Pengawasan Pengendalian Vektor Nyamuk

Universitas Sumatera Utara b. Melakukan pengawasan rutin terhadap vektor dan reservoir; misalnya, menyebarkan dan memeriksa perangkap tikus dan perangkat lainnya. c. Menghilangkan genangan air dan menerapkan langkah-langkah pengendalian vektor. d. Pastikan bahwa awak yang mengurus ruangan mengambil tindakan pencegahan, termasuk menggunakan APD sekali pakai yang kemudian diganti setelah membersihkan kabin setiap orang yang sakit. e. Memelihara sistem drainase sehingga tidak bocor. f. Membersihkan kabin penumpang dan awak yang sehat, sebelum membersihkan kabin pada penumpang dan kru yang sakit.

2.3 Pengendalian Vektor Penular Penyakit

2.3.1 Pengawasan

Institusi yang berwenang dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian vektor di pelabuhan adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan KKP, KKP merupakan UPT pusat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 356MenkesPerIV2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Keehatan Pelabuhan yang menyatakan bahwa tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, pelaksanaan kekarantinaan, pelayanan kesehatan Universitas Sumatera Utara terbatas di wilayah pelabuhan bandara dan lintas batas darat serta pengendalian dampak risiko lingkungan Depkes RI, 2008. Selanjutnya salah satu fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan sesuai Permenkes RI No. 356MenkesPerIV2008 tersebut di atas adalah pelaksanaan pengawasan alat angkut dan pengendalian vektor penular penyakit dan risiko lingkungan di wilayah pelabuhan bandara dan lintas batas darat.

2.3.2 Pengendalian Vektor Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam subfamily Culicinae, famili Culicidae Nematocera: Diptera merupakan vektor atau penular utama dari penyakit- penyakit arbovirus demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis, dan lain-lain, serta penyakit-penyakit nematoda filariasis, riketsia, dan protozoa malaria. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan Mansonia spp. Tempat pembiakan nyamuk antara lain : a. Aedes spp. Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada waktu siang hari seperti Ae. Aegypti dan Ae. albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kaleng-kaleng atau kantung-kantung plastik bekas dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih. Kedua jenis nyamuk Aedes tersebut merupakan vektor utama penyakit demam berdarah. Universitas Sumatera Utara b. Culex spp. Nyamuk-nyamuk Culex ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang aktif pada waktu sore atau malam. Nyamuk-nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di selokan-selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang kotor air organik, serta di tempat-tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas permukaan tanah. c. Mansonia spp. Nyamuk Mansonia biasanya berbiak dalam kolam-kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva-larva nyamuk ini bernapas dengan memenetrasi akar tanaman air. Nyamuk Mansonia selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit filariasis dan ensefalitis. d. Anopheles spp. Nyamuk Anopheles dapat berbiak dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang tergenang di pinggiran laut. Pencegahan dan pengendalian nyamuk dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang ditimbulkan oleh jenis nyamuk yang berbeda. Biasanya pengendalian nyamuk ditujukan pada nyamuk Aedes spp. agar terhindar dari penyakit demam berdarah dengue. Menurut Sembel 2009, bentuk pengendaliannya antara lain : 1. Pengendalian Dengan Cara Sanitasi Pengendalian ini merupakan pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk Universitas Sumatera Utara seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas dan kontainer-kontainer lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Tempat- tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur 3M. 2. Pengendalian Dengan Cara Mekanik Pengendalian DBD yang lain adalah dengan cara mekanik, yaitu mencegah gigitan nyamuk dengan memakai pakaian yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali muka dan penggunaan net atau kawat kasadi rumah. 3. Pengendalian Dengan Insektisida Penyemprotan dengan ULV malathion masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air. Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva-larva nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate. 4. Pengembangan Infrastruktur Kesehatan Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat- pusat kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula program pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan di Universitas Sumatera Utara sekitarnya serta oleh berbagai lapisanmasyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan. 5. Penggunaan Zat Penolak Serangga Permethrin yang mengandung zat penolak seperti permanone atau deltamethrin hanya direkomendasi untuk digunakan pada pakaian, sepatu, kelambu, dan alat-alat untuk perkemahan. Permethrin dapat menolak dan membunuh tungau, nyamuk, dan artropoda lainnya. Obat penolak yang saat ini direkomendasi adalah yang mengandung N,N- diethylmetatoluamide DEET sebagai ingredien aktif. DEET dapat menolak nyamuk, tungau caplak dan artropoda lainnya apabila dioleskan pada kulit atau pakaian. 6. Pengendalian Hayati Beberapa negara telah berhasil dalam melakukan pengendalian vektor penyakit secara hayati dengan menggunakan patogen mikroba seperti Bacillus sphaericus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi dari inang yang terinfeksi oleh B. thuringiensis, B. sphaericus, dan Beauveria bassiana di lapangan biasanya memiliki patogenitas tinggi. Oleh sebab itu, isolasi patogen mikroba pada jentik-jentik nyamuk juga perlu dilakukan untuk mendapatkan patogen mikroba yang berpotensi sebagai agen hayati untuk mengendalikan vektor nyamuk demam berdarah yang ramah lingkungan serta yang dapat berlangsung terus-menerus. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Pengendalian Lalat