil produksi. Disebut juga kredit ekploitasi karena bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk menutup biaya-biaya ekspliotasi perusahaan secara luas berupa pembelian bahan-bahan baku, bahan penolong dan biaya-biaya produksi lainnya (upah, biaya pengepakan, biaya distribusi dan sebagainya).


(46)

45

2) Kredit Perdagangan.

Kredit ini digunakan untuk keperluan-keperluan perdagangan pada umumnya, yang berarti peningikatan utility of place dan sesuatu barang.

Pelaksanaan pemberian kredit perdagangan dalam negeri maupun luar negeri dapat dilakukan dengan Letter of Credit (L/C). Letter of Credit pada

dasarnya adalah surat perintah dari pembeli (importir) kepada penjual

(eksportir) untuk mengirimkan sejumlah barang yang tertera dalam LC

dengan jaminan uang akan dikirim bilamana syarat-syarat dalam LC dapat dipenuhi oleh penjual (eksportir).

3) Kredit Investasi.

Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya

dengan itu. Ciri dari kredit investasi antara lain: (1) diperlukan untuk penanaman modal, (2) mempunyai perencanaan yang terarah dan matang, dan (3) waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang. c. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu.

Jenis kredit menurut jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi:

1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan jangka waktu selamalamanya 1 tahun

2) Kredit jangka menengah, adalah kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan l0 tahun


(47)

46

3) Kredit jangka panjang, adalah kredit yang berjangka waktu lebih dan 10 tahun.

d. Jenis Kredit Menurut Jaminannya.

Jenis kredit berdasarkan jaminannya adalah sebagai berikut: 1) Kredit tanpa Jaminan (Unsecured Loans)

Jaminan disini yang dimaksudkan adalah jaminan fisik. Di Indonesia jenis kredit ini belum lazim dan dilarang oleh Bank lndonesia. Tetapi di Eropa dan Amerika kredit ini justru yang lazim dipakai dan khususnya diperuntukkan pada perusahan yang besar dan kuat.

2) Kredit dengan Jaminan (Secured Loans)

Jenis kredit ini adalah kredit yang penilaiannya lengkap dalam arti segala aspek penilaian turut dipertimbangkan termasuk jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik, dan atau mesin-mesin pabrik, perhiasan dan barang-barang fisik lainnya.

6. Konsep Penilaian Kredit

Penilaian kredit merupakan kegiatan untuk menilai keadaan calon debitur. Penilaian kredit atau analisis kredit sangat mempengaruhi kualitas portofolio kredit bank. Analisis kredit yang kurang akurat pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Dalam melakukan penilaian kredit ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain: prinsip-prinsip perkreditan, aspek penilaian kredit, dan teknik penyelesaian kredit macet.


(48)

47

1) Prinsip-prinsip Perkreditan

Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 5C dan 7P. Pada dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad baik (willingnes to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk

melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan 5C tersebut adalah sebagai berikut:

a) Character

Pada prinsip ini diperhatikan dan diteliti tentang kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat pribadi, cara hidup (style of living), keadaan keluarganya (anak

istri), hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan

ukuran tentang kemauan untuk membayar (willingnes to pay).

b) Capacity

Penilaian terhadap capacity debitur dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya. Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kemampuannya melakukan pengelolaaan atas usaha yang akan dibiayai dengan kredit.

c) Capital

Penyelidikan terhadap prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya

melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan oleh debitur. Cukupkah modal yang tersedia sehingga segala sumber dapat bergerak secara efektif. Baikkah pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju. Berapa besar


(49)

48

modal kerjanya? Kesemuanya ini dapat dilihat dan posisi neraca perusahaan calon debitur.

d) Colleteral

Penilaian terhadap barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur

sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan di sini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya.

e) Condition

Pada prinsip kondisi (condition), dinilai kondisi ekonomi secara umum

serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui, sehingga bantuan yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. Kondisi ekonomi ini termasuk pula peraturan-peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha nasabah atau debitur.

Sedangkan prinsip-prinsip 7 P dalam kredit adalah sebagai berikut:

a) Personality

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan dan


(50)

49

sebagainya), hobby, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat

(social standing) dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan

kepribadian calon debitur.

b) Purpose

Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit Apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of

business kredit bank yang bersangkutan.

c) Prospect

Prospect merupakan harapan masa depan dan bidang usaha atau kegiatan

usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan keadaan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

d) Payment

Payment merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran

kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan

sehingga dapat dipcrkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.

e) Party

Party merupakan pengklasifikasan nasabah ke dalam klasilikasi tertentu

atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan


(51)

50

tertentu dan akan mendapat fasilitas krcdit yang berbeda pula dari bank, baik dari segi jumlah bunga dan persyaratan lainnya.

f) Profitability

Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability dapat diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama

atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

g) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

7. Aspek-aspek Penilaian Kredit

Selain prinsip-prinsip penilaian kredit di atas, ada beberapa aspek kegiatan usaha caton debitur yang perlu dianalisis, antara lain:

a). Aspek Umum dan Manajemen

Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain mengenai:

(1) Bentuk, nama dan alamat perusahaan (termasuk akte pendirian perusahaan);

(2) Susunan pengurus lengkap perusahaan (dilengkapi daftar riwayat hidupnya);

(3) Bidang usaha (line of business) calon debitur; (4) Social standing pengurus;


(52)

51

(6) Struktur organisasi b) Aspek Teknis.

Penilalan terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal berikut ini:

(1)Keterangan tentang produksi termasuk kapasitas riil dan design

capacity;

(2) Perkembangan usaha (produksi, penjualan dan persediaan); (3) Lokasi perusahaan;

(4) Persediaan bahan baku dan kontinuitas persediaan; (5) Rencana usaha (kapasitas yang direncanakan); (6) Kualitas tenaga kerja.

c) Aspek Ekonomis Dan Komersial.

Penilalan aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai: (1) Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan;

(2) Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur dalam persaingan;

(3) Prospek pemasaran di masa datang d) Aspek Finansial.

Penilaian terhadap aspek financial antara lain mengenai:

(1) Analisis laporan neraca dan rugi/laba perusahaan; (2) Analisis biaya dan pendapatan;

(3) Perhitungan kebutuhan kredit e) Aspek Jaminan.


(53)

52

(1) Jumlah dan nilai jaminan; (2) Status pemilikan;

(3) Daya tahan jaminan; (4) Tata cara pengikatan.

f) Aspek Analisis Dampak Lingkungan.

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

8. Investasi Aktiva Tetap

Menurut husnan (2002:6) investasi dalam aktiva tetap merupakan suatu penanaman modal dalam aktiva dalam harapan perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya. Sedangkan menurut Samryn (2002:239) investasi dalam aktiva meliputi aktiva yang dapat menyediakan suatu hasil tertentu dalam periode waktu jangka panjang. Definisi lain mengenai investasi dalam aktiva tetap adalah investasi dalam mesin, bangunan, kendaraan dan lain-lain dimana dana yang teratanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembaliannya secara berangsur-angsur melalui defresiasi (Riyanto,2003:115).

Dalam pengambilan keputusan atas usulan investasi perlu diketahui beberapa faktor (Harahap, 2002:219)

1. Akibat keputusan tentang investasi aktiva tetap mempengaruhi semua departamen dalam perusahaan


(54)

53

2. Keputusan tentang investasi aktiva tetap menyangkut nasib perusahaan dalam jangka panjang

3. Akibat kesalahan dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang dan menimbulkan hal yang serius. 4. Keputusan tentang investasi tidak dapat di realisir saat itu juga sehingga

memerlukan perencanaan yang lebih matang.

Jumlah dana yang di investasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode defresiasi yang digunakan (Riyanto, 2003:116)

F. Likuiditas Bank 1. Pengertian Likuiditas

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Oleh karena itu, bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola oleh bank.

Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif perbankan sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2004, 153) :


(55)

54

Joseph E.Barus

Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Oliver G.Wood,Jr

Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.

William M.Galvin

Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.

2. Sumber-Sumber Kebutuhan Likuiditas

a. Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain : Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash

ratio.

b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden. c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari. d. Permintaan kredit masyarakat.

Sejalan dengan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap likuid apabila :

1. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya.

2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.


(56)

55

3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang.

3. Teori Manajemen Likuiditas (Dahlan Siamat,2004,158)

Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengolah dana dan sumber-sumber dana bank agar dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam kegiatan operasional bank sehari-hari. Ada beberapa teori manajemen likuiditas yang dikenal dalam perbankan yakni :

1) Commercial LoanTheory

Likuiditas bank menurut teori ini akan dapat terjamin apabila aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal. Dan apabila bank yang bersangkutan akan memberikan kredit yang lebih panjang hendaknya sumber dana diambil dari modal bank dan sumber dana jangka panjang. Secara khusus teori ini menyatakan bahwa bank harus hanya memberikan kredit jangka pendek atau self-liquiditing

loans. Misalnya kredit yang digunakan untuk modal kerja.

Kelemahan commercial loan theory ini adalah :

a. Banyak kredit bukan jangka pendek dan tidak self-liquidating.

b. Dalam situasi ekonomi yang sedang lesu, kredit modal kerja yang pelunasannya berasal dari arus kas nasabah debitur akan menjadi tidak lancar.


(57)

56

c. Kredit jangka pendek dapat menjadi jangka panjang melalui perpanjangan waktu secara terus menerus.

d. Dalam perekonomian yang semakin maju, kredit jangka

menengah/panjang akan menjadi semakin penting dan dibutuhkan.

e. Teori ini mengabaikan kenyataan bahwa dalam keadaan normal atau stabil, sumber-sumber dana bank seperti giro, tabungan, dan deposito memungkinkan untuk disalurkan sebagai kredit yang jangka waktunya lebih panjang.

f. Secara implisit, teori ini menganggap bahwa likuiditas dapat terpenuhi dengan hanya mengandalkan sumber dari pelunasan dan atau pembayaran kredit oleh nasabah. Padahal, penarikan simpanan dan pencairan kredit dapat melebihi likuiditas yang hanya bersumber dari pelunasan kredit.

2) Shiftability Theory

Pada tahun 1940-an, sebuah teori perbankan muncul di kalangan perbankan Amerika, yang dikenal dengan nama the shiftability theory (teori

tentang aktiva yang dapat dipindahkan). Teori ini menjelaskan bahwa likuiditas suatu bank tergantung pada kemampuan bank tersebut untuk memindahkan aktivanya ke pihak/orang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Jadi, akan dapat diterima bagi sebuah bank untuk menyimpan investasi-investasi pasar terbuka jangka pendek dalam portifolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah deposan harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka maka bank hanya tinggal menjual investasi-investasi tersebut, mengambil uang yang diperoleh (dibeli) dan membayarkannya kembali kepada para deposan.


(1)

iv

segala pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi.

4. Kedua Orang Tuaku, serta keluarga besar atas cinta, kasih sayang, doa, semangat dan bimbingan serta dukungannya baik materiil dan spirituil yang tiada henti-hentinya diberikan selama ini.

5. Segenap Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Manajemen atas semua ilmu yang bermanfaat dan bantuannya.

6. Arief Eko Setiawan yang telah membantu dan mensuport, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

7. Sahabatku Deni, Ina, Ahmad, Ria, Anjar serta teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang terus memberikan semangat dan dukungannya selama ini

8. Serta semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 20 November 2010 Penulis


(2)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… i

ABSTRAKSI……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR GAMBAR ……….… viii

DAFTAR TABEL ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 9

A. Lembaga Perbankan……… 9

B. Sumber-sumber Dana Bank……… 31

C. Alokasi Dana Bank……….. 39

D. Penyaluran Kredit………. 40

E. Investasi Aktiva Tetap………. 52

F. Likuiditas Bank………. 53

G. Loan Deposit Ratio……… 60

H. Variable-variabel yang mempengaruhi……… 61


(3)

vi

J. Kerangka Pemikiran……… 68

K. Hipotesis Penelitian……… 69

BAB III METODE PENELITIAN ……… 70

A. Ruang Lingkup Penelitian………..……… 70

B. Populasi dan sampel Penelitian………..………... 70

C. Sumber Data………….……….. 71

D. Metode Pengumpulan Data……… 72

E. Definisi Operasional Variabel……….. 73

F. Hipotesis Penelitian……….. 74

G. Metode Analisis Data……….. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 80

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia………. 80

B. Kondisi Umum LDR dan Variabel-variabel yang Mempengaruhi. 85 1. Kondisi Loan Deposit Ratio Bank Umum……… 85

2. Kondisi Simpanan Masyarakat Bank Umum……….……. 87

. 3. Kondisi Pinjaman yang diberikan Bank Umum………….. 88

4. Kondisi Investasi Aktiva Tetap Bank Umum……….. 89

C. Analisi Data………....……. 90

1. Pengujian Asumsi Klasik……… 89

2. Pengujian Hipotesis Statistik ……… 94

a. Uji F-Statistik……… 94

b. Uji T-Statistik……… 95


(4)

vii

d. Regresi Liner Berganda………... 99

D. Interpretasi Penelitian………..……….……… 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 105

A. Kesimpulan……….… 105

B. Saran……… 106

DAFTAR PUSTAKA……… 107


(5)

viii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Daftar Bank Umum Go Public 2007-2009 71 4.1 Kondisi Tingkat LDR Bank Umum 85 4.2 Kondisi Tingkat Simpanan Masyarakat 87 4.3 Kondisi Tingkat Kredit yang Diberikan 88 4.4 Kondisi Tingkat Investasi Ativa Tetap 89 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas 91 4.6 Koefisien Durbin Watson 92 4.7 Pengujian Hipotesis F-statistik 95 4.8 Pengujian Hipotesis t-Statistik 95 4.9 Koefisien Determinasi (R2) 98


(6)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 68 4.1 Hasil Uji Normalitas 91 4.2 Hasil Uji Heteroskedesitas 94


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Bank-Bank Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2009

0 18 88

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Investasi Aktiva Tetap Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public

7 39 97

PENGARUH BIAYA BUNGA, PENDAPATAN BUNGA DAN INVESTASI PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK UMUM YANG GO PUBLIC DI BEJ PERIODE 2005 – 2007

0 5 24

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KINERJA PERBANKAN UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di

0 3 16

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KINERJA PERBANKAN UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di BEI Periode 2013-2015).

0 2 8

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di BEI Periode 2013-2015).

0 2 21

ANAL Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 1 12

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 1 10

ANAL Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 3 25