Kontrak Kerja Konstruksi Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

C. Kontrak Kerja Konstruksi

Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari construction contract. Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. 104 Kontrak kerja konstruksi yang dilakukan oleh pengguna jasa dan juga penyedia jasa terjadi karena adanya kata sepakat antara kedua belah pihak. Sedangkan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak. 105 Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban, hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban. 106 Kontrak kerja konstruksi menurut Pasal 1 ayat 5 UU Jasa Konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Dokumen yang dimaksud adalah surat-surat yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi. Konstruksi merupakan susunan model, letak dari suatu bangunan. Adapun dokumen-dokumen yang berkaitan erat dengan kontrak konstruksi, adalah : UU Jasa Konstruksi mengatur akibat hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa, dimana penyedia jasa berkewajiban untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi sesuai apa yang telah diperjanjikan dengan pengguna jasa sebelumnya. Sedangkan pengguna jasa berhak atas suatu pekerjaan konstruksi yang telah dikerjakan oleh penyedia jasa. 107 1. surat perjanjian yang ditandatangani oleh pengguna jasa dan penyedia jasa; 104 Salim, Hukum Kontrak Teori Teknik Penyusunan Kontrak Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 90. 105 Ibid. 106 Ibid. 107 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm. 90. Universitas Sumatera Utara 2. dokumen lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya umum dan khusus, teknis, dan administratif, kondisi kontrak; 3. usulan atau penawaran, yaitu dokumen oleh penyedia jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumer daya; 4. berita acara yang berisi kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keraguan. 5. surat pernyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima dan menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa; 6. surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan. Kontrak konstruksi atau perjanjian pemborongan juga merupakan salah satu perjanjian untuk melakukan pekerjaan, dalam Bab 7A Buku III KUHPerdata tentang “Perjanjian untuk Melakukan Pekerjaan” terdapat tiga macam perjanjian yaitu: 1. perjanjian kerja atau perburuhan; 2. perjanjian pemborongan pekerjaan; dan 3. perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu. Dilihat dari obyeknya, perjanjian pemborongan bangunan mirip dengan perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian melakukan jasa, yaitu samasama menyebutkan bahwa pihak yang satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan pihak lain dengan pembayaran tertentu. 108 108 Salim, H.S, Op. Cit., hlm.90. Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan Universitas Sumatera Utara antara buruh dengan majikan. Pada pemborongan bangunan dan perjanjian melakukan jasa tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan yang tugasnya secara mandiri. 109 Adanya kontrak antara pengguna jasa dan penyedia jasa ini, berfungsi untuk memberikan kepastian hukum para pihaknya dan menggerakkan hak milik sumber daya dari nilai ekonomi yang lebih rendah menjadi nilai ekonomi yang lebih tinggi. 110 Di dalam Pasal 1604 KUH Perdata dikenal adanya dua macam kontrak konstruksi, yaitu : 111 1. perjanjian pemborongan dimana pemborong hanya melakukan pekerjaan saja; 2. perjanjian pemborongan dimana pemborong selain melakukan pekerjaan juga menyediakan bahan-bahannya. Kedua jenis kontrak ini terdapat perbedaan dalam hal tanggungjawab si pemborong atas hasil pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam hal pemborongan harus menyediakan bahan-bahannya dan hasil pekerjaannya, apabila musnah sebelum diserahkan maka kegiatan itu ditanggung oleh pemborong kecuali jika pemberi tugas itu lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. 112 Apabila pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan hasil pekerjaannya itu musnah, maka pemborong hanya bertanggung jawab atas kemusnahan itu selama hal itu terjadi karena kesalahannya. Ketentuan yang terakhir ini mengandung maksud bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa bahan-bahan yang telah disediakan oleh pihak yang memborongkan, ditanggung oleh pihak pemborong. 113 109 Ibid. 110 Salim, H. Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak Memorandum of Understanding Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 23. 111 Nazarkhan Yasin, Op. Cit., Hlm. 29. 112 Ibid., hlm. 30. 113 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pasal 1607 KUH Perdata mengatakan jika musnahnya hasil pekerjaan tersebut terjadi di luar kesalahankelalaian pemborong sebelum penyerahan dilakukan, sedangkan pemberi tugas pun tidak lalai untuk memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan itu, maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya cacat. Dari ketentuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua belah pihak menderita kerugian akibat kejadian yang tak disengaja yang memusnahkan pekerjaan itu. Pihak yang memborongkan kehilangan bahan-bahan yang telah disediakan olehnya sedangkan pihak pemborong kehilangan tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menggarap pekerjaan. 114 Mengenai isi perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata tidak ditentukan maka para pihak yaitu pihak pengembang dan pemborong bebas menentukan isi dari perjanjian tersebut. Hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Pihak yang memborong hanya dapat menuntut penggantian kerugian apabila ia dapat membuktikan adanya kesalahan dari si pemborong. Sedangkan pihak pemborong hanya akan dapat menuntut harga yang dijanjikan apabila ia berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang disediakan oleh pihak lawan itu mengandung cacat-cacat yang menyebabkan kemusnahan pekerjaannya. 115 1. Memenuhi syarat sebagai suatu kontrak. Para pihak bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut : 2. Tidak dilarang oleh undang-undang. 3. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. 114 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perikatan Jakarta: Intermassa, 2001, hlm. 3. 115 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan Bandung: Alumni, 1997, hlm. 29. Universitas Sumatera Utara 4. Sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik. 116 Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang konstruksi, yakni timbulnya hak dan kewajiban di antara para pihak. Akibat hukum tersebut dimulai sejak ditandatanganinya kontak konstruksi oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Berikut unsur-unsur yang harus ada dalam suatu kontrak konstruksi, yaitu : 1. adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa; 2. adanya objek, yaitu konstruksi; 3. adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Kontrak konstruksi juga ditemukan pengertiannya di dalam Black Law Dictionary, disebutkan: 117 Artinya, kontrak konstruksi adalah suatu tipe perjanjian atau kontrak yang direncanakan dan dispesifikasikan khusus untuk konstruksi yang dibuat menjadi bagian dari perjanjian itu sendiri dan biasanya kontrak konstruksi tersebut pada umumnya dijamin dengan kinerja dan pembayaran untuk melindungi subkontraktor dan kedua pihak sebagai pemilik bangunan sebagai dasar dari perjanjian tersebut. “contract constructionis : Type of contract in which plans and specification for construction are made a part of contract itself and commonly it secured by performance and payment bond to protect both subcontractor and party for whom building is bring construction.” 118 1. adanya kontrak, Unsur-unsur kontrak konstruksi yang terdapat pada definisi di atas adalah : 116 Munir Fuady, Hukum Kontrak Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 30. 117 Andrew Sriro, Sriro’s Desk Reference of Indonesian Law Jakarta: Equinox Publishing, 2005, hlm. 37. 118 Salim, H.S, Op. Cit., hlm.90. Universitas Sumatera Utara 2. perencanaan, 3. pembangunan, 4. melindungi subkontraktor dan pemilik bangunan. Menurut PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 20 ayat 3 bentuk-bentuk kontrak konstruksi terdiri atas : 1. Kontrak konstruksi berdasarkan imbalan Dari aspek ini bentuk kontrak konstruksi didasarkan pada cara menghitung biaya pekerjaan atau harga borongan yang akan dicantumkan dalam kontrak. Berikut beberapa macam jenis kontrak konstruksi berdasarkan aspek perhitungan biaya: a. Fixed lump sum price Kontrak fixed lump sum price adalah suatu kontrak di mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diuku ulang. Kontrak Kerja Konstruksi dengan bentuk imbalan lump sum, merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. 119 Pada pelelangan dengan bentuk imbalan lump sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, maka harga penawaran total tidak boleh diubah. Perubahan hanya boleh dilakukan pada salah satu atau volume pekerjaan atau harga satuan, dan semua risiko akibat perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi 119 Pasal 21 ayat 6 PP 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa, selanjutnya harga penawaran menjadi harga kontrak nilai pekerjaan. 120 b. Unit price Kontrak unit price adalah kontrak di mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan harga satuan atau unit, merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuanunsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa. 121 Pada pelelangan dengan bentuk imbalan harga satuan dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran dikarenakan adanya kesalahan aritmatik, harga penawaran total dapat berubah, akan tetapi harga satuan tidak boleh diubah. Koreksi aritmatik hanya boleh dilakukan pada perkalian antara volume dengan harga satuan atau penjumlahan hasil perkalian volume dengan harga satuan. Semua risiko akibat perubahan karena adanya koreksi aritmatik menjadi tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa. Penetapan pemenang lelang berdasarkan harga penawaran terkoreksi. Selanjutnya harga penawaran terkoreksi menjadi harga kontrak nilai pekerjaan. Harga satuan juga menganut prinsip Lump Sum. 122 120 Lihat penjelasan Pasal 21 ayat 1 PP 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 121 Pasal 21 ayat 2 PP 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 122 Lihat penjelasan Pasal 21 ayat 2 PP 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara c. Biaya tambah imbalan jasa cost plus fee Bentuk kontrak seperti ini maksudnya kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, sedangkan jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti. Penyedia jasa dibayar seluruh biaya untuk melaksanakan pekerjaan, ditambah jasa yang biasanya dalam bentuk persentase dari biaya misalnya 10. Dalam hal ini tidak ada batasan mengenai besarnya biaya seperti batasan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai biaya selain yang sudah jelas seperti biaya bahan, peralatan, alat bantu, upah, sewa, dan lain-lain ditambah imbalan jasa yang telah disepakati kedua belah pihak. 123 Kekurangan dari kontrak ini adalah pengguna jasa kurang dapat mengetahui biaya aktual proyek yang akan terjadi. Pemilik harus menempatkan staf untuk memonitor kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui apakah biaya-biaya yang ditagih benar-benar dikeluarkan. 124 d. Gabungan antara lump sum dan unit price Kontrak kerja jenis ini merupakan gabungan antara lump sun dengan unit price dan atau tambah imbalan jasa dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para pihak dalam kontrak kerja konstruksi. Secara teknis, hal ini tidak dapat dihindari karena dalam suatu pekerjaan proyek besar yang kompleks, yang memungkinkan beberapa pekerjaan belum dapat ditentukan volumenya pada awalnya sehingga untuk pekerjaan ini diberlakukan bentuk harga satuan. 125 e. Aliansi 123 Nazarkhan Yasin, Op. Cit., hlm. 29. 124 Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi Yogyakarta: Andi, 2007, hlm. 120. 125 Nazarkhan Yasin, Op. Cit., hlm. 27. Universitas Sumatera Utara Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan aliansi merupakan kontrak pengadaan jasa, yang mana harga kontrak referensi ditetapkan ruang lingkupnya, sedangkan volume pekerjaannya belum diketahui atau pun diperinci secara pasti. Pembayaran pekerjaannya dilakukan secara biaya tambah imbalan jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan atau pun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi. Inti atau unsur dari kontrak ini yaitu : 1 harga kontrak referensi ditetapkan lingkupnya; 2 volume pekerjaan belum diketahui atau diperinci secara pasti; 3 pembayaran dilakukan secara tambah imbal jasa; 4 adanya kesepakatan; 5 adanya harga perbedaan biaya sebenarnya dan hara kontrak referensi. 2. Kontrak konstruksi berdasarkan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Kontrak konstruksi berdasarkan jangka waktunya merupakan suatu kontrak atas perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Di dalam kontrak tersebut ditentukan lamanya kontrak kerja konstruksi dilaksanakan. 126 Kontrak ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 127 a. Tahun tunggal Merupakan pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai selama 1 satu tahun. b. Tahun jamak Merupakan pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari 1 satu tahun. 126 Salim H.S, Op. Cit., hlm. 94. 127 Lihat Penjelasan PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 20 ayat 3 huruf b. Universitas Sumatera Utara 3. Kontrak konstruksi berdasarkan cara pembayaran hasil pekerjaan Kontrak kerja konstruksi ini merupakan penggolongan kontrak berdasarkan cara pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa, apakah sesuai kemajuan atau secara berkala. Kontrak jenis ini terbagi menjadi 2 macam, yaitu : a. Sesuai kemauan pekerjaan Bentuk kontrak dengan sistem ini, pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar prestasi atau kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai dngan ketentuan dalam kontrak. 128 Dengan kata lain kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan dalam beberapa tahapan dan bisa juga pembayaan dilakukan sekaligus pada saat pekerjaan fisik selesai 100 turn key atau lebih tepatnya disebut “pra pendanaan penuh”. 129 Turnkey Project adalah suatu proyek dimana pelaksanaan pekerjaan dimulai dari pra desain sampai dengan selesai bangunan fisik beserta seluruh kelengkapannya design build, dan diserahkan kepada pengguna jasa atau penyedia jasa sedangkan pembayaran seluruh biaya baik pra desain hingga konstruksi fisik dilakukan setelah proyek selesai dikerjakan dan dapat diterima oleh pengguna jasa. 130 Ketentuan turnkey project adalah : 131 1 jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; 2 pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan. 128 Nazarkhan Yasin, Op. Cit., hlm. 34. 129 Ibid. 130 http:dokumen.tipsdocumentsekonomi-proses.html diakses pada tanggal 13 Maret 2016. 131 http:pengadaan-barang-jasa.blogspot.co.id201405kontrak-terima-jadi-turnkey- kontrak.html diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara b. Pembayaran secara berkala Dalam bentuk kontrak ini, prestasi penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui pengguna jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. Kelemahan cara ini adalah berapa pun kecilnya prestasi Penyedia Jasa pada satu bulan tertentu dia tetap harus dibayar. Hal ini sangat mempengaruhi prestasi pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai jadwal pelaksanaan sehingga dapat membahayakan waktu penyelesaian. 132 1. Kontrak perencanaan konstruksi Kontrak kerja konstruksi juga dapat digolongkan berdasarkan atas jenis usaha atau pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa Pasal 4 UU Jasa Konstruksi. Kontrak jenis ini dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Kontrak jenis ini merupakan kontrak yang dibuat oleh masing-masing pihak. Salah satu pihak, yaitu pihak perencana memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi. Layanan jasa perencananaan tersebut meliputi rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi. 2. Kontrak pelaksanaan konstruksi Kontrak jenis ini merupakan kontrak antara orang perorangan atau badan usaha dengan pihak lainnya dalam pelaksanaan konstruksi. 3. Kontrak pengawasan konstruksi Kontrak jenis ini merupakan kontrak antara orang perorangan atau badan usaha lainnya dalam pengawasan konstruksi. Penggolongan yang paling esensi dalam kontrak kerja konstruksi adalah penggolongan berdasarkan atas jenis usahanya, yaitu kontrak perencanaan, kontrak 132 Nazarkhan Yasin, Op .Cit., hlm. 36. Universitas Sumatera Utara pelaksanaan konstruksi, dan kontrak pengawasan. Apabila ketiga kontrak ini dilaksanakan maka di dalamnya akan dituangkan pula kontrak berdasarkan imbalan, jangka waktunya, dan cara pembayarannya. 133

D. Penyelesaian Sengketa Konstruksi

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 21

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5