Pengendalian Pinjal Pada Tikus

Universitas Sumatera Utara investasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi.

2.3.6 Pengendalian Pinjal Pada Tikus

Pinjal tikus merupakan vektor penyakit pes. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes dikenal ada 2 macam yaitu pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar lipat paha, ketiak dan leher. Sedangkan pes pneumonic ditandai dengan gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, sesak nafas dan susah bernafas Simanjuntak, 2006. Menurut Chin 2006, penularan pes dapat juga terjadi di atas kapal melalui: a Direct contact yaitu penularan pes ini dapat terjadi kepada seseorang atau para ABK melalui gigitan pinjal jika ditemukan tikus mati tersangka pes di atas kapal. b Penularan pes dapat terjadi pada orang atau para ABK, karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestikkomersial yang mengandung bakteri Yersenia pestis. d Droplet penderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo dan pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru sekunder pes. Universitas Sumatera Utara Menurut Santi 2004, pinjal bisa menjadi vektor penyakit pada manusia yang penting misalnya penyakit pes sampar = plague dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Beberapa spesies pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan Murine typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Bakteri pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan bakteri-bakteri pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella pestis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. Menurut Ehler dan Stell yang dikutip oleh Soejoedi 2005, keberadaan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah adanya kerusakan barang atau alat. Tanda-tanda berikut merupakan penilaian adanya kehidupan tikus yaitu: a Gnawing bekas gigitan b Burrows galian lubang tanah c Dropping kotoran tikus d Runways jalan tikus e Foot print bekas telapak kaki f Tanda lain : Adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus, suara, bangkai tikus. Selanjutnya pengendalian tikus dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan yang pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara: Universitas Sumatera Utara a Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap tikus. b Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik. c Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas pondasi beton atau semen, rak atau tonggak. d Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari. e Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barangalat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang. Pemasangan perangkap trapping perlu diupayakan secara rutin. Macam perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis snapguillotine trap dan cage trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkan tikus hidup, guna diteliti pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan. Pemasangan perangkap lebih efektif digunakan setelah dilakukan poisoning, dimana tikus yang tidak mati karena poisoning dapat ditangkap dengan perangkap. Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia karena menghabiskanmerusak makanan, tanam-tanaman, barang-barang dan lain-lain harta benda. Kehidupan tikus disebut juga “Commersial”, yaitu makan, tinggal dari dekat kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai vektor berbagai jenis penyakit-penyakit bakterial, penyakit-penyakit virus, penyakit-penyakit Spirochaeta dan penyakit cacing. Dilihat dari sudut estetika dan pelayanan Universitas Sumatera Utara umum, tikus dapat menimbulkan citra kurang baik karena dihubungkan dengan sektor pariwisata Depkes RI, 2002. Menurut Depkes RI 2007a, pengendalian tikus di kapal dilakukan dengan mengamati dan mengawasi terhadap pemasangan rat guard, pemasangan lampu pada malam hari yang menerangi seluruh tangga, usaha menghindari kapal tenderbergandengan serta posisi tangga kapal harus ditinggikan 60 cm dari dermaga. Sedangkan pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal adalah : 1 Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan sekali enam bulan dan disesuaikan dengan masa berlakunya dokumen Sertifikat Sanitasi Kapal. Pemeriksaan tikus di kapal di lakukan dengan melihat tanda-tanda kehidupan tikus. 2 Tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal : a. Dropping kotoran tikus, tersebar halus dan berbentuk kumparan spindle shape, kotoran baru lembek, hitam gelap dan mengkilap sedang kotoran lama keras, abu-abu hitam. b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk keluar dari sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena badan tikus bulunya kotor dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada jalan tikus. c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada tempat-tempat lantai yang berdebu halus. d. Bekas gigitan gnawing, tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni : untuk membuat jalan lobang menembus tempat makanan, untuk mengunyahmenggigit makanan dan sebagai binatang pengerat ia harus selalu Universitas Sumatera Utara menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang empuk kadang-kadang metal seperti pipa leding dan lain-lain digigit pula. e. Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal ditemukan tikus dalam keadaan hidup. Sedangkan tikus mati, jika pada waktu pemeriksaan ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi pes. Apabila terlihat satu ekor tikus sewaktu pemeriksaan berarti diperkirakan ada 20 ekor di tempatkapal itu. Selanjutnya teknik pengendalian tikus di atas kapal adalah: 1 Cara Mekanik a. Pemasangan perangkap pada tempat-tempat yang diperkirakan tempat bersarangnya tikus. b. Penggunaan lem tikus. c. Penangkapan langsung sulit dilakukan. 2 Cara Biologis a. Dengan memelihara binatang pemangsa predator seperti kucing. 3 Cara Kimiawi Poisoning a. Pemberitahuan kepada pihak kapal tentang akan diadakan peracunan, bahaya terhadap manusia dan cara-cara pengamanannya. b. Menentukan tempat-tempat pemasangan racun dan diberi tandapenomoran. c. Racun yang telah dicampur dengan makanan antractaf diletakkan di atas piring kertas. Universitas Sumatera Utara 4 Fumigasi a. Fumigasi kapal dilakukan berdasarkan hasil pemeriksana adanya tanda- tanda kehidupan tikus dan atas permintaan pihak kapal nakhodapemilik. b. Dilakukan apabila dalam pemeriksaan dijumpai adanya tanda-tanda kehidupan tikus. c. Kegunaannya adalah untuk melakukan hapus tikusserangga diatas kapal sebagai syarat untuk mendapatkan dokumen kesehatan Internasional Surat Keterangan Bebas Pengawasan Sanitasi Kapal. d. Bila fumigasi dilakukan, harus ditentukan fumigan yang dipakai HCN, CH3Br atau CO2. Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konsep