BAB IV TANGGUNG JAWAB TERHADAP KEGAGALAN BANGUNAN
DALAM PEKERJAAN KONTSRUKSI
A. Faktor Terjadinya Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruksi
Percepatan pembangunan di Indonesisa kini sering terkendala dengan munculnya ekses yang bernama kegagalan konstruksi atau bangunan. Menurut
definisinya, kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi
baik sebagian atau keseluruhan danatau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang
sebagai akibat kesalahan penyedia jasa danatau pengguna jasa.
145
Secara umum kriteria keberhasilan pada sebuah proyek konstruksi ialah ketika bisa menghasilkan sebuah bangunan yang murah akan tetapi berkualitas
bagus. Guna mewujudkan hal ini maka ratusan atau bahkan ribuan kontraktor di negara Indonesia ataupun dunia melakukan berbagai macam inovasi serta mencoba
supaya proses pembangunan bisa berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan atau bila perlu mesti lebih baik dari yang diperkirakan.
146
Segala hal tentu terdapat permasalahannya, sama halnya dengan proyek pembangunan banyak sekali kendala
serta rintangan sehingga kerap kali menjadi penyebab kegagalan proyek bangunan berskala besar hingga sampai yang berskala kecil.
147
145
Pasal 1 ayat 6 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
146
http:news.ralali.compenyebab-kegagalan-proyek-bangunan diakses pada tanggal 6 Maret 2016.
147
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kegagalan berarti apa yang terjadi ternyata di bawah dari standar yang sudah ditetapkan, maka dari itu sebelum mengatakan gagal maka dibutuhkan sebuah
ukuran standar keberhasilannya. Standar keberhasilan dalam dunia proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1.
Hemat biaya pelaksanaan.
2.
Tidak terjadi kecelakaan kerja atau biasa disebut dengan zero accident.
3.
Kualitas bangunan yang dibuat bagus.
4.
Struktur bangunan kuat serta tahan lama minimal dalam jangka waktu perencanaan masa pakai.
5.
Selesai dalam waktu cepat.
6.
Memperoleh keuntungan maupun nilai lebih dari kontrak proyek.
7.
Kebahagiaan sumber daya manusia sebagai pembangun. Kegagalan bangunan dan kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh faktor
teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis, karena adanya penyimpangan proses pelaksanaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis yang disepakati dalam kontrak,
sedangkan faktor non teknis lebih disebabkan karena proses pra kontrak bidding maupun tidak kompetennya Badan Usaha, tenaga kerja, tidak profesionalnya tata
kelola manajerial antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi serta lemahnya pengawasan atau supervisi.
148
1. Aspek teknis
148
Yustinus Eka Wiyana, Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan Dari Perspektif Faktor Teknis, Jurnal Politeknik Negeri Semarang, Volume 17 Nomor 2, Semarang: Politeknik
Negeri Semarang, 2012, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
Aspek teknis yang dimaksud adalah karena adanya penyimpangan proses pelaksanaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis yang disepakati dalam kontrak.
aspek teknis terbagi atas :
149
a. Peralatan
a. Kesalahan pelaksanaan
Misalnya kecelakaan alat, pelaksanaan atau metode pelaksanaan tidak sesuai dengan perencanaan, atau dengan sengaja merubah spesifikasi
untuk mendapatkan keuntungan yang besar. b.
Pemakaian Beban yang ditanggung tidak sesuai dengan perencanaan. Seperti
misalnya beban jalan yang melebihi daya dukung rencana. b.
Material 1
Material yang tidak bermutu Kendati sudah ada material yang telah diuji, tetapi ada juga sampel
material yang cacat atau dalam penggunaannya tidak layak. Kesalahan ini disebut kesalahan rencana.
2 Kesalahan perencanaan
Gambar dan spesifikasi yang kurang lengkap sistem struktur yang dipilih rentan kerusakan. Misalnya, perhitungan rangka atap baja ringan
menggunakan penutup genteng metal, tetapi menggunakan genteng keramik.
3 Material berkualitas rendah
149
Irwan Kartiwan, Hendra Soenardji dan Kamaja Al Katuuk, Ruang Ruang Gelap Jasa Konstruksi Indonesia, Op. Cit., hlm. 29.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun contoh material telah lolos uji laboratorium dan spesifikasi teknis yang ada telah terpenuhi, ada juga material yang cacat tidak
terdeteksi dan diketahui setelah terjadi kegagalan karena contoh material yang diuji diambil secara acak dan tidak dilakukan pada semua material,
ini tidak bisa dikategorikan kesalahan pelaksanaan atau perencanaan. c.
Biaya Kecenderungan memilih yang “murah” membuat tingkat keberhasilan
proyek semakin rendah. Definisi ini seyogyanya dirumuskan dalam regulasi yang sejalan dengan definisi menguntungkan negara, agar tidak menjadi
ruang kriminalisasi. d.
Cuacakondisi lapangan 1
Pemilihan lokasi yang berisiko Daerah yang rawan gempa, angin yang cukup kencang, kondisi tanah
yang labil ataupun perbedaan ketinggian tanah merupakan kondisi lokasi yang berisiko.
2 Faktor alam
Kegagalan ini terjadi akibat perubahan dinamik dari alam, seperti letusan gunung berapi, banjir, gelombang laut, dan gempa bumi.
Indonesia sendiri merupakan kawasan yang dilalui salah satu jaringan gempa circum pacific.
e. Spesifikasi teknis
1 Kesalahan dalam perencanaan
Bisa disebabkan oleh gambar dan spesifikasi alat yang tidak lengkap atau dalam perencanaan sendiri tidak mempunyai kompetensi yang
cukup mendukung.
Universitas Sumatera Utara
2 Kesalahan pemakaian
Pemakaian yang bukan fungsinya juga menjadi penyebab terjadinya kegagalan struktur. Sebagai contoh, dari tempat hunian menjadi gudang
sehingga beban hidup bangunan berlebihan. 3
Ketidaktelitian dalam pelaksanaan Misalnya dalam penggalian tanah, kecelakaan alat, atau metode
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan awal. 2.
Aspek non teknis Aspek kedua adalah non teknis, yang maksudnya lebih disebabkan oleh
proses pra kontrak bidding maupun tidak kompetennya badan usaha, tenaga kerja, tidak profesionalnya tata kelola manajerial antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi serta lemahnya pengawasansupervisi. Aspek non teknis terdiri dari :
150
a. Standard Operating Procedure SOP
Standard Operating Procedure SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang digunakan untuk memastikan
bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan berejalan secara efisien dan efektif, konsisten, standar, dan
sistematis. Tidak mengikuti SOP adalah kesalahan yang akan menuntun pada kegagalan bangunankonstruksi.
b. Standar manajemen mutu
Kesalahan di manajerial bisa disebabkan oleh semua pihak di konstruksi baik itu pemilik, desainer konsultan, danatau kontraktor. Seperti halnya
150
Irwan Kartiwan, Hendra Soenardji dan Kamaja Al Katuuk, Op. Cit., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
kurangnya teamwork, jadwal yang terlalu padat, kurangnya kontrol, kurangnya informasi lapangan, buruknya alur informasi, material terkirim tidak sesuai,
kurangnya antisipasi keadaan alam, serta permintaan bahan yang terlambat adalah bebeapa faktor manajerial yang menjadi penyebab rework.
Kinerja komunikasi yang tidak baik dalam proyek bisa mengganggu pencapaian sasaran proyek. Komunikaasi yang tidak efektif dalam proyek juga
mengakibatkan dampak lain seperti perselisihankesalahpahaman antar unsur proyek, terjadinya overunderdesign sehingga mengganggu mutu pekerjaan,
menghambat produktivitas, dan berujung pada biaya yang tidak ekonomis. c.
Administrasi proyek atau kontrak Kegagalan bangunan akibat aspek ini bisa terjadi karena :
151
1 Penafsiran harga yang lemah atau catatan-catatan tentang pembiayaan
pekerjaan teredahulu yang kurang cepat. 2
Munculnya kejadian-kejadian tak terduga, misalnya terjadinya penangguhan pekerjaan, kenaikan upah dan harga yang tak terduga,
keputusan pemilik proyek yang terlambat, dan perubahan desain. 3
Manajemen proyek yang lemah, kemampuan manajer proyek yang kurang sesuai dan dukungan manajemen pusat yang tidak selaras dengan lapangan.
4 Banyak kecelakaan tidak dilindungi oleh asuransi.
5 Pemilik bangkrut.
Kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat disebabkan oleh pelaksana atau oleh pengawas. Kontraktor yang bekerja menyimpang dari speksifikasi teknis
merupakan kesalahan pelaksana. Konsultan supervisi yang tidak benar dalam pengawasan, seperti misalnya membiarkan pelaksana bekerja menyimpang,
151
http:manajemenproyekindonesia.com?p=26 diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
merupakan kesalahan pihak pengawas.
152
Kegagalan bangunan juga dapat disebabkan oleh pengguna jasa owner. Misalnya pengguna jasa memanfaatkan
bangunan tidak sesuai peruntukan awal yang menyebabkan beban yang terjadi pada struktur melebihi beban perencanaan.
153
Melihat kegagalan bangunan dari segi tanggung jawab, dapat dikenakan kepada institusi maupun orang perseorangan, yang melibatkan ketiga unsur yang
terkait, yaitu perencana pengawas dan pelaksana. Bila disebabkan karena kesalahan pengguna jasabangunan dalam pengelolaan dan menyebabkan kerugian pihak lain
maka pengguna jasabangunan wajib bertanggungjawab dan dikenai ganti rugi.
154
1. Kegagalan perencana
Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh :
155
a. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku. b.
Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik. c.
Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi. d.
Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup dan akurat.
e. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana misalnya
beban rencana dalam perencanaan.
152
http:civilengineerbali.blogspot.co.id201001kasus-metro-tanah-abang- tanggungjawab.html diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
153
Ibid.
154
http:hamboro.blogspot.co.id200808kegagalan-konstruksi.html diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
155
Robby Gunawan Yahya, Penyebab Kegagalan Bangunan Jalan dan Jembatan, Jurnal Teknik Sipil, Volume 1 Nomor 1, Bandung: Universitas Parahyangan, 2007, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
f. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik.
g. Kesalahan gambar rencana.
2. Kegagalan pengawas
Kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
156
a. Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar.
b. Tidak mengikuti TOR.
c. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi. d.
Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode konstruksi yang benar.
e. Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.
3. Kegagalan pelaksana
Kegagalan pelaksana umumnya disebabkan oleh :
157
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak.
b. Salah mengartikan spesifikasi.
c. Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar.
d. Tidak menggunakan material yang benar.
e. Salah membuat metode kerja.
f. Salah membuat gambar kerja.
g. Pemalsuan data profesi.
h. Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
4. Kegagalan pengguna jasa atau bangunan
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
158
156
Ibid.
157
Ibid.
158
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
a. Penggunaan bangunanan yang melebihi kapasitas rencana.
b. Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan.
c. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan
yang sudah ditetapkan. d.
Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya. Berdasarkan Pasal 36 ayat 1 PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, kegagalan
bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 satu atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan
penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 satu bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. Penilai
ahli sebagaimana dimaksud dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa. Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila
kegagalan bangunan mengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum, termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan, proses
penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan disepakati oleh para pihak. Penilai ahli adalah penilai ahli di bidang konstruksi. Penilai ahli terdiri dari
orang perseorangan, atau kelompok orang atau badan usaha yang disepakati para pihak, yang bersifat independen dan mampumemberikan penilaian secara obyektif
dan profesional.
159
Biaya penilai ahli menjadi beban pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan. Selama penilai ahli melakukan tugasnya, maka pengguna jasa
menanggung pembiayaan pendahuluan. Seorang penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga. Tugas penilai ahli antara lain :
160
1. menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan;
159
Lihat Penjelasan PP 29 Tahun 2000 Pasal 36
160
Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, op.cit, hlm. 125
Universitas Sumatera Utara
2. menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan;
3. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta
tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; 4.
menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan;
5. menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.
Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang
mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 tiga bulan setelah melaksanakan tugasnya.
161
Penilai ahli berwenang untuk :
162
1. menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan; 2.
memperoleh data yang diperlukan; 3.
melakukan pengujian yang diperlukan; 4.
memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.
B. Sanksi yang Dikenakan Para Pihak dalam Kegagalan Bangunan Konstruksi