B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaturan jasa konstruksi di Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999? 2.
Bagaimanakah pengikatan dalam pekerjaan konstruksi? 3.
Bagaimanakah tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan dalam pekerjaan konstruksi?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan jasa konstruksi di Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999. 2.
Untuk mengetahui pengikatan dalam pekerjaan konstruksi. 3.
Untuk mengetahui pertanggungjawaban terhadap kegagalan bangunan dalam pekerjaan konstruksi.
Selain beberapa tujuan, sebuah penelitian juga diarahkan agar banyak berdaya guna dan banyak memiliki manfaat. Adapun beberapa manfaat yang ingin
dicapai dari penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan serta kajian lebih lanjut untuk mahasiswakalangan
akademis serta masyarakat yang membutuhkan informasi tentang bagaimana pertanggungjawaban terhadap kegagalan bangunan dalam pekerjaan konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
2. Secara praktis
Selain manfaat teoritis, penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberi gambaran bagi penegak hukum dalam menyelesaikan permasalahan mengenai
pertanggungjawaban terhadap kegagalan bangunan dalam pekerjaan konstruksi serta sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak yang akan melakukan
pekerjaan konstruksi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi kepada pembaca mengenai pihak yang bertanggungjawab terhadap
kegagalan bangunan dalam pekerjaan konstruksi.
D. Keaslian Penulisan Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan
Dalam Pekerjaan Konstruksi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999”
ini merupakan benar hasil karya sendiri tanpa meniru karya tulis milik orang lain. Penulisan skripsi ini adalah dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Keaslian dan kebenaran dalam skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan
telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan ilmplikasi etis
dalam proses menemukan kebenaran ilmu sehingga dengan demikian penulisan karya tulis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, keilmuan dan terbuka
untuk kritik yang sifatnya konstruktif. Selain itu, semua informasi di dalam skripsi ini diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku,
makalah-makalah, serta media, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan
Universitas Sumatera Utara
terbuka, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan kebenaran secara
ilmiah. E. Tinjauan Pustaka
1. Tanggung jawab
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu
keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan
kepadanya.
17
Menurut hukum, tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral
dalam melakukan suatu perbuatan.
18
Selanjutnya menurut Titik Triwulan, pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan
timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal
yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi
pertanggungjawabannya.
19
Dasar pertanggungjawaban itu menurut hukum perdata adalah kesalahan dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum. Secara teoritis pertanggungjawaban
yang terkait dengan hubungan hukum yang timbul antara pihak yang menuntut pertanggungjawaban dengan pihak yang dituntut untuk bertanggung jawab dapat
dibedakan menjadi:
20
17
Andi Hamzah, Kamus Hukum Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 11.
18
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 27.
19
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010, hlm. 48.
20
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
a. Pertanggungjawaban atas dasar kesalahan, yang dapat lahir karena terjadinya
wanprestasi, timbulnya perbuatan melawan hukum, tindakan yang kurang hati-hati.
b. Pertanggungjawaban atas dasar risiko, yaitu tanggung jawab yang harus
dipikul sebagai risiko yang harus diambil oleh seorang pengusaha atas kegiatan usahanya.
2. Kegagalan bangunan
Kegagalan bangunan dari sisi-sisi faktor penyebabnya dapatlah dikelompokan menjadi ulah manusia, alam atau lingkungan, kombinasi ulah manusia
dan lingkunganalam. Pengertian kegagalan bangunan dapat dilihat dari sisi peraturan perundang-undangan dan sisi teoritis konstruksi. Peraturan perundang-
undangan yang dimaksud disini adalah ketentuan yang terdapat pada Undang- Undang Nomor 18 tahun 1999 UU Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor
29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraaan Jasa Konstruksi selanjutnya disebut PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dalam Pasal 1 ayat 6 UU Jasa Konstruksi
dinyatakan bahwa Kegagalan Bangunan adalah:
“Keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik
secara keseluruhan maupun sebagian danatau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya
yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa danatau
pengguna jasa.”
Sedangkan pada Pasal 34 PP Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dinyatakan
bahwa Kegagalan Bangunan adalah:
“Keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan
kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa
setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.”
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, menurut Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia HAKI, kegagalan bangunan dapat dibagi dalam 2 dua pengertian sebagai berikut:
21
a. Definisi umum
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu
persyaratan minumum, maksimum dan toleransi yang ditentukan oleh peraturan, standar dan spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan
tidak berfungsi dengan baik. b.
Definisi kegagalan bangunan akibat struktur Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan mengalami
kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu persyaratan minumum, maksimum dan toleransi yang ditentukan
oleh peraturan, standar dan spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan,
stabilitas, dan kenyamanan laik pakai yang disyaratkan.
3. Jasa konstruksi
Pasal 1 ayat 1 UU Jasa Konstruksi menyebutkan: “Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi, perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Jasa Konstruksi mempunyai
peranan penting dan strategis, mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik berupa
prasarana maupun sarana sebagai pendukung terhadap bidang ekonomi, sosial dan budaya.”
Menurut UU Jasa Konstruksi, usaha jasa konstruksi dibagi 3 tiga yaitu:
21
Maria Farida Indriati, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. 41-42.
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan Konstruksi
Usaha Perencanaan Konstruksi adalah pemberian layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-
bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.
b. Pelaksanaan Konstruksi
Usaha Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-
bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi.
c. Pengawasan Konstruksi
Usaha Pengawasan Konstruksi adalah pemberian layanan jasa pengawasan baik keseluruhan maupun sebagian pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai
dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil konstruksi.
4. Kontrak Kerja Konstruksi
Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, para pihak diikat dalam suatu kontrak kerja konstruksi yang ditandatangani kedua belah pihak dan berfungsi
sebagai hukum. Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang sub-penyedia jasa serta
pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku.
22
Menurut Djumaldji, kontrak kerja konstruksi adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan.
23
a. kaidah hukum atau peraturan itu sendiri;
Berdasarkan implementasinya, perjanjian kerja konstruksi dituangkan secara tertulis, yang dalam perspektif yuridis suatu peraturan tertulis untuk dapat berfungsi
dalam masyarakat harus memenuhi 4 empat syarat, yaitu :
22
Indonesia, Undang-Undang nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 22 ayat 5
23
Djumialdji, Hukum Bangunan , Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia,Op. Cit., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
b. petugas yang menegakkan atau yang menerapkan;
c. pasilitas yang mendukung pelaksanaan kaidah hukum; dan
d. warga masyarakat yang terkena lingkup hukum.
24
F. Metode Penelitian