Menurut KUHPerdata Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan a. Menurut UUP No.1 Tahun 1974

a Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130 seratus tiga puluh hari. b Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih berdatang bulan ditetapkan 3 tiga kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 sembilan puluh hari dan bagi yang tidak berdatang bulan ditetapkan 90 sembilan puluh hari. c Apabila perkawinan putus sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.” 8 Pasal 12 UUP No. 1 Tahun 1974, tata cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Selanjutnya ketentuan tentang tata cara perkawinan ini diatur dalam Pasal 10 dan 11 PP No. 9 Tahun 1975. 29

b. Menurut KUHPerdata

Menurut Hukum Perdata Barat KUHPerdata, syarat sahnya perkawinan syarat materil adalah : 1 Berlaku asas monogami Pasal 27 KUHPerdata. 2 Harus ada kata sepakat dan kemauan bebas antara si pria dan wanita Pasal 28 KUHPerdata. 3 Seorang pria sudah berumur 18 tahun dan wanita berumur 15 tahun Pasal 29 KUHPerdata. 4 Ada masa tunggu bagi seorang wanita yang bercerai, yaitu 300 hari sejak perkawinan terakhir bubar Pasal 34 KUHPerdata. 5 Anak-anak yang belum dewasa harus memperoleh izin kawin dari kedua orang tua mereka Pasal 35 KUHPerdata. Mengenai izin kawin ini diatur dalam ketentuan-ketentuan berikut ini : a Jika wali ini sendiri hendak kawin dengan anak yang dibawah pengawasaannya, harus ada izin dari wali pengawas Pasal 36 KUHPerdata. b Jika kedua orang tua telah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka yang memberikan izin ialah kakek-nenek, baik pihak ayah maupun pihak ibu, sedangkan izin wali masih pula tetap diperlukan Pasal 37 KUHPerdata. c Anak luar kawin yang belum dewasa untuk dapat kawin, harus mendapat izin dari bapak danatau ibu yang mengakuinya. Jika wali itu sendiri hendak kawin dengan anak yang di bawah pengawasannya, harus ada izin dari wali pengawas. Jika di antara orang-orang yang harus memberi izin itu terdapat perbedaan pendapat, maka Pengadilan atas permintaan si anak, berkuasa memberikan izin Pasal 39 KUHPerdata. 29 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, Cet. 2, Bandung, Nuansa Aulia, 2007, hal 82. Universitas Sumatera Utara d Anak luar kawin namun tidak diakui, selama belum dewasa, tidak diperbolehkan kawin tanpa izin dari wali atau wali pengawas mereka Pasal 40 KUHPerdata. e Untuk anak yang sudah dewasa, tetapi belum berumur 30 tahun, masih juga diperlukan izin kawin dari orang tuanya. Tetapi apabila mereka tidak mau memberikan izin, maka anak dapat memintanya dengan perantaraan hakim Pasal 42 KUHPerdata. f Tidak terkena larangan kawin Pasal 30-33 KUHPerdata. 30 Sementara syarat formil perkawinan Pasal 50 sampai dengan 84 KUHPerdata, terdiri dari : 1 Tata caraformalitas-formalitas yang harus mendahului perkawinan Pasal 50 sampai dengan 58 KUHPerdata. 2 Mencegah perkawinan Pasal 59 sampai dengan 70 KUHPerdata. 3 Melangsungkan perkawinan Pasal 71 sampai dengan 82 KUHPerdata. 4 Perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri Pasal 83 sampai dengan 84 KUHPerdata. 31

4. Larangan-larangan Perkawinan a. Menurut UUP No.1 Tahun 1974

Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perkawinan Antar Agama Menurut Perspektif Undang- Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 85 104

Perkawinan Campuran Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Tentang Perkawinan

2 93 97

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

ANALISIS YURIDIS DISPENSASI PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 10 16

KEDUDUKAN HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 3 17

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK ISTERI KEDUA DARI PERKAWINAN POLIGAMI ATAS HARTA WARISAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM.

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. PERKAWINAN 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Un

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

1 0 21

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SITA MARITAL ATAS SENGKETA HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SKRIPSI

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SITA MARITAL TERHADAP HARTA BERSAMA KARENA PERCERAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN - Unissula Repository

0 1 15