23
5. Penilaian Kinerja Bank
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja
perbankan sendiri dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadi krisis perbankan membuat pemerintah memberikan kebijakan pengaturan dan
pengawasan bank semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting dan peran strategis sektor perbankan dalam suatu
perekonomian. Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu
perekonomian. Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang, masih didominasi oleh lembaga perbankan. Di Indonesia, misalnya, menurut Yunus
Husein 2003, industri perbankan menguasai sekitar 93 dari total industri keuangan. Dalam kondisi yang demikian, apabila lembaga perbankan tidak sehat
dan tidak befungsi secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada terganggunya kegiatan perekonomian.
6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank maupun
Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang keuangan dan perbankan membawa perubahan yang cukup
berpengaruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan bank. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Sama seperti manusia
24
yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian
kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja
menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.
Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung evektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonominan secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik
dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta
memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai kebutuhan dan aturan
yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketetentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia
25
selaku pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan
operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan untuk membuat laporan baik yang
bersifat rutin atau secara berkala tentang seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian kesehatan bank ini dilakukan setiap tahun untuk mengetahui
apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank. Berdasarkan pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas dan sensitivitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian. Dalam perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan
yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai
standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai
berikut :
26
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank. 3. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank Indonesia No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu
bank didasarkan atas : 1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva 3. Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan
Manajemen Resiko. 4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas 6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank. Peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas
mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian faktor CAMEL atau sering disebut Analisis CAMEL yakni :
27 1.
Capital Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital
adequacy ratio. Analisis solvabilitas digunakan untuk: 1 Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan, 2 Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai
batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain,
3 Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan
4 Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang
dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko ATMR. Rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio CAR yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko ATMR. Rasio ini dirimuskan
sebagai berikut: Modal
CAR = X100 ATMR
28
2. Asset Quality Kualitas asset atau aktiva yang produktif sangat erat kaitannya dengan
kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu manajemen bank dituntut untuk memantau dan menganalisis kualitas aset atau aktiva produktif. Aktiva produktif
dapat berupa penanaman dana dalam bentuk kredit, SBI, dan penanaman dana pada bank lain, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan
aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian bagi bank. Kualitas aktiva produktif dinilai atas dasar penggolongan kolektibilitas yang terdiri dari aktiva lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet. 3. Management
Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam mengelola bank. Kualitas manusia juga dilihat dari segi pendidikan serta
pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas
aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. 4. Earning
Earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat
diatas standar yang telah ditetapkan.
29
Penilaian earning meliputi hal-hal seperti: a. ROA
Untuk mengetahui apakah suatu bank dikelola dengan baik, diperlukan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan
bank adalah imbal hasil atas asset Return on Asset- ROA, laba bersih sebelum pajak dibagi asset.
EBIT ROA = X100
Total Asset b. ROE
Pemilik bank pemegang saham biasanya mengharapkan berapa besar penerimaan bank dari investasi ekuitasnya. Informasi ini diberikan oleh
pengukuran keuntungan bank yaitu imbal hasil atas ekuitas Return on Equity- ROE, laba bersih setelah pajak dari ekuitas modal bank. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut: EAT
ROE = X100 Modal Inti
c. BOPO Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat dan distribusi biaya
operasional bank dalam menghasilkan pendapatan operasionalnya. Rasio ini menunjukkan prosentase efisiensi usaha dalam menghasilkan pendapatan
dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin kecil nilai rasio di bawah 100 akan semakin baik. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
30
Beban Operasional BOPO = X100
Pendapatan Operasional e. Liquidity
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek.
Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menciptakan dana kredit.
Perbankan umunya memiliki modal sendiri yang cukup. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Krediit yang diberikan LDR = X100
Dana yang diterima
Unsur Capital
1. Capital Asset Ratio- CAR = 8 - 9,9 minimum.
Unsur Asset
2. Rasio aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang produktif mencapai 0,55-3,35.
3. Rasio cadangan aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva yang diklasifikasikan mencapai 54-66.
Unsur Manajemen
4. Manajemen umum 10. 5. Manajemen risiko 15.
Unsur Earning
6. Return on Asset mencapai 1,25-1,5.
31
7. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 92- 93,52.
Unsur Liquidity
8. Rasio call money terhadap aktiva lancar mencapai maksimum 19.
9
. Loans to deposit ratio, maksimum mencapai 89,75. Di samping dengan penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga
dipengaruhi oleh hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap : 1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil KUK dan
Pelaksanaan Kredit Ekspor. 2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum pemberian Kredit BMPK atau
sering disebut dengan Legal Lending Limit. 3. Pelanggaran Posisi Devisa Neto.
B. Sumber-Sumber Dana Bank