masing yang dimiliki dan dikuasai oleh masing-masing dari suami dan istri.
53
Keempat sumber harta yang didapat tersebut dapat disebut harta kekayaan. Konsep harta kekayaan dapat ditinjau dari segi ekonomi dan
dari segi hukum yang keduanya ada hubungan satu sama lain. Tinjauan ekonomi menitikberatkan pada nilai kegunaan sedangkan dari segi hukum
menitikberatkan pada aturan hukum yang mengatur.
54
2. Pengertian Harta Bawaan
Harta jenis kedua yang terdapat dalam suatu ikatan perkawinan sebagaimana hal itu diatur dalam Pasal 35 ayat 2 jo Pasal 36 ayat 2
UUP No. 1 Tahun 1974. Pasal 35 ayat 2, harta bawaan dari masing- masing suami dan istri dan harta yang diperoleh masing- masing sebagai
hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Mengenai harta warisan masing-masing suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya. Asas hukum yang diatur dalam ketentuan Pasal 35 ayat 2 tersebut merupakan asas tiori hukum yang diatur dalam syariat hukum
Islam, dimana istri tersebut tetap memegang kekayaan sebagai subjek hukum atas segala miliknya sendiri. Menguasai hasil pencarian yang
53
Ismail Muhammad Syah, Pencaharian Bersama Istri di Aceh Ditinjau Dari Sudut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam, Disertasi dalam Ilmu
Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 1984, hal 148.
54
Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1994, hal 9.
Universitas Sumatera Utara
diperolehnya dari jerih payah yang dilakukannya. Berhak menerima hibah dan warisan selama perkawinan masih berlangsung. Dan dengan
sendirinya menjadi hak dan berada dibawah pengawasannya sendiri. Jadi baik barang sesudah perkawinan, hukum Islam menganggap kekayaan
suami dan istri masing-masing terpisah antara yang satu dengan yang lain dan tidak ada percampuran.
55
a. Menurut Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif
Adapun kriteria harta bawaan menurut beberapa doktrin antara lain:
56
1 Harta yang dibawa masing-masing suami istri ke dalam perkawinan
termasuk hutang yang belum dilunasi sebelum perkawinan dilangsungkan;
, harta pribadi adalah harta bawaan masing-masing suami istri yang merupakan harta
tetap di bawah penguasaan suami istri yang merupakan harta yang bersangkutan sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian kawin.
Dengan kata lain, harta pribadi adalah harta yang telah dimiliki oleh suami istri sebelum mereka melangsungkan perkawinan. Harta pribadi
meliputi :
2 Harta benda yang diperoleh sebagai hadiah atau pemberian dari
pihak lain kecuali ditentukan lain; 3
Harta yang diperoleh suami atau istri karena warisan kecuali ditentukan lain;
4 Hasil-hasil dari harta milik pribadi suami istri sepanjang
perkawinan berlangsung termasuk hutang yang timbul akibat pengurusan harta milik pribadi tersebut.
57
b. Menurut J. Satrio
58
55
M. Yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Op. Cit, hal 128.
56
Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Jakarta, Badan Penerbit Hukum Universitas Indonesia, 2004, hal 96.
57
Ibid.
58
J.Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1991, hal 66.
, berdasarkan UUP No. 1 Tahun 1974 di dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu kelompok harta, salah satunya yakni
harta pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 35 ayat 2 UUP No. 1 Tahun 1974, harta yang sudah dimiliki suami atau istri pada saat perkawinan dilangsungkan dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan tidak termasuk ke dalam harta bersama kecuali mereka memperjanjikan
lain. Harta pribadi tersebut dapat dibedakan lagi meliputi harta bawaan suami atau istri yang bersangkutan, harta yang diperoleh suami atau istri
sebagai hadiah, hibah atau warisan. Akan tetapi jika diteliti dalam kalimat Pasal 36 ayat 2 UUP No. 1
Tahun 1974, seolah-olah Undang-Undang ini membuat perbedaan antara barang-barang milik masing-masing pribadi dalam pengertian
59
1 a Harta bawaan dari masing-masing suami istri;
:
b dan Harta benda yang diperoleh sebagai hadiah atau warisan
sesudah perkawinan; Barang-barang ini dibawah pengawasan masing-masing sepanjang
para pihak tidak menentukan lain; 2
Pasal 36 ayat 2 membuat pengkhususan, yaitu mengenai harta “bawaan” masing-masing suami dan istri mempunyai hak
“sepenuhnya” untuk melakukan pembuatan hukum mengenai harta bendanya.
Jika dipertegas, mengenai harta bawaan masing-masing mempunyai :
a Hak sepenuhnya;
59
M. Yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Op. Cit, hal 129-130.
Universitas Sumatera Utara
b Hak melakukan perbuatan hukum atas harta bawaan tersebut.
Ini suatu pertanyaan, karena pada Pasal 35 ayat 2 UUP No. 1 Tahun 1974 sudah jelas apa yang disebut harta benda kekayaan masing-
masing suami dan istri, yakni : a
Harta bawaan masing-masing suami dan istri; b
Harta yang diperoleh sesudah perkawinan termasuk penghibahan, hadiah dan mendapat warisan.
Dari semua harta ini, baik harta bawaan, hibah, hadiah dan perolehan karena warisan berada dibawah “penguasaan masing-masing”.
Tetapi Pasal 36 ayat 2 lain lagi bunyinya, yang hanya menyebut harta bawaan saja, masing-masing suami dan istri yang mempunyai hak
sepenuhnya dan untuk melakukan segala perbuatan hukum atas harta bendanya.
Maka atas dasar ketentuan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang kurang jelas mengenai hubungan kedua ketentuan diatas. Ketidak
jelasan itu menyangkut harta benda yang diperoleh secara pribadi didalam perkawinan, seperti mendapat hibah, hadiah dan warisan. Sebab jika
mengenai harta bawaan sudah tidak keraguan lagi, yaitu masing-masing mempunyai hak mutlak yang penuh dan bebas bertindak berbuat apa
sajapun terhadap harta bawaan itu, sepanjang perbuatan yang dibenarkan hukum. Tetapi bagaimana nasib harta milik pribadi yang lain tersebut
hadiah, hibah dan warisan. Karena ketentuan dalam Pasal 35 ayat 2
Universitas Sumatera Utara
semua harta benda milik bawaan dan yang diperoleh masing-masing hibah, hadiah dan warisan berada dibawah penguasaan masing-masing.
Akan tetapi dalam Pasal 36 ayat 2 hanya harta bawaan saja yang dikuasai dan dimiliki sepenuhnya. Ini menjadi teka teki yang sulit
dipecahkan. Sebab jika disebutkan hibah, hadiah dan warisan itu termasuk harta benda bersama juga tidak dapat karena sudah diatur secara terpisah
pada Pasal 35 ayat 1 sedangkan hibah, hadiah dan warisan yang dikategorikan sebagai milik masing-masing yang berada dibawah
penguasaan masing-masing seperti yang ditentukan pada ayat 2. Untuk itu pemecahan yang paling tepat sesuai latar belakang
kesadaran berdasar hukum adat ketentuan tersebut harus ditafsirkan seperti:
a Mengenai harta bawaan dan harta warisan yang diperoleh dalam
perkawinan, terhadap kedua harta inilah yang dimaksudkan oleh Pasal 36 ayat 2, masing-masing berhak dan berkuasa penuh
menurut hukum atas harta-harta tersebut; b
Akan tetapi mengenai hibah dan hadiah atau atas hasil jerih payah masing-masing termasuk pada kategori Pasal 35 ayat 2,
yaitu berada dibawah pengawasannya masing-masing, tetapi penguasannya tidak mutlak sepenuhnya seperti berlaku terhadap
harta bawaan dan warisan. Jadi pengawasan ada ditangan pihak- pihak tapi bagaimana dan kemanfaatan tidak sepenuhnya
ditentukan oleh pemiliknya.
Universitas Sumatera Utara
3. Prinsip Perjanjian Perkawinan Tentang Harta Bersama