Orang tuaanak Harta benda perkawinan

yang disediakan untuk itu. 43 Akibat dari perceraian akan menimbulkan akibat hukum, terhadap: Jika perceraian dilakukan didaerah hukum yang berbeda dengan daerah hukum pegawai pencacat di mana perkawianan dilangsungkan, satu helai salinan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang telah dikukuhkan tanpa bermaterai dikirimkan pula kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan dilangsungkan dan oleh pegawai pencatat tersebut dicatat pada bagian pinggir dari daftar catatan perkawinan. Bagi perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri, salinan putusan itu disampaikan kepada pegawai pencatat di Jakarta Pasal 35 PP No. 9 Tahun 1975. Selambat-lambatnya tujuh hari setelah perceraian diputuskan, panitera pengadilan agama menyampaikan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum hukum tetap itu kepada pengadilan negeri untuk dikukuhkan. Pengukuhan tersebut dilakukan dengan membubuhkan kata “dikukuhkan” dan ditandatangani oleh hakim pengadilan negeri dan dibubuhi cap dinas pada putusan tersebut. Selambat-lambatnya, tujuh hari setelah diterima putusan dari pengadilan agama, panitera pengadilan negeri menyampaikan kembali putusan itu kepada pengadilan agama Pasal 36 PP No. 9 Tahun 1975.

4. Akibat Hukum Perceraian

44

a. Orang tuaanak

43 P.N.H. Simanjuntak, Op. Cit, hal 75. 44 K. Wantjik Saleh, S.H, Op. Cit, hal 34-35. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 41 UUP No. 1 Tahun 1974 akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah : 1 Baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana terdapat perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan akan memberikan keputusan; 2 Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam keadaan tidak dapat memberikan kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut; 3 Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

b. Harta benda perkawinan

Mengenai harta benda perkawinan menurut UUP No. 1 Tahun 1974 diatur dalam Bab VII, yaitu Pasal 35, 36, 37. Dalam Pasal 35 UUP No. 1 Tahun 1974 menyebutkan, bahwa : 1 Harta benda yang diperoleh selam perkawinan menjadi harta bersama; 2 Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri serta harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing. Sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Universitas Sumatera Utara Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa pengertian dari harta benda perkawinan adalah harta benda yang diperoleh sebelum atau selama perkawinan berlangsung baik yang didapat oleh suami maupun istri. Menurut UUP No. 1 Tahun 1974, harta benda perkawinan, terbagi atas : 45 a Harta bersama; b Harta Pribadi; 1 Harta bawaan suami 2 Harta bawaan istri 3 Harta hibahwarisan suami 4 Harta hibahwarisan istri a Harta bersama Menurut Pasal 35 UUP No. 1 Tahun 1974, harta bersama suami istri hanya meliputi harta-harta yang dipeoleh suami istri sepanjang perkawinan saja. Artinya harta yang diperoleh selama tenggang waktu antara dimulainya sebuah perkawinan sampai perkawinan itu putus, baik dikarenakan kematian cerai mati atau karena perceraian cerai hidup. Harta bersama terdiri dari yaitu : 46 1 Hasil dan pendapatan suami 2 Hasil dan pendapatan istri 45 J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Cet. Ke-2, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, hal 188. 46 Ibid, hal 188. Universitas Sumatera Utara 3 Hasil dan pendapatan dari harta pribadi suami maupun istri, sekalipun harta pokoknya tidak termasuk dalam harta bersama asal kesemuanya itu diperoleh sepanjang perkawinan. Pada asasnya harta bersama hanya meliputi, yaitu : 1 Hasil dan pendapatan suami dan istri sepanjang perkawinan; 2 Hasil yang keluar dari harta pribadi suami dan istri sepanjang perkawinan; 3 Dengan demikian harta bersama merupakan hasil dan pendapatan suami istri atau kedua-duanya secara bersamasama yang secara otomatis menjadi harta kekayaan bersama. b Harta pribadi Harta pribadi adalah harta yang sudah dimiliki suami atau istri pada saat perkawinan dilangsungkan dan tidak masuk kedalam harta bersama kecuali mereka memperjanjikan lain. Menurut Pasal 35 ayat 2 UUP No. 1 Tahun 1974, harta pribadi terdiri dari : 47 1 Harta bawan suami atau istri 2 Harta hibah suami atau istri 3 Harta warisan suami atau istri Sesuai dengan kata “hak sepenuhnya“ pada Pasal 36 ayat 2 UUP No. 1 Tahun 1974, bahwa hak yang paling penuh adalah 47 Ibid, hal 193 Universitas Sumatera Utara hak milik dan orang yang mempunyai hak milik, mempunyai wewenang yang paling luas meliputi beheer pengurusan dan beschikking pemilikan. Kata “masing-masing“ menunjukkan bahwa suami istri dapat bertindak sendiri-sendiri tanpa bantuan, kuasa maupun persetujuan dari suami atau istrinya. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-undang No.1 tahun1974 Tentang Perkawinan, disebutkan juga bahwa apabila perkawinan putus maka harta bersama diatur menurut hukumnya masing- masing. Pasal 36 UUP No. 1 Tahun 1974 juga menyebutkan bahwa : 1 Mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak; 2 Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya. Pasal 37 UUP No. 1 Tahun 1974 mengatakan bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing, adalah Hukum Agama, Hukum Adat, dan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Bagi mereka yang kawin menurut agama Islam dan agama- agama lainnya namun tunduk kepada Hukum Adat, maka dalam Hukum Adat ini dikenal harta bersamaharta gono-gini. Jika terjadi Universitas Sumatera Utara perceraian, maka masing-masing suami atau istri mendapat separuh dari harta bersama. Sedangkan bagi mereka yang kawin menurut agama Kristen namun tunduk pada KUHPerdata yang mengenal harta bersama, maka jika terjadi perceraian harta bersama dibagi menjadi dua, yaitu separuh untuk pihak suami dan separuh untuk pihak istri.

C. HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN 1. Pengertian Harta Bersama

Dalam Pasal 35 ayat 1 UU Perkawinan dengan istilah “harta bersama”, yaitu kekayaan yang diperoleh selama perkawinan di luar harta bawaan, hadiah dan warisan. Maksudnya, harta yang di dapat atas usaha mereka atau sendiri-sendiri selama masa ikatan perkawinan. Karena itu, harta bersama merupakan bagian dari harta perkawinan, yakni harta baik bergerak maupun tidak bergerak yang diperoleh sejak terjalinnya hubungan suami istri yang sah melalui akad nikah, yang dapat dipergunakan oleh suami atau istri untuk membiayai keperluan hidup mereka beserta anak-anaknya, sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rumah tangga. Menurut M. Yahya Harahap 48 48 M. Yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Medan, Zahir Trading Co, 1975, hal 117. menyatakan : Universitas Sumatera Utara “Harta bersama adalah barang-barang yang diperoleh selama perkawinan dimana suami istri itu hidup berusaha untuk memenuhi kepentingan kebutuhan kehidupan keluarga. Luas-luas harta bersama disamping penting untuk kedua belah pihak suami istri maka hal ini relevant untuk pihak ketiga sesuai dengan adanya ketentuan Pasal 35 ayat 2 UU Perkawinan, yakni : 49 a. Semua harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama perkawinan sekalipun harta atau barang terdaftar diatas namakan salah seorang suami istri, maka harta yang atas nama suami atau istri dianggap sebagai harta bersama; b. Jika harta itu dipelihara atau diusahai dan telah dialihnamakan ke atas nama adik suami jika harta yang demikian dapat dibuktikkan hasil yang diperoleh selama masa perkawinan maka harta tersebut harus dianggap harta bersama suami istri; c. Juga dalam putusan yang sama telah dirumuskan suatu kaedah bahwa adanya harta bersama suami istri tidak memerlukan pembuktian bahwa istri harus ikut aktif membantu terwujudnya harta bersama tersebut. Yang menjadi prinsip asal harta itu terbukti diperoleh selama perkawinan; d. Harta yang dibeli baik oleh suami maupun istri ditempat yang jauh dari tempat tinggal mereka adalah harta bersama suami istri jika pembelian itu dilakukan selama perkawinan; e. Barang termasuk harta bersama suami istri yaitu : 1 Segala penghasilan harta benda yang diperoleh selama perkawinan termasuk penghasilan yang berasal dari barang asal bawaan maupun barang yang dihasilkan oleh harta bersama itu sendiri; 2 Demikian juga segala penghasilan pribadi suami istri baik dari keuntungan yang diperoleh dari perdagangan masing-masing ataupun hasil perolehan masing-masing pribadi sebagai pegawai f. Mengenai harta bersama apabila si suami kawin poligami baik dua atau tiga istri maka penentuan harta bersama dapat diambil garis pemisah yaitu: 1 Segala harta yang telah ada antara suami dengan istri pertama sebelum perkawinannya dengan istri kedua maka istri kedua tidak mempunyai hak apa-apa atas harta tersebut; 2 Oleh sebab itu harta bersama yang ada antara suami dengan istri kedua ialah harta yang diperoleh kemudian setelah perkawinan. Jadi harta yang telah ada diantara istri pertama dengan suami adalah harta bersama yang menjadi hak mutlak antara istri pertama dengan suami dimana istri kedua terpisah 49 Ibid, hal 119. Universitas Sumatera Utara dan tidak mempunyai hak menikmati dan memiliki atasnya. Istri kedua baru ikut dalam lembaga harta bersama dalam kehidupan keluarga tersebut ialah harta kekayaan yang diperoleh terhitung sejak istri kedua itu resmi sebagai istri. 3 Atau jika kehidupan mereka terpisah dalam arti istri pertama dengan suaminya hidup dalam satu rumah kediaman yang berdiri sendiri demikian juga istri kedua terpisah hidup dalam rumah tangga sendiri dengan suami, apa yang menjadi harta istri pertama dengan suami dalam kehidupan rumah tangga menjadi harta bersama antara istri pertama dengan suami dan demikian juga apa yang menjadi harta kekayaan dalam rumah tangga istri kedua dengan suami. Apa yang diterangkan mengenai harta bersama dalam keadaan suami beristri lebih dari satu seperti yang dijelaskan di atas oleh UU Perkawinan telah diatur pada Pasal 65 ayat 1 huruf b 50 dan huruf c 51 serta ayat 2, yang memberi kemungkinan penyimpangan dari ketentuan-ketentuan diatas jika suami istri kemungkinan menyimpang dari ketentuan-ketentuan diatas jika suami istri membuat ketentuan-ketentuan lain sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini seperti membuat perjanjian yang diatur dalam Pasal 29. “ Menurut Sayuti Thalib, berpendapat bahwa : “macam-macam harta suami istri dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu 52 a. Dilihat dari sudut asal-usulnya harta suami istri itu dapat digolongkan pada tiga golongan : : 1 Harta masing-masing suami istri yang telah dimilikinya sebelum mereka kawin baik berasal dari warisan, hibah atau usaha mereka sendiri-sendiri atau dapat disebut sebagai harta bawaan; 2 Harta masing-masing suami istri yang dimilikinya sesudah mereka berada dalam hubungan perkawinan tetapi diperolehnya bukan dari usaha mereka baik seorang-seorang atau bersama-sama tetapi merupakan hibah, wasiat atau warisan untuk masing-masing; 3 Harta yang diperoleh sesudah mereka dalam hubungan perkawinan atas usaha mereka berdua atau usaha salah seorang mereka disebut harta pencaharian. b. Dilihat dari sudut penggunaannya maka harta ini dipergunakan untuk : 50 Pasal 65 ayat 1 huruf b UUP No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa istri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan istri kedua atau berikutnya. 51 Pasal 65 ayat 1 huruf c UUP No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa semua istri mempunyai hak bersama yang terjadi sejak perkawinannya masing-masing. 52 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cetakan Kelima, Jakarta, UI Press, 1986, hal 83. Universitas Sumatera Utara 1 Pembiayaan untuk rumah tangga, keluarga dan belanja sekolah anak-anak; 2 Harta kekayaan yang lain. c. Dilihat dari sudut hubungan harta dengan perorangan dalam masyarakat harta itu akan berupa : 1 Harta milik bersama; 2 Harta milik seseorang tetapi terikat kepada keluarga; 3 Harta milik seseorang dan pemilikan dengan tegas oleh yang bersangkutan.” Pada awalnya, masalah harta bersama ini muncul karena adanya prinsip masing-masing suami dan istri masih berhak menguasai harta bendanya sendiri sebagai halnya sebelum mereka menjadi suami istri, kecuali harta bersama yang tentunya dikuasai bersama. Oleh karena itu, harta keluarga gezinsgoed dapat disimpulkan dalam empat sumber yaitu : 1 Harta hibah dan harta warisan yang diperoleh salah seorang dari suami atau istri; 2 Harta hasil usaha sendiri sebelum mereka nikah; 3 Harta yang diperoleh pada saat perkawinan atau karena perkawinan; 4 Harta yang diperoleh selama perkawinan selain dari hibah khusus untuk salah seorang dari suami istri dan selain dari harta warisan. Menurut Ismail Muhammad Syah, menyatakan bahwa, keempat macam sumber harta ini dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu harta bersama yang dimiliki dan dikuasai bersama dan harta masing- Universitas Sumatera Utara masing yang dimiliki dan dikuasai oleh masing-masing dari suami dan istri. 53 Keempat sumber harta yang didapat tersebut dapat disebut harta kekayaan. Konsep harta kekayaan dapat ditinjau dari segi ekonomi dan dari segi hukum yang keduanya ada hubungan satu sama lain. Tinjauan ekonomi menitikberatkan pada nilai kegunaan sedangkan dari segi hukum menitikberatkan pada aturan hukum yang mengatur. 54

2. Pengertian Harta Bawaan

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 85 104

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

ANALISIS YURIDIS DISPENSASI PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 10 16

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 17

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK ISTERI KEDUA DARI PERKAWINAN POLIGAMI ATAS HARTA WARISAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM.

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. PERKAWINAN 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Un

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

1 0 21

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SITA MARITAL ATAS SENGKETA HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SKRIPSI

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SITA MARITAL TERHADAP HARTA BERSAMA KARENA PERCERAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN - Unissula Repository

0 1 15