Pelaksanaan Sita Marital Dalam Pembagian Harta Bersama Menurut KUHPerdata KUHPerdata

Dari ketentuan-ketentuan itu dapat dikemukakan hal-hal yang dapat mengakhiri sita bersama, yaitu sebagai berikut 119 a Tuntutan perceraian atau pembagian harta bersama ditolak pengadilan Pasal 823 e Rv. Penolakan gugatan mesti dibarengi dengan : : 1 Pengangkatan sita harta bersama, serta 2 Pencoretan, pendaftaran dan pengumumannya pada buku register Pasal 830 Rv. b Berdasarkan penetapan pengangkatan sita yang dikeluarkan pengadilan atas permohonan salah satu pihak Pasal 823 c dan Pasal 823 h Rv. c Gugatan percerain dan pembagian harta bersama dikabulkan, kemudian berdasarkan keputusan itu, telah dilaksanakan pembagian harta bersama.

2. Pelaksanaan Sita Marital Dalam Pembagian Harta Bersama Menurut KUHPerdata KUHPerdata

Sita marital dalam KUHPerdata di wujudkan sebagai sita jaminan dimana hal itu tersirat dalam ketentuan Pasal 215 KUHPerdata. Dengan adanya kalimat “tak mengurangi keleluasaan istri untuk mengamankan haknya dengan mempergunakan upaya-upaya seperti yang telah diatur dalam ketentuan hukum acara perdata” dalam pasal 215 KUHPerdata, maka hal ini dapat dikaitkan dengan salah satu upaya yang dapat mengamankan dan menyelamatkan hak seorang istri atas harta kekayaan 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara perkawinan selama proses perkara masih berlangsung yakni maritaal beslag. Penerapan maritaal beslag atau sita marital yang paling utama ialah pada perkara perceraian. Apabila terjadi perkara perceraian antara suami istri, maka hukum akan memberi perlindungan kepada suami atau istri atas keselamatan keutuhan harta bersama. Dengan cara meletakkan sita diatas seluruh harta bersama untuk mencegah perpindahan harta bersama kepada pihak ketiga. Dalam Pasal 190 maupun Pasal 125 KUHPerdata dikatakan bahwa hak untuk mengajukan sita marital hanya diberikan kepada istri. Hal itu sesuai dengan yang digariskan pada Pasal 105 KUHPerdata yang memberi kedudukan matriale macht kepala persekutuan kepada suami, dan sekaligus memberi hak dan wewenang kepada suami untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan bersama dan harta istri dalam perkawinan. Berarti dalam praktiknya, penguasaan harta bersama berada di tangan suami. Namun undang-undang juga memberikan hak kepada istri untuk meminta sita marital agar suami tidak leluasa menghabiskan harta bersama selama proses perkara masih berjalan. Secara hukum perkara yang mungkin timbul diantara suami istri yang erat kaitannya dengan harta bersama bukan hanya pada perkara perceraian tetapi juga pada perkara pembagian harta bersama. Dalam peraturan Pasal 24 ayat 2 huruf c PP No. 9 Tahun 1975, ada sesuatu hal yang dianggap terlalu sempit karena permintaan pengajuan sita marital ke pengadilan hanya terbatas jika ada perkara perceraian, seolah-olah tanpa adanya sengketa perceraian, tidak dimungkinkan mengajukan sita marital. Universitas Sumatera Utara Namun hal ini berbeda dengan apa yang diatur pada KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 186 KUHPerdata, bisa saja istri mengajukan permintaan sita marital kepada Pengadilan apabila istri mengajukan tuntutan pemisahan harta kekayaan harta perkawinan. KUHPerdata memperkenankan permintaan sita marital di luar gugatan perceraian yakni dapat diajukan berdasar gugatan pemisahan harta perkawinan. Dari ketentuan Pasal 186 KUHPerdata tersebut memberi hak kepada istri untuk : a. Mengajukan sita marital diluar gugatan perceraian b. Mengajukan permintaan pemisahan harta kekayaan dalam perkawinan yang masih utuh, apabila : 1 Kelakuan suami secara nyata memboroskan harta kekayaan keluarga yang bisa mendatangkan malapetaka kehancuran rumah tangga, atau 2 Cara pengurusan suami atas harta kekayaan tidak tertib, sehingga tidak terjamin keselamatan dan keutuhan harta kekayaan bersama. Nampaknya ketentuan yang diatur dalam Pasal 186 KUHPerdata, tidak dijumpai dalam UUP No. 1 Tahun 1974 maupun PP No. 9 Tahun 1975, padahal aturan seperti ini sangat penting, guna melindungi hak istri terhadap harta bersama dan melindungi keutuhan harta perkawinan. Jika di telaah mengenai ketentuan pemisahan harta perkawinan menurut Undang- Undang dan praktik pengadilan, pengajuan gugatan pemisahan atau pembagian harta perkawinan, baru dapat diajukan setelah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap. Seolah-olah selama Universitas Sumatera Utara perkawinan masih berjalan, tidak dimungkinkan mengajukan pemisahan harta perkawinan. 120

C. Peningkatan Status Sita Marital yang Dinyatakan Sah dan Berharga Menjadi Sita Eksekutorial

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 85 104

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

ANALISIS YURIDIS DISPENSASI PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 10 16

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 17

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK ISTERI KEDUA DARI PERKAWINAN POLIGAMI ATAS HARTA WARISAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM.

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. PERKAWINAN 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Un

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

1 0 21

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SITA MARITAL ATAS SENGKETA HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SKRIPSI

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SITA MARITAL TERHADAP HARTA BERSAMA KARENA PERCERAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN - Unissula Repository

0 1 15