ABSTRAK Azirah
M. Hayat Malem Ginting
Sita marital merupakan bentuk sita khusus yang diterapkan terhadap harta bersama suami istri, apabila terjadi sengketa perceraian atau pembagian harta
bersama. Tujuan utamanya ialah untuk membekukan harta bersama suami istri melalui penyitaan, agar tidak berpindah kepada pihak ketiga selama proses
perkara perceraian atau pembagian harta bersama berlangsung. Sita marital tidak banyak diatur dalam Undang-undang Perkawinan namun pengaturannya lebih
banyak diatur dalam ketentuan Reglemen Acara PerdataRV Reglement Op De Rechtsvordering Staatsblad 1847 No. 52 jo. 1849 No. 63. Adapun rumusan
masalah dalam pembahasan skripsi ini adalah bagaimana penerapan hukum positif Tentang sita marital dalam perkara pembagian harta bersama apabila terjadi
perceraian suami istri, apakah sita marital yang dalam amar putusan hakim yang telah dinyatakan sah dan berharga dapat ditingkatkan menjadi sita eksekutorial
serta apakah yang menjadi dasar pengajuan sita marital oleh mantan istri selaku Penggugat dalam putusan perkara perdata nomor 330Pdt.G2013Ms-Lsk.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kepustakaan library research yakni dengan cara menganalisa literatur pustaka dan artikel, yang akan
ditinjau menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Undang- undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Setelah dilakukan pengolahan terhadap data-data sebagaimana yang dimaksudkan di atas maka diketahui bahwa penerapan hukum positif Tentang sita
marital dalam perkara pembagian harta bersama merupakan salah satu akibat hukum yang ditimbulkan dari putusnya perkawinan karena perceraian. Meskipun
terdapat Undang- undang Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, akan tetapi peraturan yang mengatur Tentang sita marital terhadap harta bersama dalam
perkara perceraian atau pembagian harta bersama hanya diatur dalam 1 satu pasal saja. Selain itu, sita marital yang dalam amar putusan hakim yang telah
dinyatakan sah dan berharga, namun tidak bisa dilaksanakan pembagian harta bersamanya oleh para pihak, maka sita marital tersebut bisa ditingkatkan menjadi
sita eksekusi sita eksekusi yang tidak secara langsung. Dari putusan perkara perdata Nomor 330Pdt.G2013Ms-Lsk diketahui bahwa yang menjadi dasar
pengajuan sita marital oleh mantan istri selaku Penggugat adalah Penggugat merasa khawatir akan terjadi pindah tangan atas harta bersama gono gini dimana
setelah Penggugat dan Tergugat bercerai, harta tersebut belum pernah dibagi dan semua objek harta bersama gono gini tersebut berada dalam kekuasaan
Tergugat.
Kata kunci : Sita Marital, harta bersama, perceraian. ∗ Mahasiswa Fakultas Hukum USU
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Azirah
M. Hayat Malem Ginting