Alokasi Dana Bank Loan to Deposit Ratio LDR

39 Mengingat jangka waktu jatuh tempo dari deposito ini sudah pasti dapat diperkirakan, maka pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito ini tentu lebih stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak bank juga menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai jangka waktu yang relatif lebih panjang, dan sudah tentu suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada para deposannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang rekening giro. Apabila ditinjau dari segmen pasarnya maka deposito lebih banyak dimiliki oleh perorangan, lembaga non-profit, yayasan-yayasan sosial, dan sejenisnya untuk sarana penanaman modal.

C. Alokasi Dana Bank

Menurut Dahlan Siamat 2001:132 penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar : 1. Prioritas penggunaan dana. Alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas : a. Cadangan primer primary reserve, merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam alokasi dana bank. b. Cadangan sekunder secondary reserve, merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer. c. Penyaluran kredit, merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder. d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah 40 penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu. 2. Sifat aktiva Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu : a. Penanaman dana dalam aktiva produktif. Aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal. b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif. Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris.

D. Penyaluran Kredit

1. Pengertian Kredit

Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Sedangkan manajemen perkreditan pada dasarnya 41 merupakan proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit. Sebagai lembaga pemberi kredit, kebijaksanaan yang ditempuh bank sangat terkait erat dengan line of bussiness bank tersebut, bentuk dan sifat kredit yang dapat diberikan, pengaturan rencana kredit, pengaturan wewenang kredit, analisis krcdit, penetapan plafond kredit, pengaturan administrasi kredit, pembinaan kredit dan terakhir adalah pengamanan atas kredit yang berjalan. Dari sumber-sumber dana yang tersedia, sebagian besar dialokasikan untuk kredit. Karena bunga atas kredit-kredit yang dinikmati nasabah merupakan sumber pendapatan bank yang terbesar. Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini, telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan pengamanan kredit lebih digalakkan, di samping peningkatan sistem pembinaan nasabah. Kesemua ini adalah untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan pembiayaan masyarakat. Aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung atau pun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya demikian juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi pembayaran dari relasi nasabah juga akan menggunakan jasa-jasa perbankan, demikian juga kegiatan keuangan lain seperti LC, inkaso dan sebagainya. 42

2. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan profit yang tinggi dari jasa pemberian kredit dan keamanan bank, yaitu keamanan untuk nasabah penyimpan. Kredit yang aman safe akan memberikan dampak yang positif bagi bank sehingga kepercayaan masyarakat akan bertambah. Dengan demikian, profitability dan safety akan berjalan beriringan.

3. Fungsi Kredit

Secara garis besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan daya guna utility dari uang, 2 Meningkatkan daya guna utility dari barang, 3 Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 4 Sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi, 5 Akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, 6 Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan 7 Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

4. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bank bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. 43 b. Kesepakatan Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka Waktu Setiap krcdit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu yang mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko Faktor risiko dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama faktor kerugian yang diakibatkan adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar kreditnya padahal mampu. Kedua, risiko kerugian yang ditimbulkan oleh unsur ketidaksengajaan nasabah sehingga mereka tidak mampu membayar kreditnya, misalnya akibat terjadi musibah bencana alam.

5. Jenis-jenis Kredit

Pada prinsipnya, kredit itu hanya ada satu macam saja, yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu “kontra prestasi” berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, yaitu antara lain berdasarkan: sifat penggunaan, keperluan, jangka waktu, dan jaminan atas kredit yang diberikan bank. a. Jenis Kredit Menurut Sifat Penggunaannya. Jenis kredit menurut sifat penggunaannya terdiri atas: 44 1 Kredit Konsumtif. Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi kredit ini tidak bernilai bila kita tinjau dan segi utility uang, akan tetapi hanya membantu seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya kredit untuk rnembeli rumah, barang- barang keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. 2 Kredit Produktif. Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui kredit produktif inilah suatu utility uang dan barang dapat dilihat dengan nyata. Peranan kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b. Jenis Kredit Menurut Keperluannya Jenis kredit menurut keperluannya adalah sebagai berikut: 1 Kredit Produksi Eksploitasi. Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualilalif yaitu peningkatan kualitasmutu hasil produksi. Disebut juga kredit ekploitasi karena bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk menutup biaya-biaya ekspliotasi perusahaan secara luas berupa pembelian bahan-bahan baku, bahan penolong dan biaya-biaya produksi lainnya upah, biaya pengepakan, biaya distribusi dan sebagainya. 45 2 Kredit Perdagangan. Kredit ini digunakan untuk keperluan-keperluan perdagangan pada umumnya, yang berarti peningikatan utility of place dan sesuatu barang. Pelaksanaan pemberian kredit perdagangan dalam negeri maupun luar negeri dapat dilakukan dengan Letter of Credit LC. Letter of Credit pada dasarnya adalah surat perintah dari pembeli importir kepada penjual eksportir untuk mengirimkan sejumlah barang yang tertera dalam LC dengan jaminan uang akan dikirim bilamana syarat-syarat dalam LC dapat dipenuhi oleh penjual eksportir. 3 Kredit Investasi. Kredit ini diberikan oleh bank kepada para pengusaha untuk keperluan investasi. Pemanfaatannya bukanlah untuk keperluan penanaman modal kerja, akan tetapi untuk keperluan perbaikan ataupun pertambahan barang modal capital goods beserta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Ciri dari kredit investasi antara lain: 1 diperlukan untuk penanaman modal, 2 mempunyai perencanaan yang terarah dan matang, dan 3 waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang. c. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu. Jenis kredit menurut jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi: 1 Kredit jangka pendek, yaitu kredit dengan jangka waktu selamalamanya 1 tahun 2 Kredit jangka menengah, adalah kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan l0 tahun 46 3 Kredit jangka panjang, adalah kredit yang berjangka waktu lebih dan 10 tahun. d. Jenis Kredit Menurut Jaminannya. Jenis kredit berdasarkan jaminannya adalah sebagai berikut: 1 Kredit tanpa Jaminan Unsecured Loans Jaminan disini yang dimaksudkan adalah jaminan fisik. Di Indonesia jenis kredit ini belum lazim dan dilarang oleh Bank lndonesia. Tetapi di Eropa dan Amerika kredit ini justru yang lazim dipakai dan khususnya diperuntukkan pada perusahan yang besar dan kuat. 2 Kredit dengan Jaminan Secured Loans Jenis kredit ini adalah kredit yang penilaiannya lengkap dalam arti segala aspek penilaian turut dipertimbangkan termasuk jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik, dan atau mesin-mesin pabrik, perhiasan dan barang-barang fisik lainnya.

6. Konsep Penilaian Kredit

Penilaian kredit merupakan kegiatan untuk menilai keadaan calon debitur. Penilaian kredit atau analisis kredit sangat mempengaruhi kualitas portofolio kredit bank. Analisis kredit yang kurang akurat pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Dalam melakukan penilaian kredit ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain: prinsip-prinsip perkreditan, aspek penilaian kredit, dan teknik penyelesaian kredit macet. 47 1 Prinsip-prinsip Perkreditan Prinsip perkreditan disebut juga sebagai konsep 5C dan 7P. Pada dasarnya konsep 5C ini akan dapat memberikan informasi mengenai iktikad baik willingnes to pay dan kemampuan membayar ability to pay nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan 5C tersebut adalah sebagai berikut: a Character Pada prinsip ini diperhatikan dan diteliti tentang kebiasaan-kebiasaan, sifat-sifat pribadi, cara hidup style of living, keadaan keluarganya anak istri, hobby dan social standing calon debitur. Prinsip ini merupakan ukuran tentang kemauan untuk membayar willingnes to pay. b Capacity Penilaian terhadap capacity debitur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan debitur mengembalikan pokok pinjaman serta bunga pinjamannya. Penilaian kemampuan membayar tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kemampuannya melakukan pengelolaaan atas usaha yang akan dibiayai dengan kredit. c Capital Penyelidikan terhadap prinsip capital atau permodalan debitur tidak hanya melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga bagaimana distribusi modal itu ditempatkan oleh debitur. Cukupkah modal yang tersedia sehingga segala sumber dapat bergerak secara efektif. Baikkah pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju. Berapa besar 48 modal kerjanya? Kesemuanya ini dapat dilihat dan posisi neraca perusahaan calon debitur. d Colleteral Penilaian terhadap barang jaminan collateral yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan atau agunan dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan di sini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya. e Condition Pada prinsip kondisi condition, dinilai kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yang mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui, sehingga bantuan yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. Kondisi ekonomi ini termasuk pula peraturan-peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha nasabah atau debitur. Sedangkan prinsip-prinsip 7 P dalam kredit adalah sebagai berikut: a Personality Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya kelahiran, pendidikan, pengalaman, usahapekerjaan dan 49 sebagainya, hobby, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat social standing dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur. b Purpose Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit Apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank yang bersangkutan. c Prospect Prospect merupakan harapan masa depan dan bidang usaha atau kegiatan usaha calon debitur selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan keadaan ekonomiperdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang. d Payment Payment merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat dipcrkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya. e Party Party merupakan pengklasifikasan nasabah ke dalam klasilikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan 50 tertentu dan akan mendapat fasilitas krcdit yang berbeda pula dari bank, baik dari segi jumlah bunga dan persyaratan lainnya. f Profitability Profitability merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability dapat diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. g Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

7. Aspek-aspek Penilaian Kredit

Selain prinsip-prinsip penilaian kredit di atas, ada beberapa aspek kegiatan usaha caton debitur yang perlu dianalisis, antara lain: a. Aspek Umum dan Manajemen Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain mengenai: 1 Bentuk, nama dan alamat perusahaan termasuk akte pendirian perusahaan; 2 Susunan pengurus lengkap perusahaan dilengkapi daftar riwayat hidupnya; 3 Bidang usaha line of business calon debitur; 4 Social standing pengurus; 5 Jumlah pegawai; 51 6 Struktur organisasi b Aspek Teknis. Penilalan terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal berikut ini: 1Keterangan tentang produksi termasuk kapasitas riil dan design capacity; 2 Perkembangan usaha produksi, penjualan dan persediaan; 3 Lokasi perusahaan; 4 Persediaan bahan baku dan kontinuitas persediaan; 5 Rencana usaha kapasitas yang direncanakan; 6 Kualitas tenaga kerja. c Aspek Ekonomis Dan Komersial. Penilalan aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai: 1 Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan; 2 Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur dalam persaingan; 3 Prospek pemasaran di masa datang d Aspek Finansial. Penilaian terhadap aspek financial antara lain mengenai: 1 Analisis laporan neraca dan rugilaba perusahaan; 2 Analisis biaya dan pendapatan; 3 Perhitungan kebutuhan kredit e Aspek Jaminan. Penilaian atas aspek jaminan meliputi: 52 1 Jumlah dan nilai jaminan; 2 Status pemilikan; 3 Daya tahan jaminan; 4 Tata cara pengikatan. f Aspek Analisis Dampak Lingkungan. Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

8. Investasi Aktiva Tetap

Menurut husnan 2002:6 investasi dalam aktiva tetap merupakan suatu penanaman modal dalam aktiva dalam harapan perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya. Sedangkan menurut Samryn 2002:239 investasi dalam aktiva meliputi aktiva yang dapat menyediakan suatu hasil tertentu dalam periode waktu jangka panjang. Definisi lain mengenai investasi dalam aktiva tetap adalah investasi dalam mesin, bangunan, kendaraan dan lain-lain dimana dana yang teratanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembaliannya secara berangsur-angsur melalui defresiasi Riyanto,2003:115. Dalam pengambilan keputusan atas usulan investasi perlu diketahui beberapa faktor Harahap, 2002:219 1. Akibat keputusan tentang investasi aktiva tetap mempengaruhi semua departamen dalam perusahaan 53 2. Keputusan tentang investasi aktiva tetap menyangkut nasib perusahaan dalam jangka panjang 3. Akibat kesalahan dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang dan menimbulkan hal yang serius. 4. Keputusan tentang investasi tidak dapat di realisir saat itu juga sehingga memerlukan perencanaan yang lebih matang. Jumlah dana yang di investasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode defresiasi yang digunakan Riyanto, 2003:116

F. Likuiditas Bank 1. Pengertian Likuiditas

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Oleh karena itu, bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola oleh bank. Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif perbankan sebagai berikut Dahlan Siamat, 2004, 153 : 54 Joseph E.Barus Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Oliver G.Wood,Jr Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. William M.Galvin Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.

2. Sumber-Sumber Kebutuhan Likuiditas

a. Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain : Ketentuan likuiditas wajib reserve requirement atau cash ratio. b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden. c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari. d. Permintaan kredit masyarakat. Sejalan dengan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap likuid apabila : 1. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya. 2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat- surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas. 55 3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang.

3. Teori Manajemen Likuiditas Dahlan Siamat,2004,158

Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori yang berkaitan dengan bagaimana mengolah dana dan sumber-sumber dana bank agar dapat memelihara posisi likuiditas dan memenuhi segala kebutuhan likuiditas dalam kegiatan operasional bank sehari-hari. Ada beberapa teori manajemen likuiditas yang dikenal dalam perbankan yakni : 1 Commercial LoanTheory Likuiditas bank menurut teori ini akan dapat terjamin apabila aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal. Dan apabila bank yang bersangkutan akan memberikan kredit yang lebih panjang hendaknya sumber dana diambil dari modal bank dan sumber dana jangka panjang. Secara khusus teori ini menyatakan bahwa bank harus hanya memberikan kredit jangka pendek atau self-liquiditing loans. Misalnya kredit yang digunakan untuk modal kerja. Kelemahan commercial loan theory ini adalah : a. Banyak kredit bukan jangka pendek dan tidak self-liquidating. b. Dalam situasi ekonomi yang sedang lesu, kredit modal kerja yang pelunasannya berasal dari arus kas nasabah debitur akan menjadi tidak lancar. 56 c. Kredit jangka pendek dapat menjadi jangka panjang melalui perpanjangan waktu secara terus menerus. d. Dalam perekonomian yang semakin maju, kredit jangka menengahpanjang akan menjadi semakin penting dan dibutuhkan. e. Teori ini mengabaikan kenyataan bahwa dalam keadaan normal atau stabil, sumber-sumber dana bank seperti giro, tabungan, dan deposito memungkinkan untuk disalurkan sebagai kredit yang jangka waktunya lebih panjang. f. Secara implisit, teori ini menganggap bahwa likuiditas dapat terpenuhi dengan hanya mengandalkan sumber dari pelunasan dan atau pembayaran kredit oleh nasabah. Padahal, penarikan simpanan dan pencairan kredit dapat melebihi likuiditas yang hanya bersumber dari pelunasan kredit. 2 Shiftability Theory Pada tahun 1940-an, sebuah teori perbankan muncul di kalangan perbankan Amerika, yang dikenal dengan nama the shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan. Teori ini menjelaskan bahwa likuiditas suatu bank tergantung pada kemampuan bank tersebut untuk memindahkan aktivanya ke pihakorang lain dengan harga yang dapat diramalkan. Jadi, akan dapat diterima bagi sebuah bank untuk menyimpan investasi-investasi pasar terbuka jangka pendek dalam portifolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah deposan harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka maka bank hanya tinggal menjual investasi-investasi tersebut, mengambil uang yang diperoleh dibeli dan membayarkannya kembali kepada para deposan. 57 Kelemahan teori ini sama dengan kelemahan teori sebelumnya yaitu apabila pada saat yang sama sistem perbankan membutuhkan likuiditas dan secara serentak menggunakan cara yang sama yaitu menjual sekuritasnya untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya sehingga bank-bank dalam waktu yang bersamaan berperan sebagai penjual. Dalam situasi seperti ini, Bank Sentral biasanya akan melakukan suatu tindakan dengan membeli surat-surat berharga dari semua bank pada saat perbankan meningkatkan likuiditasnya. Di negara- negara yang pasar uangnya sudah cukup berkembang dan kegiatan operasi pasar terbuka Bank Sentral sudah berjalan baik, teori ini umumnya cukup efektif digunakan untuk mengatasi kesulitan likuiditas. 3 The Anticipated Income Theory Pada tahun 1930-an sampai 1940-an, bank-bank mengembangkan teori baru yang disebut dengan anticipated income theory. Teori ini menjelaskan bahwa setiap bank seharusnya dapat memberikan kredit jangka panjang di mana pelunasannya yaitu cicilan pokok pinjaman ditambah bunga dapat diharapkan dan dijadwalkan pembayarannya pada waktu yang akan datang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Jadwal pembayaran kembali nasabah berupa angsuran pokok dan bunga akan memberikan cash flow secara teratur yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Kelemahan anticipated income theory ini yaitu teori ini menganggap bahwa semua kredit dapat ditagih sesuai dengan jangka waktu yang telah dijadwalkan tanpa memperhatikan kemungkinan terjadinya kegagalan pengembalian kredit oleh debitur akibat faktor ekstern atau intern. Faktor-faktor 58 terjadi diluar kendali nasabah misalnya terjadinya resesi ekonomi yang berkepanjangan dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Faktor intern antara lain terjadinya mismanagement atau kurangnya tenaga yang berpengalaman dan terampil dalam perusahaan. Teori likuiditas ini sulit diharapkan sebagai sumber likuiditas musiman dan memenuhi kebutuhan permintaan kredit yang harus segera dipenuhi. 4 The Liability Management Theory Sinungan Muchadarsyah,2003,153 Teori ini mengemukakan bagaimana suatu bank dapat menata passivanya sedemikian rupa sehingga passiva ini dapat benar-benar menjadi likuiditas. Untuk itu, kita harus mengetahui mengapa bank memerlukan likuiditas, yakni : pertama, untuk melakukan pembayaran atas penarikan dana pihak ketiga giro, tabungan, dan deposito. Kedua, bank harus mampu memenuhi semua permintaan pinjaman yang sehat dari nasabahnya. Pinjaman-pinjaman dari bank itu tidak hanya menguntungkan, tetapi sebuah bank tidak akan dapat memberikan pinjaman kepada para deposannya bila mereka memerlukan uang, tetapi depositonya tidak disimpan terlalu lama.

4. Rasio-Rasio Likuiditas

Rasio-rasio yang umum digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah sebagai berikut : 1 Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang tersedia. Alat likuid bank 59 terdiri dari uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank-bank koresponden. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pula posisi likuiditas bank yang bersangkutan. 2 Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga. Rasio likuiditas ini juga sering disebut dengan loan to deposit ratio atau LDR. Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank. Umumnya rasio sampai dengan 100 memberikan gambaran yang cukup baik atas keadaan likuiditas bank. Namun, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, rasio likuiditas yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah rasio kredit terhadap dana yang diterima bank dalam rupiah dan valas. Dana yang diterima bank meliputi : Kredit likuiditas BI; Giro, deposito, dan tabungan masyarakat; Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi; Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; Surat berharga yang diterbitkan bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; modal lain dan modal pinjaman. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kondisi likuiditas bank. Bank Indonesia memberi nilai kredit nol 0 bagi bank yang memiliki rasio sebesar 115 atau lebih berdasarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank untuk faktor likuiditas. 3 Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar terhadap rupiah. Rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total 60 aktiva lancar yang meliputi kas, giro pada BI, SBI dan SPBU yang telah diendos ke bank lain. Menurut ketentuan Bank Indonesia, maksimum rasio adalah 100. 4 Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portofolio surat- surat berharga. Rasio ini memberikan informasi bahwa semakin besar posisi penanaman dana dalam surat-surat berharga yang jatuh temponya kurang dari satu tahun terhadap total portofolio surat-surat berharga semakin baik pula posisi likuiditas bank. 5 Total kredit terhadap total asset. Rasio ini mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan asset bank, kenaikan rasio ini menunjukkan rendahnya likuiditas bank.

G. Loan to Deposit Ratio LDR

LDR adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman loan requests nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. 61 LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit Dendawijaya, 2003:118. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya loan-up atau relative tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat diberikan atau dibatasi. Untuk mencari LDR, digunakan rumus sebagai berikut : Kredit LDR = X 100 Total Deposito

H. Variabel-variabel yang mempengaruhi Likuiditas Bank

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Bank-Bank Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2009

0 18 88

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Investasi Aktiva Tetap Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public

7 39 97

PENGARUH BIAYA BUNGA, PENDAPATAN BUNGA DAN INVESTASI PADA AKTIVA TETAP TERHADAP LIKUIDITAS BANK UMUM YANG GO PUBLIC DI BEJ PERIODE 2005 – 2007

0 5 24

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KINERJA PERBANKAN UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di

0 3 16

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KINERJA PERBANKAN UMUM YANG GO PUBLIC DI BEI Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di BEI Periode 2013-2015).

0 2 8

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Rasio Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Kinerja Perbankan Umum yang Go Public di BEI (Studi Kasus pada Perbankan Umum Go Publik yang terdaftar di BEI Periode 2013-2015).

0 2 21

ANAL Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 1 12

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 1 10

ANAL Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Go Public Di Bei (Studi Pada Bank Umum Go Public Di Bei Tahun 2009-2012).

0 3 25