2. menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan;
3. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta
tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; 4.
menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan;
5. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.
Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang
mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 tiga bulan setelah melaksanakan tugasnya.
161
Penilai ahli berwenang untuk :
162
1. menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan; 2.
memperoleh data yang diperlukan; 3.
melakukan pengujian yang diperlukan; 4.
memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.
B. Sanksi yang Dikenakan Para Pihak dalam Kegagalan Bangunan Konstruksi
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai ahli terhadap kegagalan bangunan, dapat ditentukan pihak mana yang bersalah di dalam pekerjaan
konstruksi yang berakibat kegagalan bangunan. Para pihak yang bersalah ini akan dibebani tanggung jawab. Berdasarkan Pasal 41 UU Jasa Konstruksi, kegagalan
bangunan dapat dikenakan sanksi pidana atau administratif. Sanksi terhadap
161
Pasal 38 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
162
Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
kegagalan bangunan juga diatur di dalam Pasal 46 PP Penyelenggaraan Konstruksi. Dalam Pasal ini, sanksi terhadap kesalahan para pihak dikenakan sanksi perdata
dengan membayar ganti rugi. 1. Sanksi pidana
Sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi
baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib. Sanksi pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan atau
dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu atau membahayakan kepentingan hukum. Sesuai dengan isi
Pasal 43 UU Jasa Konstruksi, maka pihak penyedia jasa yang melakukan kesalahan dan mengakibatkan kegagalan bangunan dapat dikenakan sanksi pidana, antara lain :
a. Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak
memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 lima
tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10 sepuluh per seratus dari nilai kontrak.
b. Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 lima per seratus dari nilai kontrak.
c. Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
Universitas Sumatera Utara
keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 lima tahun penjara atau
dikenakan denda paling banyak 10 sepuluh per seratus dari nilai kontrak. Denda paling banyak 5 lima persen untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan 10 sepuluh persen dari nilai kontrak untuk perencanaan dan pengawasan. Dari pasal ini dapat dilihat penerapan sanksi pidana tersebut merupakan
pilihan dan merupakan jalan terakhir bilamana terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan karena ada pilihan lain yaitu denda.
2. Sanksi administratif Sanksi yang dikenakan kepada pihak penyedia jasa dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksinya mengalami kegagalan bangunan adalah sanksi administratif dan sanksi profesi. Penjatuhan sanksi administratif ini tergantung pada berat
ringannya kesalahan pihak penyedia jasa. Dapat dikenakan pada orang perseorangan dan atau badan usaha penandatangan kontrak kerja konstruksi.
Sanksi administratif kepada pihak penyedia jasa berupa :
163
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha danatau profesi;
d. pembekuan izin usaha danatau profesi;
e. pencabutan izin usaha danatau profesi.
Sanksi administratif yang dikenakan kepada pihak pengguna jasa berupa:
164
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
163
Pasal 42 ayat 1 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
164
Pasal 42 ayat 2 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
c. pembatasan kegiatan usaha danatau profesi;
d. 1arangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi;
e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi
3. Sanksi perdata Pelaksanaan ganti rugi dalam hal kegagalan bangunan dapat dilakukan
dengan mekanisme pertanggungan pihak ketiga atau asuransi, dengan ketentuan:
165
a. persyaratan dan jangka waktu serta nilai peretanggungan ditetapkan atas
dasar kesepakatan; b.
premi dibayar oleh masing-masing pihak, dan biaya premi yang menjadi tanggungan penyedia jasa menjadi bagian dari unsur biaya pekerjaan
konstruksi. Apabila pengguna jasa tidak bersedia memasukkan biaya premi sebagaimana dimaksud, maka risiko kegagalan bangunan menjadi
tanggungjawab pengguna jasa.
C. Tanggung Jawab terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruksi