Para Pihak dalam Pekerjaan Konstruksi

BAB III PERIKATAN DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. Para Pihak dalam Pekerjaan Konstruksi

Pihak-pihak yang terlibat di dalam pekerjaan konstruksi antara lain : 1. Pemberi tugas bouwheer Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah ataupun swasta. Si pemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat- syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh instansi pemerintah, direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian kerja. 75 Adapun hubungan antara pemberi tugas dengan perencana dapat berupa : 76 a. Jika pemberi tugas adalah pemerintah dan perencana juga dari pemerintah maka terdapat kedinasan. b. Jika pemberi tugas dari pemerintah dan atau swasta, perencana adalah pihak swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah atau swasta dengan perencana dari pihak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas sebagai direksi maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa Pasal 1792-1819 KUH Perdata. 75 FX. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1987, hlm. 68. 76 Ibid., hlm. 69. Universitas Sumatera Utara Pemberi tugas atau disebut juga pengguna jasa dalam pekerjaan konstruksi harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung dengan dokumen pembuktian dari lembaga perbankan danatau lembaga keuangan bukan bank. 77 Bukti kemampuan membayar sebagaimana dimaksud dapat diwujudkan dalam bentuk lain yang disepakati dengan mempertimbangkan lokasi, tingkat kompleksitas, besaran biaya, danatau fungsi bangunan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa. 78 2. Pemborong kontraktor Pemborong adalah perseorangan atau badan hukum, swasta maupun pemerintah yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek. 79 Tugas pemborong adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek dan menyerahkan pekerjaan. 80 3. Perencana Apabila pengguna jasa adalah pemerintah, sedangkan perencana juga pemerintah maka terjadi hubungan kedinasan. Jika pengguna jasa dari PemerintahSwasta dan perencana dari pihak swasta yaitu konsultan perencana, maka hubungannya diatur dalam perjanjian pemberian kuasa tergantung tugas yang dilakukan oleh konsultan perencana. 81 77 Pasal 15 ayat 2 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 78 Pasal 15 ayat 3 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 79 FX.Djumialdji, Op. Cit., hlm. 8. 80 Ibid., hlm. 9. 81 Ibid., hlm.11. Pemberian kuasa diberikan ketika seseorang tidak dapat melaksanakan perbuatan hukum yang menyangkut kepentingan Universitas Sumatera Utara hukumnya sendiri karena suatu alasan tertentu, maka orang lain dapat mewakili kepentingan hukum orang tersebut. 82 Tugas perencana konstruksi adalah sebagai berikut: Menurut Pasal 1792 KUH Perdata, mengenai pemberian kuasa disebutkan bahwa suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan kuasa kepada orang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. 83 a. Sebagai penasihat Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan pengguna jasa. Hubungan pengguna jasa dengan perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam praktik perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan perencana. b. Sebagai wakil Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi pelaksaan pekerjaan. Hubungan antara pengguna jasa dengan perencana sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa Pasal 1792-1819 KUH Perdata. Sebagai wakil atau si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu Pasal 1814 KUH Perdata. Perencana dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substitusi. Tentang substitusi itu dalam si kuasa bertanggungjawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya. 84 82 legalakses.comdownloadHukumPerjanjianPemberianKuasa.pdf diakses pada tanggal 17 Maret 2016. 83 FX. Djumialdji, Op. Cit., hlm.12. Universitas Sumatera Utara Hubungan hukum antara yang memborongkan dengan perencana diatur sebagai berikut: 85 a. Apabila yang memborongkan maupun perencana keduanya pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b. Apabila yang memborongkan adalah pihak pemerintah, sedangkan pihak perencana pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan jasa yang dalam prakteknya dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan. c. Apabila yang memborongkan maupun perencana keduanta adalah pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian melakukan jasa Pasal 1601 KUH Perdata yang dalam prakteknya dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan. 4. Pengawas atau direksi Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Di sini pengawasan memberi petunjuk-petunjuk memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membyar penilaian opname dari pekerjaan. 86 Selain itu, pada waktu pelelangan pekerjaan, direksi bertugas sebagai panitia pelelangan yaitu: mengadakan pengumuman yang akan dilaksanakan, memberikan penjelasan mengenai RKS Rencana Kerja dan Syarat-syarat untuk pemborongan- pemboronganpembelian dan membuat berita acara penjelasan, melaksanakan pembukuan surat penawaran dan membuat berita acara pembukuan surat penawaran, 84 Ibid. 85 FX. Djumialdji, Op. Cit., hlm.13. 86 Ibid., hlm. 14. Universitas Sumatera Utara mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya. 87 B. Pengikatan Para Pihak dalam Pekerjaan Konstruksi Perikatan adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda “verbintenis”. Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. 88 Hal yang mengikat adalah suatu peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan, kejadian, dan keadaan. Peristiwa hukum tersebut menciptakan hubungan hukum. Perikatan lahir karena suatu persetujuan atau karena Undang-Undang. 89 Pengikatan merupakan suatu proses yang ditempuh oleh pengguna jasa dan penyedia jasa pada kedudukan yang sejajar dalam mencapai suatu kesepakatan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam setiap tahapan proses ditetapkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang adil dan serasi yang disertai dengan sanksi. 90 Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Memang, perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh surat perjanjian, tetapi sebagaimana sudah dikatakan tadi, ada juga sumber-sumber lain yang melahirkan perikatan. Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama undang-undang. Jadi, ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang. 91 Dilihat dari obyeknya, perjanjian pemborongan bangunan mirip dengan perjanjian lain yaitu perjanjian kerja dan perjanjian melakukan jasa yang sama-sama menyebutkan bahwa pihak yang satu menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan 87 Ibid., hlm. 15. 88 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia Bandung: PT Citra Aditya Bakti 2000, hlm. 198. 89 Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jakarta: Sinar Grafika, 1999, hlm.313. 90 Lihat penjelasan Pasal 17 UU Jasa Konstruksi. 91 Subekti, Hukum Perjanjian Jakarta: PT. Intermasa, 2002, hlm.1. Universitas Sumatera Utara pihak lain dengan pembayaran tertentu. Perbedaannya satu dengan yang lainnya ialah bahwa pada perjanjian kerja terdapat hubungan kedinasan atau kekuasaan antara buruh dengan majikan. Pada pemborongan bangunan dan perjanjian melakukan jasa tidak ada hubungan semacam itu, melainkan melaksanakan pekerjaan yang tugasnya secara mandiri. 92 Apabila perjanjian pemborongan menyangkut biaya yang besar, biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara tertulis. Untuk proyek Pemerintah, perjanjian pemborongan biasanya dibuat secara tertulis yang dituangkan dalam bentuk formulir-formulir tertentu. 93 Prinsip persaingan yang sehat mengandung pengertian antara lain : Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari pihak lain dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Menurut Pasal 17 ayat 1 UU Jasa Konstruksi, pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum dan terbatas. 94 1. diakuinya kedudukan yang sejajar antara pengguna jasa dan penyedia jasa; 2. terpenuhinya ketentuan asas keterbukaan dalam proses pemilihan dan penetapan; 3. adanya peluang keikutsertaan dalam setiap tahapan persaingan yang sehat bagi penyedia jasa sesuai dengan kemampuan dan ketentuan yang dipersyaratkan; 4. keseluruhan pengertian tentang prinsip persaingan yang sehat tersebut dalam huruf a, b dan c dituangkan dalam dokumen yang jelas, lengkap, dan diketahui dengan baik oleh semua pihak serta bersifat mengikat. 92 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan Yogyakarta: Liberty, 1982, hlm. 52. 93 FX. Djumialdji, Op. Cit., hlm. 4. 94 Lihat penjelasan Pasal 1 ayat 1 UU Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara Pemilihan atas dasar prinsip persaingan yang sehat, pengguna jasa mendapatkan penyedia jasa yang andal dan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan rencana konstruksi ataupun bangunan yang berkualitas sesuai dengan jangka waktu dan biaya yang ditetapkan. Di sisi lain merupakan upaya untuk menciptakan iklim usaha yang mendukung tumbuh dan berkembangnya penyedia jasa yang semakin berkualitas dan mampu bersaing. Pemilihan yang didasarkan atas persaingan yang sehat dilakukan secara pelelangan umum atau terbatas, dan dalam keadaan tertentu dilakukan pemilihan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha yang dimilki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. 95 Pada prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya ada sedikit perbedaan dalam hal peserta lelang. Dalam pelelangan umum, semua penyedia jasa yang memenuhi syarat dapat ikut dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang diizinkan ikut adalah penyedia barangjasa yang diundang oleh pengguna jasa. Pemilihan macam pelelangan pada umumnya tergantung pada besar kecilnya bangunan, tingkat kompleksitas bangunan juga besar kecilnya biaya bangunan dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. 96 1. Pelelangan umum, adalah metode pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa 95 http:www.hukumproperti.com20101102aspek-hukum-jasa-konstruksi-berdasarkan- undang-undang-nomor-18-tahun-1999-tentang-jasa-konstruksi diakses pada tanggal 20 Februari 2016. 96 Wulfram I. Ervianto, Op. Cit., hlm. 51. Universitas Sumatera Utara dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. 2. Pelelangan terbatas, dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia barangjasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantum penyedia barang atau jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barangjasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. Tetapi dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung. 97 Keadaan tertentu yang dimaksud antara lain : 98 1. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat. 2. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat terbataas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak. 3. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara. 4. Pekerjaan yang berskala kecil. Pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran sekurang-kurangnya 3 penawaran dari penyedia barangjasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui 97 Pasal 17 ayat 3 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 98 Lihat penjelasan Pasal 17 ayat 3 UU Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara internet. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan manakala metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan. Penunjukan langsung, dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus terhadap 1 penyedia barangjasa. Pemilihan penyedia barangjasa dapat dilangsungkan dengan cara melakukan negosiasi, baik secara teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 18 ayat 2 UU Jasa Konstruksi menyebutkan di dalam pengikatan, penyedia jasa wajib menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan kepada pengguna jasa. Yang dimaksud dengan prinsip keahlian disini adalah dengan mengindahkan prinsip profesionalisme, kesesuaian, dan pemenuhan ketentuan sebagaimana tersebut dalam dokumen pemilihan dan dokumen tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Lelang jasa konstruksi terdiri dari dokumen lelang dan rancangan kontrak, yang dirinci sebagai berikut : 99 1. Surat undangan, untuk mengikuti lelang di surat ini dijelaskan pula jadwal kapan jawaban harus diterima, kemungkinan kunjungan ke lokasi proyek dan lain-lain. 2. Kerangka acuan penjelasan, yang berisi perihal latar belakang proyek, tujuan dan lingkup jasa konstruksi, produk-produk yang harus dihasilkan, dan jangka waktu penyelenggaraan konsultasi. 3. Ringkasan kriteria seleksi dalam, disini dokumen lelang diikutsertakan ringkasan kriteria seleksi agar para peserta memahami aspek yang akan dianalisis berikut nilai atau bobotnya terhadap butir-butir pokok. 99 Imam Soeharto, Studi Kelayakan Proyek Industi Jakarta : Erlangga, 2001, hlm. 417. Universitas Sumatera Utara 4. Format proposal, hal ini adalah serangkaian pertanyaan dan informasi yang disusun dalam format tertentu. Jawaban dan tanggapan atas pertanyaan tersebut akan menjadi dasar penilaian proposal yang diajukan peserta lelang. 5. Rancangan kontrak selain dokumen-dokumen tersebut diatas, pada dokumen- dokumen lelang dilampirkan pula rancangan kontrak yang nantinya akan ditandatangani oleh pemenang lelang dan pemakai jasa konsultan. Di lampirkan rancangan kontrak di paket lelang dimaksudkan agar para peserta berkesempatan mempelajari pasal-pasalnya. Hal ini akan banyak membantu memberikan masukan dalam rangka menyiapkan proposal. Dokumen-dokumen ini bersifat mengikat bagi kedua pihak dan salah satu pihak tidak dapat mengubah dokumen tersebut secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak kerja konstruksi. Selesai membuat Berita Acara Hasil Pelelangan BAHP, kemudian panitia lelang mengadakan rapat untuk menentukan pemenang lelang. Panitia akan menentapkan calon pemenang lelang yang dianggap akan memberikan keuntungan bagi negara, maksudnya: 100 1. Calon pemenang lelang dianggap dapat memberikan keuntungan secara finansial pada negara karena menawarkan harga pekerjaan yang berada di bawah pagu dana yang telah ditentukan. 2. Calon pemenang lelang dianggap sebagai perusahan jasa konstruksi yang telah memiliki pengalaman memadai untuk mengerjakan proyek dimaksud, memiliki reputasi baik tidak termasuk daftar hitam perusahan, memiliki kemampuan keuangan yang memadai, memiliki peralatan yang lengkap dan sebagainya. 100 Suparyakir, Pelelangan Jasa Konstruksi Jakarta: Kreasi Wacana Offset, 2010, hlm. 20. Universitas Sumatera Utara Pengguna jasa dan penyedia jasa harus menindaklanjuti penetapan tertulis dalam hal menetapkan penyedia jasa secara tertulis sebagai hasil pelaksanaan pemilihan dengan suatu kontrak kerja konstruksi untuk menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan itikad baik dalam penyelenggaraan pekerjan konstruksi. 101 Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, bahwa sebelum ada kesepakatan atau kontrak kerja kontruksi, penyedia jasa dengan pengguna jasa terlebih dahulu melakukan pengikatan. Untuk proses mengarah pengikatan tersebut pengguna jasa menerbitkan dokumen pemilihan penyedia jasa. Berdasarkan dokumen yang diterbitkan pengguna jasa tersebut, penyedia jasa menyampaikan dokumen penawaran kepada pengguna jasa. Sejak dokumen penawaran sudah disampaikan dan diterima oleh pengguna jasa maka dokumen pemilihan dan dokumen penawaran sudah mengikat masing-masing pihak. Pasal 19 UU Jasa Kontruksi menyebutkan: “Jika pengguna jasa mengubah atau membatalkan penetapan tertulis, atau penyedia jasa mengundurkan diri setelah diterbitkannya penetapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 huruf b, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak, maka pihak yang mengubah atau membatalkan penetapan, atau mengundurkan diri wajib dikenai ganti rugi atau bisa dituntut secara hukum.” 102 Disini yang dimaksud mengikat adalah bahwa materi yang tercantum dalam dokumen penawaran jasa tidak diperkenankan diubah secara sepihak sejak penyampaian dokumen penawaran sampai dengan penetapan secara tertulis. 103 101 Pasal 18 ayat 4 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jassa Konstruksi. 102 https:perpres542010.files.wordpress.com201207kontrak-kerja-kontruksi-berbeda- dengan-kontrak-pengadaan-barang-bag-i.pdf diakses pada tanggal 20 Februari 2016. 103 Lihat penjelasan Pasal 18 ayat 3 UU Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara

C. Kontrak Kerja Konstruksi

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 21

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5